Mohon tunggu...
Fachrudin Alfian Liulinnuha
Fachrudin Alfian Liulinnuha Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya sekedar freelance

Hanya ingin sekedar berbagi, bukan menggurui....

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Berbagi Inspirasi Kehidupan di Mandiri Jogja Marathon 2018

22 April 2018   18:10 Diperbarui: 22 April 2018   18:16 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuh ini sedikit tersentak dan langsung terbangun ketika suara alarm yang begitu nyaring terdengar dari smartphone saya, terlihat di layar waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, saya mencoba mengumpulkan tenaga untuk bisa bergerak dari kasur yang terasa berat untuk ditinggalkan, suasana bertambah berat karena diluar sana sayup-sayup terdengar rintik hujan, sungguh sebuah momen yang pas untuk memejamkan mata sambil memeluk guling, hehe.. Tapi apa mau dikata, di minggu pagi itu saya sudah memiliki janji untuk menghadiri sebuah acara yang dihelat di komplek wisata Candi Prambanan. Estimasi perjalanan dari kos menuju candi prambanan adalah 22 km atau sekitar 40 menit, maka dari itu saya segera berangkat karena jam 03.30 WIB harus sudah sampai lokasi.

Minggu, 15 April 2018, di waktu pagi yang benar-benar masih buta dan terasa dingin, saya akhirnya memacu motor sendirian dan mellintasi jalanan jogja yang masih terasa lengang dan sepi. Hiruk-pikuk kendaraan sudah mulai terasa ketika saya sudah dekat dengan kawasan candi prambanan, beberapa orang berseragam terlihat mengatur kendaraan untuk diarahkan ke beberapa titik parkir yang sudah disediakan. Saya sempat bingung akan masuk lewat pintu mana, hingga akhirnya sesuai intruksi dari kordinator acara saya masuk lewat pintu timur karena akses untuk menuju tenda media center tidak terlalu jauh.

Candi Prambanan masih terlihat gelap ketika saya melangkahkan kaki dari parkiran motor untuk mencari pintu timur yang digunakan sebagai pintu masuk untuk media, setelah jalan beberapa meter akhirnya saya menemukan pintu masuk yang akan membawa saya ke venue acara. Di depan pintu masuk, saya ketemu dengan salah satu rekan kompasianer, yaitu mbak Prima. Katanya, kalau mau masuk harus pakai ID card media, sedangkan ID cardnya sendiri masih beraada di tenda media center. Waduh gimana ini? setelah menunggu beberapa saat, akhirnya kita disamperin oleh mbak Dewi dari Kompasiana pusat untuk menyerahkan ID card sementara agar bisa masuk ke dalam.

Pintu masuk timur (dok.pribadi)
Pintu masuk timur (dok.pribadi)
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi saat saya sudah bisa memasuki pintu masuk timur, dimulai dari pintu inilah saya akan mencoba mengexplore keseruan dari sebuah acara yang kehadirannnya sudah ditunggu dan dinanti banyak orang dari berbagai wilayah Indonesia bahkan hingga luar negeri. Yups, acara apa lagi kalau bukan Mandiri Jogja Marathon 2018, sebuah event lomba lari yang mengkolaborasikan olahraga dan pariwisata atau bahasa kerennya dikenal dengan istilah sport tourism. Di tahun kedua penyelenggarannya kali ini, Kompasiana berbaik hati dan bersedia menjadi jembatan penghubung kepada saya dan kawan-kawan kompasianer agar bisa ikut terlibat langsung untuk meliput event Mandiri Jogja Marathon 2018.

Di sela-sela berjalan dari pintu timur menuju tenda media center, saya sudah menjumpai banyak orang yang berlalu-lalang dengan memakai atribut khas pelari. Beberapa diantaranya ada yang sendirian maupun berkelompok dengan komunitasnya masing-masing. Sungguh menarik ketika melihat berbagai orang dari latar belakang dan budaya yang berbeda bisa bertemu dan berkumpul bersama. Saya melihat wajah dan gerak langkah mereka menunjukkan rasa semangat yang tinggi untuk bisa menyelesaikan misi berlari yang sudah mereka target. Ya inilah para pelari, sepertinya hanya semangat, kemauan dan kegembiraan yang mampu menarik langkah mereka untuk bisa hadir di Mandiri Jogja Marathon 2018.

Sesampainya di tenda media center saya langsung melakukan registrasi dan berganti kostum dengan kaos yang sudah disediakan, tidak lupa juga tanda pengenal media yang wajib di kenakan. Adzan subuh berkumandang ketika kami baru saja menyelesaikan briefing di luar tenda, para pelari terlihat sibuk mondar-mandir mencari tolilet dan mushalla.

Kawan-kawan kompasianer sebagian sudah berpencar, ada yang langsung menuju lokasi start karena race full marathon akan dimulai pukul 04.45 WIB, saya sendiri bersama 4 rekan kompasianer memutuskan mencari mushalla terdekat untuk menunaikan shalat subuh terlebih dahulu. Setelah subuhan selesai, saya langsung menuju lokasi start yang jaraknya lumayan jauh, dari tenda media kami harus berjalan kaki sekitar 700 meter untuk mencapai lokasi.

Jalan menuju lokasi start (dok.pribadi)
Jalan menuju lokasi start (dok.pribadi)
Dari lokasi start, terlihat ribuan pelari sudah berjubel dan bersiap-siap untuk melakukan race. Saya kira itu adalah kategori full marathon (FM), tapi ternyata adalah para pelari di kategori half marathon (HM). Saya sebenarnya agak nyesel dikit karena telah melewatkan momen FM, tapi gak apa-apalah, hehe...

Rasa nyesel saya agak sedikit terobati, ketika melihat semangat dan keriuhan dari peserta kategori HM yang luar biasa. Suasana tersebut bisa saya tangkap ketika bisa mengabadikan keseruan para peserta dari atas gerbang start. Dari garis terdepan sampai ujung belakang, pemandangan ribuan para pelari seolah menciptakan harmonisasi warna dan suasana yang sedap dipandang mata

Pemandangan para pelari 21K sebelum start (dok.pribadi)
Pemandangan para pelari 21K sebelum start (dok.pribadi)
Detik-detik menuju pukul 05.30 WIB sebagai tanda dimulainya race 21 K atau HM segera tiba. Menteri BUMN Ibu Rini Soemarno bersiap mengibaskan bendera start, disamping beliau turut hadir Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dan Kapolda DIY Brigjen Pol. Ahmad Dhofiri yang juga sudah siap dengan terompet kuningnya. Ketika hitung mundur sudah sampai angka satu, Ibu Rini pun mengkibaskan bendera disertai dengan raungan sirene dan pekik suara terompet yang otomatis langsung membuat Para pelari HM yang jumlahnya sekitar 2000 an berlari berhamburan melewati garis start.

Walaupun saat mulai start suasananya terlihat kruntelan alias sedikit bersdesak-desakan karena jalan yang dilewati tidak terlalu lebar, tapi semuanya tetap tertib dan sabar. Aura kegembiraan jelas terpancar di wajah mereka, teriakan dan kibaran atribut ataupun bendera komunitas yang dibawanya seolah mewakili semangat mereka agar bisa terus melaju sampai garis finish dengan membawa target yang sudah diimpikan.

Ibu rini melepas race 21K (dok.pribadi)
Ibu rini melepas race 21K (dok.pribadi)
30 menit kemudian jalur lokasi start sudah penuh kembali oleh para pelari, kali ini gantian untuk kategori 10K. Pada kesempataan ini, Kapolda DIY Brigjen Pol. Ahmad Dhofiri dengan didampingi Bupati Sleman Drs. H. Sri Purnomo, M.S.I melepas para pelari 10K yang jumlahnya mencapai 2.250 orang. Di kategori 5K yang dimulai pada Pukul 06.30 WIB, ada momen spesial dimana menteri BUMN, Dirut Bank Mandiri, Kapolda DIY dan Bupati Sleman juga turut ambil bagian menjadi pelari. Sepertinya mereka kurang puas kalau hanya disuruh ngibasin bendera dan niup terompet saja, good job.. hahaha....

Oh iya, di kategori 5K saya juga menjumpai pelari cilik bernama Lovina, dia baru berusia 7 tahun dan berasal dari Cianjur Jawa Barat. Dia berlari dengan didampingi ibunya yang sudah malang-melintang mengikuti ajang lari marathon di beberapa negara, bagi Lovina sendiri ini merupakan pengalaman pertamanya ikun turun langsung di lomba lari sekelas Jogja Mandiri Marathon. Salut banget deh buat Lovina dan ibunya yang menanamkan kepadanya budaya berlari sejak dini agar tetap sehat dan semangat.

Lovina dan ibunya diantara para pelari 5K (dok.pribadi)
Lovina dan ibunya diantara para pelari 5K (dok.pribadi)
Lari untuk Mempromosikan Pariwisata

Event akbar Mandiri Jogja Marathon 2018 yang pelaksanaannya bertempat di Candi Prambanan pada hari Minggu, 15 April 2018 merupakan ajang lomba lari tahunan berskala nasional dan internasional yang pertama kali digelar pada tahun 2017. Dengan mengusung gaya sport tourism, Mandiri Jogja Marathon ingin mengajak kepada para ribuan peserta yang datang dari dalam dan luar negeri untuk tidak hanya sekedar berlari saja, tapi juga menikmati dan membantu mempromosikan keindahan alam dan kekayaan budaya lokal yang ada di DIY dan sekitarnya.

Di tahun 2018 ini, Mandiri Jogja Marathon diikuti oleh 8000 peserta yang kebanyakan berasal dari luar Jogja. Jakarta menjadi menjadi penyumbang daerah peserta terbanyak, disusul Depok, Bogor dan Bali. Selain itu, datang juga peserta dari 22 negara. Diantaranya, Kenya, Singapura, Tiongkok, Malaysia, Jepang, Brunei Darussalam, Irlandia, India, Brasil, Filipina, dan Australia.

Mandiri Jogja marathon 2018 memperlombakan kategori 5K, 10K, Half Marathon (21K), dan Full Marathon (42K). Bermula dari titik start di lapangan Roro Jonggrang hingga finish kembali di Candi Prambanan, para pelari akan dimanjakan dengan 8 objek view yang menarik. Objek-objek itu akan terbagi dalam beberapa titik sepanjang rute marathon.

Foto by official Mesa Race
Foto by official Mesa Race
Foto by official Mesa Race
Foto by official Mesa Race
Delapan objek view yang akan dilewati oleh para pelari adalah Gunung Merapi, Monumen Taruna Perjuangan,Candi Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul, Candi lumbung, Candi Sewu, Candi Bubrah dan Candi Prambanan. Setelah itu, Peserta juga akan melewati 11 desa dari dua Kabupaten berbeda, yakni sembilan desa di Kabupaten Sleman serta dua desa di Kabupaten Klaten.

Ketika melewati rute di pedesaan, para pelari dapat melihat hamparan sawah, petani mencangkul hingga suasana kerja bakti di sejumlah titik yang membuktikan DIY dan sekitarnya masih menjaga nilai-nilai kearifan lokal dan kebudayaan agar tetap lestari. Selain itu, demi mengenalkan warisan budaya kepada para peserta, panitia juga menampilkan pertunjukan kebudayaan dalam beberapa titik yang dilalui. Peserta disuguhi pertujukan seperti Jatilan, Keroncong, Gejog Lesung, Karawitan, Hadroh, Badui dan kesenian srandul

Melewati persawahan (Foto by official Mesa race)
Melewati persawahan (Foto by official Mesa race)
Melewati kesenian tradisonal (foto by official Mesa Race)
Melewati kesenian tradisonal (foto by official Mesa Race)
Di lansir dari laman jogja.tribunnews.com (15/04), Menteri BUMN Rini Soemarno berharap Mandiri Jogja Marathon 2018 bisa menjadi event sport tourism yang semakin berkembang. Selain itu, kegiatan ini juga bisa memperluas pemasaran pariwisata Candi Prambanan, bukan hanya di dalam kompleks Taman Wisata Candi tapi juga daerah sekitarnya. Dirut Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo juga mengharapkan kepada 8000 pelari yang ikut ambil bagian dari event ini untuk dapat menikmati dan mempromosikan ajang Mandiri Jogja Marathon sebagai salah event sport tourism yang layak diikuti secara rutin.

Kampanye Produk Lokal

Pihak panitia Mandiri Jogja Marathon 2018 tidak hanya berfokus pada promosi pariwisata dan kebudayaan lokal agar event ini menjadi semakin menarik, disisi lain panitia juga ingin mengangkat sekaligus mempromosikan kekayaan produk lokal. Tujuannya tentu saja ingin memacu pengembangan pariwisata juga pertumbuhan ekonomi di DIY dan sekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya tenda kuliner, disana para peserta beserta keluarganya bisa mencicipi sajian kuliner yang jarang dijumpai, khususnya bagi orang luar DIY dan mancanegara.

Tenda kuliner (dok.pribadi)
Tenda kuliner (dok.pribadi)
Di tenda kuliner tersedia berbagai macam kuliner lokal seperti pecel imogiri, mie lethek bantul, jajan pasar, jenang-jenangan, gudeg yu djum, ayam goreng bu Tini, jadah tempe mbah carik, gudeg manggar, sate klatak, es dawet, kopi, es teler 77, dan lain-lain. Khusus di tenda kuliner ini, kalau mau beli makanan atau minuman harus menggunakan uang non tunai berupa mandiri e-money atau mandiri e-cash. Yang belum punya tidak usah khawatir karena bank mandiri sudah menyiapkan booth-booth untuk pembelian maupun top up mandiri e-money.

Kenikmatan bernama "FINISH"

Ingin melihat ekspresi yang unik dan menarik dari para pelari, maka lihatlah mereka di garis finish. Rasa semangat yang dibawa sejak mulai garis start hingga menyentuh titik finish seakan tidak luntur walaupun sudah dilebur dengan cucuran keringat dan iringan irama nafas yang tidak beraturan. Para pelari mengekspresikan rasa syukurnya dengan cara yang berbeda-beda, ada yang bersimpuh sambil mengangkat jari telunjuk ke atas, ada yang bersujud dan ada yang berteriak sambil mengepalkan tangan. Semua ekspresi tersebut seolah berkumpul jadi satu menjadi sebuah kebanggaan tatkala medali finisher sudah dikalungkan di leher dan pelukan hangat datang dari teman dan keluarga

Salah satu pelari yang finish di kategori 21K (dok.pribadi)
Salah satu pelari yang finish di kategori 21K (dok.pribadi)
Bagi para pelari, garis finish adalah kenikmatan yang tidak boleh dilewatkan dan harus di kejar sampai titik akhir penghabisan. Ya inilah sisi inspiratif dari Mandiri Jogja Marathon 2018, mengajarkan kepada kita tentang kerja keras, kemauan dan kesiapan yang tinggi untuk meraih sebuah tujuan. Melihat spirit perjuangan para pelari hingga mencapai garis finish seperti menjadi cambuk kesadaran bagi diri saya yang selama ini masih terlalu malas, egois dan kadang tidak fokus untuk menyelesaikan sesuatu.

Penyerahan hadiah lomba kategori 5K (dok.pribadi)
Penyerahan hadiah lomba kategori 5K (dok.pribadi)
Garis start dan finish sudah dilalui, waktunya para peserta Mandiri Jogja Marathon 2018 untuk meluapkan rasa kegembiaraan bersama keluarga dan teman-teman untuk berfoto dan berselfia ria dengan latar belakang Candi prambanan dan spot-spot menarik yang sudah disediakan. Untuk yang lapar, peserta bisa langsung menuju tenda kuliner yang sudah menyediakan makanan-makanan lokal khas yogyakarta. Di panggung utama yang menjadi tempat penyerahan hadiah lomba, Para pelari juga dihibur dengan pertunjukan musik, salah satu pengisinya adalah grup musik dari ibu kota yaitu Gamaliel Audrey Cantika (GAC).

Penampilan GAC (dok.pribadi)
Penampilan GAC (dok.pribadi)
*****

Salah seorang kawan ada yang menduga bahwa event Mandiri Jogja Marathon 2018 itu bersifat gratis, saya langsung menyangkalnya dan menjelaskan bahwa ini acara lari berskala nasional dan internasional, bukan skala tingkat RT, mana ada yang gratis bro..!. Tahu apa yang diucapkan seanjutnya, begini katanya "Owalah bayar to, ngapain juga ya orang-orang mau bayar mahal terus habis itu disuruh lari-lari, hasilnya ya paling bikin capek dan badan pegel-pegel semua".

Entah dia itu masih awam terhadap lomba lari marathon atau tidak, tapi itulah kenyataan dan anggapan sebagian orang terhadap lari, hanya bikin capek, saya pun sebelumnya beranggapan demikian. Tapi ada secercah pencerahan tentang lari setelah saya mengkuti rangkaian acara Mandiri Jogja Marathon 2018.

Saya yang awalnya skeptis terhadap lari jadi tahu bahwa berlari itu tidak hanya cari keringat atau capek saja, ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil dibalik itu semua. Berlari memang dibutuhkan minat dan niat yang kuat, seperti apa yang dikatakan oleh Haruki Murakami "Jika seseorang memiliki minat pada lari jarak jauh, tanpa disuruh pun mereka akan mulai berlari sendiri. Jika mereka tidak berminat, sebanyak apa pun ajakannya akan percuma saja". So ayo lari dan sampai jumpa lagi di Mandiri Jogja Marathon 2019, tetap sehat dan semangat...!!

WASSALAM....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun