Faktor Penyebab Pemukiman di kota Semarang. Angka kepadatan penduduk yang tinggi di kota Semarang di sebabkan oleh tingginya arus urbanisasi.Semarang menjadi daerah tujuan urbanisasi di Jawa Tengah, mengingat semakin berkembangnya industri besar maupun kecil di kota Semarang. Kurangnya lapangan kerja di desa menyebabkan semakin tingginya minat penduduk desa untuk pindah kekota. Industri di kota membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga para pekerja banyak berbondong-bondong menuju kota dan menetap di kota Semarang dengan pertimbangan dekat lokasi kerja.Â
Keadaan ekonomi para pekerja berbeda-beda, pekerja yang memiliki tingkat perekonomian menengah tinggi lebih suka tinggal di luar pusatkota yang lebih nyaman dengan fasilitas yang permukiman yang terencana. Bagi pekerja yang memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah akan lebih suka tinggal di dekat lokasi kerja mereka. Inilah yang menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di kota Semarang, padahal luas lahan kota Semarang semakin menipis dengan bukti sudah tiadanya lahan pertanian maupun lahan kosong serta semakin banyaknya bukit – bukit di Semarang yang dikepras untuk area permukiman baru. Kondisi ini akan menyebabkan munculnya masalah-masalah baru di kota Semarang dan sekitarnya.
Baubusuk yang mencemari udara di kota Semarang disebabkan oleh pengelolaan sampah,selokan dan gorong-gorong yang tidak baik. Tingginya kepadatan penduduk di kota Semarang juga meningkatkan banyaknya sampah-sampah rumah tangga dan sampah hasil industri. Tidak semua orang sadar akan pentingnya membuang sampah padatempatnya.Â
Terbukti dengan ditemukannya sampah yang dibuang sembarangan ditempat umum, di kali, selokan, dan hal ini akan menyumbat aliran air buangan dan mempercepat pembusukan sampah sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap mencemari pemukiman dan semua area. Kondisi di TPA kota Semarang juga semakin menumpuk, contohnya di TPA Jati Barang lokasinya terletak di KelurahanKedungpane, Kecamatan Mijen, di bagian barat Kota Semarang dikabarkan air lindi sudah mencemari air sungai Kreo yang memang lokasi TPA ada di tepi sungai Kreo.Saat melewati lokasi ini akan tercium bau busuk yang menyengat.
Banjir rob yang melanda daerah-daerah di pinggiran laut atau pantai disebabkan oleh:
 a. Permukaan tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut.
 b. Bertambah tingginya pasang air laut.
 c. Sedimentasi dari daerah atas (burit) di muara sungai (Kali Semarang,Banjir Kanal Barat, Kali Silandak, Kali Banger, Silandak Flood Way, Baru Flood Way, dan kali Asin) maupun sedimentasi air laut khususnya oleh pasang surut(rob), di samping oleh pengaruh gelombang dan arus sejajar pantai, sehingga terjadi pendangkalan muara yang berakibat mengurangi kapasitas penyaluran dan akibat selanjutnya menambah parah banjir di sekitarnya.
Lingkungan kumuh banyak terdapat dikota Semarang terutama di sekitar pemukiman padat penduduk sehingga memicu terciptanya permukiman kumuh di kota semarang.Antusias masyarakat terhadap kehidupan kota menyebabkan banyak masyarakat melakukan urbanisasi besar-besaran ke kota Semarang. Masyarakat dengan tingkat perekonomian tingkat menengah ke bawah tidak memiliki pilihan lain selain tinggal di pemukiman kumuh. Mereka bertahan dengan mempertimbangkan lokasi pemukiman yang kebanyakan dekat dengan lokasi kerja. Lingkungan kumuh memicu timbulnya banyak penyakit seperti, diare, muntaber, berbagai macam penyakit kulit,infeksi pernafasan, TBC bahkan kanker. Sampai saat ini masyarakat tingkat ekonomi bawah masih belum memahami pentingnya kesehatan, mereka pun belum menetapkan kriteria rumah sehat di rumahnya.
Pencemaran air tanah salah satunya disebabkan oleh limbah industri pabrik yang di buang secara sembarangan ke badan – badan air seperti sungai, laut sehingga mencemari air tanah yang biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pencemaran air tanah juga disebabkan oleh adanya intrusi air laut ke daratan akibat terjadinya penurunan permukaan tanah dan naiknya permukaan air laut.
 Air Tanah Bebas merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air ( aquifer ) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya.
Penduduk Kota Semarang bawah (yang berada di dataran rendah), banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Amblesan tanah yang terjadi di dataran Semarang disebabkan oleh dua faktor, yaitu penurunan muka air tanah akibat pemompaan dan peningkatan beban karena pengurugan tanah. Tektonik di Pulau Jawa yang cukupaktif pada Pliosen Akhir - Plistosen Tengah, menghasilkan pola struktur geologi yang kompleks di daerah sebelah selatan daerah penelitian. Struktur sesar yang aktif belum diketahui dengan jelas pengaruhnya terhadap proses amblesan tanah di dataran aluvial Semarang.Â
Akibatnya apabila berlangsung terus-menerus,beberapa wilayah justru lebih rendah daripada permukaan air laut. Akibat pengambilan air bawah tanah yang berlebihan sementara air permukaan tanah lebih rendah dari permukaan air laut, maka terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut saat ini sudah mencapai daerah Simpang Lima dan Tugu Muda Semarang (batas Semarang Atas dan Semarang Bawah).
Â
Gilang W.S(A15.2016.00651)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H