Sebagai mahasiswa, memiliki karir di perusahaan besar dengan lingkungan kerja yang nyaman dan diberikan pendapatan yang sesuai saat lulus kuliah nanti merupakan suatu hal yang sangat dicita-citakan. Terutama mayoritas mahasiswa di zaman sekarang adalah Generasi Z yang saat berkarir nanti mengutamakan budaya work life balance, yaitu budaya keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan professional. Tentunya tidak mudah untuk memiliki karir di perusahaan dengan budaya work life balance yang memberikan pendapatan sesuai. Sebut saja contoh perusahaannya seperti PT Unilever Indonesia Tbk, PT Astra Indonesia Motor, dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Dibutuhkan pengalaman kerja yang kompleks dan portofolio  yang meyakinkan untuk dapat diterima di perusahaan-perusahaan besar tersebut.
Sejak memasuki dunia perkuliahan banyak mahasiswa yang memutuskan untuk bergabung dengan organsisasi mahasiswa, Tujuannya supaya mereka dapat menambah pengalaman yang sesuai dengan minat karir mereka kedepannya melalui keanggotaan organisasi mahasiswa tersebut. Selain itu, menurut mereka dengan mengikuti keanggotaan organisasi mahasiswa dan berpartisipasi sebagai panitia di dalam program kerja yang dijalankan oleh organisasi mahasiswa merupakan peluang untuk menciptakan portofolio karya. Namun masih relevankah organisasi mahasiswa untuk membangun pengalaman dan portofolio bagi mahasiswa?
Organisasi mahasiswa merupakan organisasi yang terdapat di dalam kampus, baik di tingkat universitas, fakultas, maupun jurusan. Anggota dan kepengurusan dari organisasi mahasiswa diisi oleh para mahasiswa. Nantinya, organisasi mahasiswa memiliki program kerja yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu periode. Setiap anggota organisasi mahasiswa memiliki kewajiban untuk berpartisipasi di dalam setiap program kerja yang akan dilaksanakan oleh organisasi mahasiswa tersebut. Organisasi mahasiswa sendiri banyak jenisnya dan berdiri dengan tujuan yang berbeda-beda, sebut saja yang paling banyak kita ketahui salah satunya yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Jika melihat organisasi mahasiswa sebagai wadah dalam menambah pengalaman, dapat diakui bahwa memang organisasi mahasiswa dapat menjadi tempat untuk menambah pengalaman bagi mahasiswa. Banyak mahasiswa dapat menambah pengalaman yang sesuai dengan minat karirnya saat lulus nanti melalui organisasi mahasiswa. Hal ini disebabkan kewajiban mereka sebagai anggota organisasi mahasiswa untuk berpartisipasi di dalam setiap program kerja yang dilaksanakan oleh organisasi mahasiswa tersebut. Secara tidak langsung, soft skill dan hard skill mereka juga berkembang disebabkan pengalaman yang mereka dapat saat menjadi anggota organisasi mahasiswa. Soft skill seperti public speaking dan komunikasi yang sangat dibutuhkan di dunia kerja perlahan dapat dikuasai oleh mahasiswa melalui keanggotaan di organisasi mahasiswa. Selain itu, hardskill dalam menggunakan software yang sangat dicari oleh perusahaan-perusahaan zaman sekarang juga dapat dilatih melalui partisipasi mahasiswa pada setiap program kerja yang dilaksanakan oleh organisasi mahasiswa.
Bukan hanya sebagai wadah untuk menambah pengalaman, organisasi mahasiswa sendiri dapat dikatakan sebagai tempat yang baik untuk mahasiswa mulai membangun portofolio karya mereka. Setiap program kerja yang dilaksanakan oleh organisasi mahasiswa tentunya memerlukan banyak aspek penting di dalamnya, salah satunya yaitu properti. Kebutuhan akan properti saat organisasi mahasiswa melaksanakan program kerjanya merupakan peluang yang terbuka lebar bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam bentuk karya. Mahasiswa tidak hanya mendapatkan rasa bangga jika karya mereka digunakan saat program kerja tersebut dilaksanakan, namun yang paling utama adalah karya mereka dapat dicantumkan di dalam portofolio yang akan mendukung karir mereka saat lulus nanti.
Kembali ke pokok permasalahan awal, yaitu masih relevankah organisasi mahasiswa untuk membangun pengalaman dan portofolio bagi mahasiswa?
Jika yang dibahas adalah relevansi, organisasi mahasiswa dapat dikatakan masih relevan untuk membangun pengalaman dan portofolio bagi mahasiswa. Organisasi mahasiswa bisa dimanfaatkan sebagai salah satu pintu awal bagi mahasiswa untuk membangun pengalaman dan portofolio. Pengalaman dan portofolio yang dibangun saat mengikuti organisasi mahasiswa dapat dijadikan modal untuk memulai karir saat lulus kuliah nanti. Saat proses perekrutan, tentunya perusahaan akan melihat latar belakang dari mahasiswa. Pengalaman serta portofolio yang dibangun saat menjadi anggota organisasi mahasiswa merupakan nilai tambah positif yang dapat memperbesar peluang mahasiswa untuk diterima berkarir di perusahaan tersebut. Selain itu, softskill dan hardskill yang terasah dari partisipasi sebagai anggota organisasi mahasiswa juga dapat dilihat sebagai bonus positif dari mengikuti organisasi mahasiswa dan dapat menjadi daya tarik di mata perusahaan.
Namun jika mahasiswa menargetkan untuk berkarir di perusahaan dengan budaya work life balance yang memberikan pendapatan sesuai seperti perusahaan-perusahaan yang telah disebutkan di awal, dapat dikatakan pengalaman dan portofolio yang dibangun mahasiswa saat mengikuti organisasi mahasiswa masih belum cukup. Dibutuhkan pengalaman yang kompleks dan portofolio yang memukau agar mahasiswa bisa masuk ke dalam kriteria minimal perusahaan tersebut. Selain itu, mahasiswa juga perlu memiliki softskill dan hardskill yang dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia perusahaan tersebut.
Oleh karena itu selain mengikuti organisasi mahasiswa, mahasiswa juga dapat mengikuti kegiatan organisasi lain yang tingkatnya lebih luas. Banyak perusahaan nasional memiliki organisasi kepemudaan yang dapat dimanfaatkan. Misalnya Komunitas Kejar Mimpi dari PT Bank CIMB Niaga TBK atau Novo Club dari Paragon Corp. Pengalaman dan keahlian yang didapatkan tentuya akan lebih beragam. Selain itu, kegiatan seperti bootcamp dan sertifikasi juga merupakan salah satu cara yang dapat dicoba untuk membangun pengalaman yang kompleks dan portofolio yang memukau. Bootcamp atau pelatihan keahlian dapat menjadi media bagi mahasiswa untuk belajar mengenai keahlian-keahlian baru dan membangun portofolio karya mereka. Selain itu, sertifikasi juga dapat digunakan untuk memvalidasi keahlian-keahlian yang telah mereka pelajari. Nantinya dari bootcamp dan sertifikasi ini mahasiswa dapat memiliki daya tarik di mata perusahaan dan membuat peluang mereka untuk berkarir di perusahaan-perusahaan dengan budaya work life balance yang memberikan pendapatan sesuai terbuka lebar. Hal ini karena mereka dianggap mampu memenuhi kriteria sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H