Mohon tunggu...
Fachri Helmanto
Fachri Helmanto Mohon Tunggu... -

Pekerja Seni,\r\nKritikus Seni,\r\nPenulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Khodam & Khodim Wayang Senggol

29 Oktober 2014   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:18 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Khodam, nama yang sedikit bernuansa arab pernah muncul di semua pementasan wayang senggol. Kalau dilakukan lewat search engine, yang akan muncul nantinya adalah khodam dalam segi mistis, dapat berkaitan dengan unsur metafisika. Percaya atau tidak, pada pertunjukan khodam itu selalu muncul di berbagai alur cerita.

Kemunculan khodam di berbagai cerita dalam pertunjukan wayang senggol bukan lah semata karena tokoh utama, melainkan tokoh pemanis atau penggembira. Tokoh khodam bisa saja tokoh punakawan, bodor atau longser di kebudayaan lain, namun tokoh khodam menurut wayang senggol ialah tokoh yang secara falsafah telah lepas dari beban kehidupan.

Deden Rengga menuturkan "penciptaan khodam didasari atas habitus salah satu anak wayang." Habitus ialah proses tekanan atau 'underpressure' yang dialami seseorang. Deden melihat seseorang yang, mengilhami sehingga muncul tokoh khodam, memiliki tulang komedi yang belum disadari. Mendrinos (2004) menyatakan tulang komedi ialah bentuk fisik alami yang dimiliki seseorang untuk menciptakan komedi-komedi meski orang tersebut tidak melakukan apa-apa. Berdasarkan teori konstruksi sosial genetika Bourdieu, tulang komedi itu disebut sebagai modal.

Bourdieu mengutarakan habitus dan modal seseorang jika ditempatkan pada arena (lingkungan) yang mendukung akan menghasilkan reproduksi kebudayaan. Pendapat bourdieu itu menegaskan bahwa khodam adalah tokoh reproduksi kebudayaan yang terbentuk atas habitus seseorang.

Fachri Dajjul mengemukakan '..Khodam itu menyentuh seluruh sukmaku..'. Seorang peteater sekaligus penulis naskah akademis ini terkagum atas pilihan Deden untuk mempercayakan tokoh khodam pada dirinya. Dia seperti menemukan identitasnya lewat tokoh khodam ini.

Tokoh khodam menurut penciptanya itu tergambarkan seperti sosok yang kelaminnya terpotong habis, banyak tahu, suka akan kecantikan dan keindahan tubuh wanita, kemolekan dan keindahan alam, periang, mudah bosan, bahkan bisa mengetahui apa yang orang lain belum ketahui (red: tokoh lintas jaman).

Khodam memiliki saudara kembar berparas serupa, Khodim namanya. Anehnya khodam dan khodim ini ialah saudara kembar tidak sebapak dan tidak seibu. Wajah mereka serupa, kelakuannya pun serupa. Tokoh khodim ini muncul sebagai pelengkap hidup khodam. Ternyata tokoh khodim itu sendiri ditujukan khusus untuk penciptanya sendiri, yakni Deden. Khodam dan Khodim ini tak hanya diatas panggung, dalam kesehariannya pun mereka selalu bersama. Seperti yang pernah diungkapkan Dajjul 'dimana ada Khodim, disitu ada Khodam, atau sebaliknya.' Dalam kesehariannya, mereka mengumpulkan materi-materi komedi. Kerap kali bukan untuk dipentaskan, tapi hanya sekedar sedikit tertawa terpingkal-pingkal atas problematika kehidupan.

Semua materi komedi yang mereka berdua buat direncanakan akan dibukukan. Harapan mereka bahwa tokoh khodam & khodim ini mampu memberikan tawaran alternatif seperti tokoh-tokoh sebelumnya yakni, Nasruddin Hoja, Abu Nawas, Kabayan, dan sebagainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun