Mohon tunggu...
Fachrudin Alfian Liulinnuha
Fachrudin Alfian Liulinnuha Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya sekedar freelance

Hanya ingin sekedar berbagi, bukan menggurui....

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kenyang dan Bahagia di ASEAN Food Festival

2 April 2017   03:36 Diperbarui: 2 April 2017   03:51 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ASEAN Food Festival (Dokumentasi Pribadi)

Sekilas rasanya hampir sama dengan nasi uduk ketika saya  mencobanya, tapi untuk urusan kenikmatan, nasi lemak jauh lebih nikmat daripada nasi uduk. Makan nasi lemak semakin nikmat dengan lauk pelengkap seperti yang sudah saya sebutkan diatas, yang paling saya sukai adalah tekstur gulai dagingnya yang tidak keras, tapi terasa empuk dan kenyal.

Nasi Lemak (Dokumentasi Pribadi)
Nasi Lemak (Dokumentasi Pribadi)
Gulai Daging dan Ayam Goreng (Dokumentasi Pribadi)
Gulai Daging dan Ayam Goreng (Dokumentasi Pribadi)
Kepiting sudah, nasih sudah, sekarang waktunya cari makanan yang sedikit agak ringan. Pilihan saya jakhirnya atuh pada "Wonton Noodles", Mie yang cukup populer di China, Hongkong, Malaysia, Singapore dan Thailand. Mie kuning tipis ini disajikan dengan kuah panas dan diberi topping sawi hijau beserta pangsit yang biasanya berbahan dasar udang. Butuh waktu sekitar 1 menit untuk menunggu pengolahan Wonton Noodles yang ditunjukkan secara live oleh Chef swiss cafe, setelah mie jadi, tinggal tambahkan saos, kecap dan sambal.

Mengolah Wonton Noodles (Dokumentasi Pribadi)
Mengolah Wonton Noodles (Dokumentasi Pribadi)
Meski penyajiannya biasa dan tampilannya seperti mie-mie pada umumnya, tapi aroma yang terhitup terasa sedap dan menyegarkan. Pertama saya cicipi kuahnya, dan rasanya terasa segar dan sesedap aromanya. Dan selanjutnya saya merasakan mie kuning tipsinya yang terasa lembut seperti bihun, rasanya gurih dan sangat lezat. Puncak kenikmatan semakin terasa ketika saya menggigit pangsit udangnya, rasa udangnya enak, segar dan tidak menimbulkan bau amis sedikitpun. Mungkin ini satu-satunya sajian mie internasional palinng enak yang pernah saya rasakan, rasanya pengen nambah dan nambah lagi.

Wonton Noodles (Dokumentasi Pribadi)
Wonton Noodles (Dokumentasi Pribadi)
Sajian selanjutnya yang cicipi adalah makanan khas Thailand, yaitu "Tom Yum Goong", dan mungkin ini yang terakhir kali karena perut saya sepertinya udah mulai kenceng, hehe.. Makanan ini adalah sejenis sup asam pedas yang berbahan dasar udang. Aroma rempah dan bumbu yang segar tecium ketika sup ini tersaji dihadapan saya, Rasa pedas yang saya rasakan sangat berbeda bila dibandingkan dengan makanan pedas lainnya. Perpaduan rasa pedas dengan rasa manis, asin dan asam menghasilkan citarasa khasnya yang pedas, gurih dan menyegarkan.

Tom Yum Goong (Dokumentasi Pribadi)
Tom Yum Goong (Dokumentasi Pribadi)
Sebagai makanan penutup dan pemanis lidah, saya mengambil piring berukuran sedang dan mengisinya dengan Sago Gula Malaka, Custard Pumpkin, Dadar Gulung Pandan dan Kue Lapis Malaysia. 

Tidak lupa, saya juga mengambil aneka jenis irisan buah-buahan seperti semangka, pepaya, mangga dan bengkoang. Bagaimana rasanya hidangan penutup malam itu? sepertinya tidak perlu saya jelaskan, karena rasanya sangat enak semua. Ada beberapa makanan yang tidak berhasil saya habiskan, itu karena saya tahu perut ini sepertinya sudah terlalu bahagia dan tidak ingin menambahnya lagi dengn penderitaan. Yang jelas makan malam ini menyenangkan, karena saya bisa menutupnya dengan makanan yang manis dan membahagiakan.

Makanan penutup (Dokumentasi Pribadi)
Makanan penutup (Dokumentasi Pribadi)
Buah segar (Dokumentasi Pribadi)
Buah segar (Dokumentasi Pribadi)
Itulah sekelumit pengalaman saya berpetualang menjelajah dan merasakan beragam makanan khas negara ASEAN. Selain kenyang dan bahagia, saya bisa merasakan bagaimana makanan itu mencerminkan sebuah budaya yang khas dari setiap negara. Makanan ibarat sebuah produk budaya yang sarat akan nilai-nilai berharga yang ditawarkan kepada para pemakannya. Oleh sebab itu, cintailah makanan dengan rasa yang tulus. Seperti kata George Bernard Shaw, seorang peraih nobel sastra (1925) "Tak ada cinta yang lebih tulus daripada cinta pada makanan".

Sebagai orang yang hidupnya pas-pasan, tentu saya akan terdiam ketika  sudah merasa kenyang dan bahagia dengan menikmati makanan-makanan seperti yang sudah saya ceritakan diatas. 

Maka dari itu, saya cukupkan sampai disini saja. Saya tak mungkin lanjut untuk menghabiskan semua makanan yang sudah disediakan dan menuliskan sejuta kata untuk mengenyangkan pembaca, karena hal itu tidak mungkin."Semakin tinggi sekolah, bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas".(Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun