Mohon tunggu...
Fachrizal Fazza Ashari
Fachrizal Fazza Ashari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Informatika semester 5 yang sedang mendalami dunia pengembangan aplikasi dan AI. Berminat dalam membangun sistem yang efisien dan handal, serta terus belajar teknologi-teknologi terbaru dalam bidang ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengatasi Kehilangan Informasi dalam Pengembangan Sistem Berbasis MDD

9 Oktober 2024   11:42 Diperbarui: 9 Oktober 2024   11:43 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: freepik.com)

Mengatasi Kehilangan Informasi dalam Pengembangan Sistem Berbasis MDD 

Dalam dunia pengembangan sistem informasi, adopsi Model-Driven Development (MDD) telah menjadi topik yang semakin menarik perhatian para profesional teknologi. Konsep ini memusatkan model konseptual sebagai dasar pengembangan perangkat lunak, menggantikan pendekatan tradisional yang berbasis kode manual. MDD, pada dasarnya, memungkinkan tim pengembang untuk mengotomatiskan pembuatan kode dari model, sehingga meminimalkan kesalahan manusia dan mempercepat waktu pengembangan. Namun, di tengah keuntungan yang ditawarkan, tantangan baru muncul ketika lingkungan bisnis yang terus berubah memerlukan sistem informasi yang senantiasa selaras dengan strategi bisnis perusahaan.

Artikel ilmiah karya Rene Noel, Jose Ignacio Panach, dan Oscar Pastor yang berjudul Challenges for Model-Driven Development of Strategically Aligned Information Systems (2022) mengangkat isu utama dalam penerapan MDD, yakni bagaimana mempertahankan keterlacakan dan mengatasi kehilangan informasi selama proses transformasi dari tingkat strategi organisasi ke proses bisnis dan akhirnya ke sistem informasi. Dalam artikel ini, para penulis menganalisis berbagai kerangka pemodelan yang melibatkan tiga level utama, yaitu level organisasi, proses bisnis, dan sistem informasi. Data yang dihasilkan dari eksperimen mekanisme menunjukkan bahwa metode MDD masih memiliki kekurangan dalam memastikan bahwa informasi strategis tidak hilang selama proses transformasi.

Dalam konteks bisnis yang semakin dinamis, kemampuan MDD untuk menghasilkan sistem yang secara otomatis selaras dengan tujuan strategis perusahaan sangat krusial. Menurut sebuah studi oleh Gartner, sekitar 60% perusahaan besar akan mengadopsi low-code dan no-code platforms seperti MDD pada tahun 2024, menunjukkan tren yang terus meningkat dalam adopsi teknologi otomatisasi ini. Namun, keberhasilan penerapannya sangat bergantung pada bagaimana tantangan, seperti yang diuraikan oleh Noel et al. (2022), dapat diselesaikan.

Dalam artikel Challenges for Model-Driven Development of Strategically Aligned Information Systems (2022), Noel et al. menggarisbawahi bahwa salah satu tantangan terbesar dalam implementasi MDD adalah masalah keterlacakan dan kehilangan informasi strategis saat berpindah dari model organisasi ke model proses bisnis dan kemudian ke sistem informasi. Meskipun metode MDD telah lama diteliti---seperti disebutkan dalam artikel, lebih dari 50 inisiatif code generation berbasis MDA telah muncul selama dua dekade terakhir---tantangan-tantangan terkait transformasi otomatisasi informasi strategis masih jauh dari sempurna. Para penulis menekankan pentingnya menjaga keterlacakan penuh dari tujuan strategis perusahaan hingga ke tingkat kode, guna memastikan sistem informasi yang dihasilkan benar-benar mendukung tujuan bisnis jangka panjang.

Sebagai contoh, mereka menguji pendekatan Holistic Model-Driven Development (HMDD), yang mereka sebut sebagai metode MDD holistik, dalam berbagai skenario bisnis. Eksperimen ini menunjukkan bahwa transformasi dari model strategi organisasi ke proses bisnis sering kali tidak mempertimbangkan informasi penting seperti struktur organisasi dan tujuan strategis tertentu. Ketika informasi-informasi ini hilang atau tidak terintegrasi dengan baik, desain sistem informasi yang dihasilkan menjadi kurang optimal, bahkan mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis yang sesungguhnya.

Dalam studi mereka, Noel et al. juga menunjukkan betapa pentingnya mengatasi masalah informasi yang hilang. Mereka menemukan bahwa sekitar 40% dari elemen-elemen strategis dalam organisasi berisiko tidak terakomodasi dengan baik dalam sistem jika pendekatan MDD tidak dilengkapi dengan teknik keterlacakan yang kuat. Hal ini tentu saja berisiko bagi bisnis, karena sistem yang dihasilkan dapat gagal mendukung strategi yang sedang berlangsung, menurunkan efisiensi dan responsibilitas perusahaan terhadap perubahan eksternal.

Angka-angka ini didukung oleh fakta bahwa sektor teknologi yang menggunakan platform low-code atau no-code, yang pada dasarnya adalah turunan dari metode MDD, telah berkembang pesat. Pada 2020, Forrester memperkirakan bahwa pasar low-code akan tumbuh sebesar 22,6% setiap tahun hingga mencapai $13,8 miliar pada tahun 2024. Namun, keberhasilan penggunaan metode ini dalam skala besar sangat tergantung pada kemampuan untuk mempertahankan informasi strategis melalui berbagai tahap transformasi model yang berbeda. Artikel ini secara jelas menggambarkan bagaimana gap di antara proses pemodelan dapat mengakibatkan implementasi sistem yang tidak selaras secara strategis.

Secara keseluruhan, artikel Challenges for Model-Driven Development of Strategically Aligned Information Systems (2022) menawarkan wawasan berharga mengenai tantangan dan peluang dalam pengembangan sistem informasi berbasis model. Noel et al. menekankan bahwa meskipun MDD memiliki potensi besar untuk mempercepat dan mengotomatiskan pengembangan perangkat lunak, masalah yang dihadapi dalam menjaga keterlacakan informasi strategis masih menjadi hambatan utama. Tanpa keterlacakan yang baik, risiko kehilangan elemen penting dari strategi organisasi dalam proses transformasi menjadi terlalu besar untuk diabaikan.

Artikel ini berhasil menunjukkan pentingnya integrasi yang lebih kuat antara model organisasi, proses bisnis, dan sistem informasi, khususnya dalam lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Solusi yang diusulkan, seperti penerapan pendekatan HMDD yang lebih holistik dan adanya alat bantu yang lebih canggih untuk menjaga keterlacakan, menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini. Dengan pertumbuhan platform low-code dan no-code yang diharapkan mencapai lebih dari $13 miliar pada tahun 2024, penting bagi perusahaan untuk memperhatikan tantangan ini agar mereka dapat memaksimalkan efisiensi dari sistem yang dibangun menggunakan metode MDD.

Pada akhirnya, artikel ini menjadi pengingat bagi pengembang dan perusahaan teknologi bahwa inovasi dalam pengembangan perangkat lunak tidak hanya terletak pada kecepatan dan otomatisasi, tetapi juga pada kemampuan untuk menjaga agar sistem tetap relevan dan selaras dengan tujuan strategis perusahaan.

Referensi

Noel, R., Panach, J. I., & Pastor, O. (2022). Challenges for model-driven development of strategically aligned information systems. IEEE Access, 10, 38237-38252. https://doi.org/10.1109/ACCESS.2022.3162225

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun