Mohon tunggu...
Mochammad Fachrizal Perdana
Mochammad Fachrizal Perdana Mohon Tunggu... Freelancer - Part Time Blogging | Content Writer

Kadang nulis pagi, Kadang nulis malem

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ojolopang Part III (Rebutan Si Boss)

16 Maret 2020   05:29 Diperbarui: 16 Maret 2020   05:59 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Zaman semakin canggih dan inovasi inovasi mulai dibuat untuk memudahkan aktifitas manusia. Mulai dari toko sampai ojek semua berbasis digital. Bang Gebi adalah salah satu orang yang memanfaatkan pekerjaan ojek online sebagai mata pencahariannya. Bang Gebi mulai tertarik dengan ojek online semenjak tau bahwa menjadi ojek online mudah dan lumayan untuk memenuhi kebutuhanya.

Bang Yahud yang masih menjalani pekerjaannya seperti biasa, mulai merasa tersaingi karena pelanggannya perlahan mulai berkurang semenjak adanya ojek online ini. "Waduh ini ko makin sepi aja ya penumpang yang minta dianter apa gara-gara ada ojek online ya sekarang." Ujar bang Yahud mengeluhkannya. Semenjak adanya ojek online bang yahud jadi lebih banyak menghabiskan waktu di pangkalan bersama dengan bang Basit ketimbang mengantarkan orang-orang.

"Yud, lama-lama bosen juga yaa begini terus.. pelanggan banyak yang pindah ke ojek online." Ujar bang Basit mengeluhkan hal yang sama.

"Iya ni sit, ada ada aja ni ojek online ojek online segala.. kalo kaya gini kan kita ojek pangkalan jadi sepi pelanggan." Jawab bang Yahud.

Terhitung yang biasanya bang Yahud mengantar sampai 10 orang lebih dalam sehari, belakangan ini hanya mengantar 3-5 orang saja dalam sehari. Salah satu pelanggannya, Si boss masih menjadi pelanggan tetap bang Yahud walau sekarang banyak ojek online.

"Bang ayo, biasaaaa anterin saya ke kantor." Ucap Si boss meminta untuk diantar bang Yahud.

"Oke siap bosss.. ayo langsung naik aja, kita meluncurrrr." Jawab bang Yahud dengan semangat.

Sampai suatu hari bang Yahud resah karena Si boss tidak seperti biasanya yang minta diantar ke kantor di pagi hari. 

"Si boss kemana yaa, tumben banget ga dateng ke pangkalan pagi ini." Ucap bang Yahud dengan penuh resah.

Kecurigaannya muncul saat ada bang Gebi lewat depan pangkalannya dan mengarah ke rumah Si boss, sontak bang Yahud langsung membuntutinya dari belakang untuk memastikan kemana arah bang Gebi pergi. Benar saja, bang Gebi kearah rumah Si boss. Kemudian tak pikir panjang, bang Yahud langsung mencegat bang Gebi.

"Berenti.... mau kemana bang." Ujar bang Yahud dengan nada ketus.

"Mau ke costumer saya bang, kalo di aplikasi sih namanya Si boss." Jawab bang Gebi.

Kecurigaan bang Yahud akhirnya terjawab.

"Ngapain ke Si boss, dia itu pelanggan saya. Saya setiap hari yang mengantarkan dia sampai ke kantornya, jadi abang pergi aja deh dari sini biar saya yang anter dia sampe ke kantornya." Jawab bang Yahud dengan penuh emosi.

Bang Gebi menjawa dengan penuh rasa ketidaktahuan "lah bang, saya disini cuma jalanin pesenan dari aplikasinya ko.. ga bermaksud buat ngerebut pelanggan abang."

"ya sama aja bang, kalo kaya gini kan jadinya Si boss jalannya sama abang bukan sama saya. Mending sekarang abang puter balik terus jangan kesini lagi deh.." Jawab bang Yahud dengan nada yang semakin naik.

Si boss yang sedang menunggu dijemput mendengar keributan diluar rumahnya, alhasil ia melihat bang Yahud sedang bertengkar dengan bang ebi ditengah jalanan. Sontak Si boss langsung berlari kearah bang Yahud dan bang Gebi dan bermaksud untuk memisahkannya.

Setelah diberikan pengertian oleh Si boss, emosi dari bang Yahud perlahan mereda dan mereka akhirnya berdamai dan berjanji tidak akan bertengkar seperti ini lagi. Karena memang rezeki sudah ada yang mengatur jadi tak perlu takut untuk kehilangan rezeki. Setelah kejadian itu bang Yahud kembali lagi ke pangkalannya dan merenungkan kejadian tadi. Selang beberapa jam bang Yahud mendapatkan orang yang ingin minta diantar olehnya.Terbukti rezeki memang sudah ada yang mengatur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun