Mohon tunggu...
Muhammad Fachri Darmawan
Muhammad Fachri Darmawan Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Kristen Satya Wacana dan Koordinator Berita Video Lembaga Pers Mahasiswa Lentera merangkap Jurnalis Tulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Animasi Minions Itu Berbahaya, Jangan Ditonton!

16 September 2015   12:54 Diperbarui: 16 September 2015   18:52 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2015 menjadi tahun yang ditunggu oleh penggemar dari mahkluk kecil kuning nakal dan penyuka pisang bernama Minions. Kenapa? Karena di tahun ini spin-off dari film ini akan di rilis dan menjadi satu sajian yang dianggap one of the most anticipated animated movie of the year. Berjudul sama “Minions” namun akan lebih berfokus pada sejarah dan pencarian “majikan” bagi para Minions

Di dua film orisinalnya yang berjudul Despicable Me dan Despicable Me 2, karakter ini hanya menjadi karakter sampingan dan cenderung menjadi cameo. Namun siapa yang menyangka? Kekonyolan yang dibawakan oleh segerombolan mahkluk ini menjadi suatu interest tersendiri bagi penontonnya yang sebagian anak kecil. Yah setidaknya itu yang saya lihat ketika menonton premierenya.

Jika ditilik dari sisi Ilmu Komunikasi, dari pihak studio film melihat jika karakter Minion menjadi suatu favorit baru bagi anak-anak, melalui karakter lucu, penuh warna dan penggambaran karakter secara halus serta cerita yang agak ringan namun menjurus slapstick, namun tetap menjadi idola karena Minnion dianggap konyol dan mampu mengocok perut penontonnya.

Menurut Hall (dalam McQuail, 1987), konsep dominasi, yang berarti pemaksaan kerangka pandangan pandangan secara langsung terhadap kelas yang lebih lemah, melalui penggunaan kekuatan dan keharusan ideologi yang terang-terangan, belumlah cukup untuk menampung semua kompleksitas permasalahan. Orang harus memahami bahwa dominasi berlangsung pada tahap sadar maupun tidak sadar.

Minion yang awalnya hanya menjadi karakter pendamping atau pembantu, nyatanya hadir kembali sebagai peran utama dalam film terbarunya. Dengan dalih untuk memberikan cerita baru dan sebagai prekuel dari dua film sebelumnya. Dari kacamata komunikasi, film ini dibuat semata-mata demi untuk mencari keuntungan lewat film ini, dengan strategi komunikasi yang sedemikian rapi dan elegannya, hal ini membuat penonton tidak menyadari bahwa film ini didasari oleh keinginan kaum kapitalis untuk mencari keuntungan secara massive.

Dengan proses hegemoni yang sebegitu besarnya, nyatanya film ini tidak begitu meledak di pasaran di mendapat respon yang tidak begitu “ramah” dari kritikus film maupun fans dari Minions itu sendiri.

Banyak yang review negatif bermunculan karena sebagian besar cerita sudah terlihat dan ditampilkan dari trailer yang dijadikan sebagai alat promosi oleh pihak distributor film tersebut. Dan hal ini berdampak pada kekecewaan yang cukup dalam.

Cerita juga seakan tidak berkembang, hanya berputar disekitar kenakalan Minions yang sangat slapstick karena dibanyak scene antar Minions yang satu dan yang lainnya saling pukul bahkan ada scene kematian seseorang yang disebabkan oleh para Minions itu sendiri.

[caption caption="Contoh "Kenakalan" Minions"][/caption]

 

Walaupun agak kontradiktif karena kelakuan nakal Minions yang sedemikian rupa, sasaran penontonnya adalah anak – anak, dan jika tidak didampingi oleh orang tuanya maka bukan tidak mungkin akan menduplikasi apa yang dilihatya dari film ini. Banyak joke-joke yang slapstick yang agak riskan untuk ditiru.

Film sebenarnya cukup menghibur karena tingkah konyol dan suara-suara aneh tapi catchy dari para Minions. Teknik pembuatan film animasi yang digunakan untuk menggambarkan film ini juga sangat baik dan menghasilkan karakter yang nyaman dilihat mata.

Namun, jika orang tua tidak melakukan pendampingan dan tidak melakukan kontrol dalam pemilihan tontonan yang tepat kepada anak, maka bukan tidak mungkin, hal – hal yang dilihat oleh anak akan menjadi hal yang dipercayai dan diikuti oleh sang anak.

Saya sih berharap.. Apa yang saya tulis ini tetap jadi satu kekhawatiran saja, tidak lebih. Karena hal hal seperti ini bisa akan sangat gawat jika benar-benar terjadi, karena akan sangat tidak lucu jika ada korban jiwa yang disebabkan oleh animasi, sungguh miris.

Sebagai anak yang lahir dan besar sebagai generasi 90'an (asik biar dibilang kekinian) aku melalui perjalanan menuju dewasa ditemani dengan animasi Barat serta anime Jepang, hal ini dapat menularkan pemikiran kreativitas dan liarnya pemikiran yang jika diarahkan tentu akan menjadi positif, dan aku bersyukur bisa memiliki segala hal ini.

Jadi, pilihannya ada orang tua, mampukah mengarahkan anaknya dengan baik? Pemahaman orang tua akan suatu tontonanlah yang akan menentukan segalanya. Berikan pemahaman yang benar akan jenis tontonan yang dipilih. Jangan sekedar menghibur tapi malah ngelantur, apalagi ngawur.

So... Be a smart viewer and be critical parents for the sake of your children!

Salam dari seorang Mahasiswa yang besar dengan menikmati Film Animasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun