Setelah melihat nyali Xavier menciut, kedua bahunya bergetar hebat, dan muncul keringat dingin kau tiada henti menggelakkan tawa jahat. Seakan puas dengan tindakanmu terlebih lagi membuat teman barumu ketakutan bukan kepalang. Di sisi lain Sophie telah menyelesaikan maha karyanya berupa mahkota dari bunga dandelion.
Dia melompat ke arahmu sembari menyodorkan sebuah mahkota indah buatannya. “Untuk Coraline!”
Kau menatapnya tidak suka dan enggan menerima pemberiannya. “Namaku Caroline bukan Coraline.”
Walau begitu Sophie masih menunjukkan sederet gigi ompongnya kemudian memasang mahkota itu di kepalamu. Sementara kau bergeming, matamu berkaca-kaca seperti membendung air, dan kau merasakan perasaan yang berbeda dari biasanya. Perasaan yang belum pernah kau rasakan sebelumnya.
“Apakah ini yang dinamakan kebahagiaan?” gumammu.
***
Keesokan harinya kondisimu kian memburuk para tenaga medis nyaris kehilangan akal sehat mereka demi membuatmu tetap bertahan hidup. Berbagai macam jenis jarum mereka tusukkan di area pergelangan tangan dan dadamu.
“Dia harus melakukan operasi!” seru salah satu pimpinan mereka.
“Tapi percuma saja anak ini tidak bisa menahannya.”
“Aku tidak akan menyerah begitu saja! Meskipun dia lemah, kita tak bisa membiarkan satu nyawa pun melayang kan?! Setidaknya kita sudah berusaha.”