Mohon tunggu...
Farah Ramadhani
Farah Ramadhani Mohon Tunggu... -

saya adalah orang yang ingin selalu menjadi lebih baik..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

From Love to Faith (Endless Patience)

6 September 2015   13:23 Diperbarui: 6 September 2015   17:03 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Part 1: 

Mengejar Mimpi.. Never End..

 

Mimpi memang sesuatu yang kelihatannya abstrak, namun jangan salah, semua yang terjadi saat ini adalah buah dari mimpi mimpi itu. Impian Albert Einstein mengantarkan dia menjadi penemu teori relativitas yang sangat terkenal itu. Impian juga yang membawa Thomas alfa Edison bias menerangi dunia dengan cahaya buatan yang ditemukannya. Indonesia pun bisa merdeka karena impian para pejuangnya yang ingin mendirikan tanah air yang satu. Maka.. bermimpilah.. letakkan impian itu pada langit yang tinggi, dan.. berusahalah..

Impian itu pun yang mengantarkanku pada universitas ini. Menjadi Electrical engineering  sebenarnya ini bukan impian pribadi ku, namun beberapa tahun belakangan Rangkaian listrik seolah menjadi saudaraku. Hatiku berdebar ketikan akan merakit suatu rangkaian. Jiwaku bergelora saat membayangkan rangkaian yang aku rakit bias digunakan  oleh banyak orang. Berharap apa yang aku rakit dapat menjadi bagian anak tanggaku untuk mencapai impian itu. Aku bukanlah seorang enginer yang hebat, namun aku berusaha semaksimal mungkin dalam merakit sesuatu, meskipun itu hanya sebuah lampu kecil aku merasakan.. it’s really cool..

Entah sejak kapan datangnya perasaan ini. Padahal ketika awal aku sangat benci dengan enginer. Apalagi aku seorang wanita. Apa kata orang melihat wanita memanjat tiang listrik untuk memperbaiki kabel yang putus. Itu pikiran awal ku ketika akan memilih electrical engineer. Aku terpaksa merelakan fakultas kedokteran yang menjadi incaranku semasa SMA. Maklum bagiku dokter itu really really cool.. dya bias membantu seseorang yang dilanda kesakitan. Bagiku,tangan dokter benar2 sakti, apalagi otaknya. Bias ingat segala macam jenis obat yang cocok untuk pasiennya. Tapi impian itu terpaksa aku buang karena ketidakmampuanku untuk mencapainya.. dan It’s me.. the woman who loves electric..

Padang,  Januari 2008

“Rasyaaa…”. Nia berteriak kearah muka ku sambil mengacungkan saus yang ada di meja makan. “Heeiii melamun lagi yaa???” tanyanya kepada ku. Ups aku hampir tidak mendengar  celotehan kedua temanku, aina dan vina. Mereka lagi sibuk mendiskusikan ujian medan listrik yang sempat membuat stress seantereo angkatan ganjil. “hopeless ni, IPK ku semester ini..” Aina tampak murung meceritakan hasil ujian tadi. Jelaslah terbayang hasil yang akan di temple pak tiko untuk mata kuliah ini. Sebenarnya aku kurang suka juga dengan mata kuliah yang satu ini. Entah karena momok dari senior, entah karena dosennya yang bertangan dingin, entah karena otak ku yang nggak bias menangkap bejibun rumus yang ada di buku mata kuliah ini.

“ sama lah kita tu, aku pun hopeless untuk mata kuliah yang satu ini” kataku menimpali. Tapi vina senyum senyum simpul saja. Pasti anak ini bias menjawab soal dengan baik. Dya memang terkenal jenius di angkatan kami. Soal rumus dan turunannya seperti kawan sepermainan yang membuat dya senang. Aneh.. ada orang senang dengan rumus. Tapi itu lah dya, aku piker harusnya dya masuk jurusan matematik saja. Biar happy setiap hari..:)

 

“Eh, besok ujian elektronika digital ya?? Ampuuunn.. belum ngapal lagi ”. aina kembali merengut. Kali ini aku yang tersenyum simpul. Itu mata kuliah favoritku. Walaupun dosennya sulit, mengikuti materinya terasa menyenangkan. Apalagi praktikumnya. “Ehh.. sya.. ntar belajar bareng yuk, kan kamu ngerti mata kuliah ini”. Aina menatapku dengan tampang memelasnya..  Apalagi vina yang biasanya cool juga menatapku. Walaupun tatapannya gak sememelas aina, hehe. “aduh, klo udah gini luluh lah aku sama kalian berdua”. Ok.. lets we learn it..

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun