Mohon tunggu...
Muhammad FachrulHudallah
Muhammad FachrulHudallah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

"Jika Aku bukan anak Raja, Penguasa, Bangsawan, dan dari kalangan Priyayi, Aku hanya dapat mengenalkan diriku melalui gagasan karyaku"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peringatan Hari Ibu; Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Penunjang Eksistensi Pribadi

24 Desember 2019   05:13 Diperbarui: 24 Desember 2019   05:23 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Muhammad Fachrul Hudallah (Mahasiswa Universitas Wahid Hasyim Semarang)

Tidak akan ada rasa kasih sayang yang besar kecuali kasih sayang Ibu terhadap anaknya dan tidak aka nada salah dan ruginya ketika seorang anak menghormati serta menyayangi Ibunya sampai ajal menjemputnya

Ibu merupakan sebutan seorang anak terhadap orang tua perempuannya yang telah bersusah payah mengandung selama sembilan bulan dengan  rasa sakit yang sangat mendalam. Tak hanya itu, Ibu merupakan sosok yang sangat berharga dalam kehidupan anaknya, terutama dalam pemberian ASI (Air Susu Ibu) dan pendidikan pertama. Kasih sayang Ibu terhadap anaknya tidak akan sebanding dengan seorang sejoli yang sedang berpacaran, karena rasa sayangnya sepanjang masa.

Tidak dapat dipungkiri, Ibu merupakah salah satu sosok orang tua yang ikhlas dalam memberikan apapun terhadap anaknya karena kebesaran kasih sayangnya. Perempuan pejuang keluarga tersebut, pada dasarnya tidak mengharapkan apapun yang telah diberikan kepada anaknya agar dibalas balik dikemudian hari, hal itu membuktikan bahwa terlalu besar kasih sayang seorang Ibu terhadap anaknya.

Dikarenakan seorang Ibu merupakan salah satu sosok yang sangat berharga dalam mempertahankan keluarganya, ditetapkanlah tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional. Jika mengintip kembali kepada sejarah, Hari Ibu merupakan sebuah peringatan untuk mengenang awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia dan berkumpulnya berbagai pimpinan dari organisasi perempuan dalam melaksanakan kongres pertama yang dilangsungkan di Yogyakarta pada tahun 1928. Melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Di era millenial, banyak anak yang tidak menyadari kasih sayang Ibu terhadapnya, sehingga banyak yang mengabaikan nasihat Ibunya dan menganggapnya sebagai angin lalu. Sadar diri yang dimiliki oleh mayoritas anak sangatlah kurang karena terfokus pada kebahagiaannya diluar, contohnya adalah berpacaran, bermain, dan lain sebagainya. 

Jika penulis melihat kondisi kebanyakan anak, mereka sering tidak mematuhi nasihat Ibunya karena masih menikmati masa magernya atau terlena dengan aktivitas pribadinya, contohnya adalah ketika seorang Ibu meminta tolong kepada anaknya untuk membelikan sesuatu di pasar, tetapi anaknya enggan untuk membantu karena sedang asik bermain gadget.

Dikarenakan maraknya media sosial sebagai berkumpulnya seseorang yang memiliki akun sebagai lading informasi dan ajang untuk memamerkan eksistensi diri, banyak seseorang yang mengupload foto terkait peringatan Hari Ibu di WA, Instagram, Twitter dan sebagainya. Penulis rasa hal itu merupakan sebuah ajang untuk memperkenalkan dan memamerkannya kepada orang lain bahwa dirinya merupakan orang yang berbakti terhadap Ibunya.

Pada dasarnya, Tidak ada seseorang yang ingin terlihat buruk, karena semua orang ingin terlihat baik di mata orang lain. Oleh sebab itu, mayoritas seseorang mengupload status tentang Hari Ibu agar terlihat di mata orang lain bahwa dirinya berbakti kepada orang tua. Pencitraan memang baik, tetapi alangkah baiknya jika merealisasikannya dalam tindakan yang nyata bukan hanya sekedar status.

Di balik layar, tidak sedikit pula seseorang yang membantah dan enggan menuruti perintah atau nasihat orang tuanya. Tetapi agar dirinya terkenal sebagai orang yang berbakti kepada orang tuanya, maka di upload status mengenai hari Ibu sebagai penunjang eksistensi pribadi, entah dalam bentuk pusisi atau sekedar caption. Untuk memamerkan dirinya ke media sosial, yang dilakukan adalah mengupload status tentang hal yang baik tentang dirinya dan enggan untuk memamerkan keburukannya. Hari Ibu bukan hanya sebuah pamflet dan foto yang disebar sebagai eksistensi, tetapi penulis menilai Hari Ibu merupakan sebuah peringatan untuk seorang anak agar sadar diri, Intropeksi diri, dan selalu menyayangi Ibunya sampai akhir masa hidupnya.

Ibu yang merupakan sosok perempuan paling berharga didalam kehidupan, tidak dapat tergantikan oleh apapun. Kasih sayangnya dari saat mengandung sampai dewasa tetap awet dan senantiasa ikhlas untuk memperhatikan anaknya. Tidak dapat dipungkiri, banyak perhatian yang dapat dilakukan seorang Ibu terhadap anaknya karena perhatian yang dilakukan oleh seorang Ibu bukan hanya dengan sikap yang halus, karena bisa saja kasar. 

Tujuan dari seorang Ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya agar berbahagia dan sukses di masa depan. Anak yang merupakan anugerah dari tuhan dan seseorang yang telah dilahirkan melalui rahimnya, wajib berbakti kepada orang tua dan selalu memperlakukannya dengan baik agar langkah kaki sang anak menjadi berkah di setiap langkah kehidupan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun