Mohon tunggu...
Farah Ramadhani
Farah Ramadhani Mohon Tunggu... -

saya adalah orang yang ingin selalu menjadi lebih baik..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aktivis Vs Akademis

12 Oktober 2010   14:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:29 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkungan kampus merupakan miniatur dari keadaan masyarakat. Begitu banyaknya prinsip dan ideology sehingga membuahan sikap individualististis yang semakin tinggi. Para mahasiswa diberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk  memilih ilmu apa yang akan mereka dapatkan, begitu juga dengan berapa lama waktu yang akan mereka habiskan di kampus tercinta.  Jika ditanya masalah akademis, maka  ada dua komponen yang perlu menjadi perhatian yaitu aktivis kafe dan aktifis kampus. Keduanya sama sama aktivis namun mempunyai jalan yang berbeda. Jika aktivis kafe, kita tidak perlu sungkan dan heran jika mereka begitu cintanya pada kampus sehingga  memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk berada di kampus tercinta. Hal ini  bukan merupakan masalah  bagi mereka untuk menamatkan bangku kuliah dengan predikat MAPALA (Mahasiswa Paling Lama). Namun bagaimana dengan aktivis kampus ? Ternyata banyak diantara aktivis kampus yang belum bisa mensinergikan aktivitas dan akademisnya. Tidak jarang seorang aktivis terkesan cuek dengan nilai Kartu Hasil Studinya yang nasakom, ataupun dengan teguran teguran dari pihak dosen tentang ketidakdisiplinan mereka. Saya tidak menuntut setiap aktivis untuk mempunyai indeks prestasi yang luar biasa dengan perikat cumelaude, tetapi minimal seorang aktivis memiliki indeks prestasi yang bisa dikatakan standar ataupun bagus. seorang aktivis  memang tidak bisa disamakan  dengan mahasiswa lainnya  yang hanya punya dua orientasi yaitu kampus dan kos. Ketika para mahasiswa tidur tiduran di kos dengan santainya, para aktifis masih disibukkan dengan berbagai agenda. Ketika mahasiswa lain hanya pusing dengan tugas tugas dari dosen, maka para aktivis menambah satu porsi dalam pemikiran mereka untuk memikirkan kemajuan dan kebaikan ke depannya. Dan ketika  mahasiswa lain sibuk dengan persiapan pulang kampungnya, maka aktivis pun sibuk untuk  memikirkan pulang kampusnya alias acara acara selanjutnya di kampus mereka.  Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah untuk dilakukan. Banyak pengorbanan  yang harus dilakukan seorang aktivis, berkorban fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang kesempatan untuk pulang kampung. Akan tetapi kesemuanya itu tidaklah menjadi tameng bagi tiap aktivis untuk terlena dengan urusan organisasi, karena selain amanah mereka di institusi masing masing, marekajuga mempunyai amanah yang besar kepada orang tua untuk menyelesaikan studi dengan sebaik baiknya. Oleh Karena itu, tiap aktivis perlu mempunyai prinsip AKTIVIS AKADEMIS. Artinya kita menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga mengutamakan akademis kita sebagai seorang mahasiswa.  Saya rasa seorang aktivis mempunyai kemampuan yang lebih dalam memanage waktunya, dibandingkan mahasiswa lain. Karena umumnya pada aktivis mempunyai pemikiran yang matang hasil dari kemampuannya menganalisa dan mensolver masalah. Seorang mahasiswa biasa yang mendapat nilai akademis bagus adalah biasa, karena mempunyai waktu yang luang untuk mengulang ulang pelajaran, namun aktivis yang mempunyai nilai akademis yang bagus akan  lebih disegani dan dijadikan referensi bagi mahasiswa lain.  Jika kita melihat sejarah perjuangan para mahasiswa ikhwanul muslimin di Timur Tengah,  ternyata mereka sangat memperhatikan sektor pendidikan dan ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adalah perintah untuk membaca, bukannya penegasan terhadap ketauhidan kepada Allah SWT. Seharusnya hal ini dapat menjadi hikmah bagi kita semua para aktivis dakwah. Bahwa islam bukannya mengekang para pengikutnya untuk menuntut ilmu, bahkan islam menganjurkan kita menuntut ilmu sejauh mungkin agar dapat dipergunakan untuk kejayaan islam nantinya. Bagi para aktivis yang belum bisa mengoptimalkan nilai akademisnya, ada beberapa tips yang mugkin dapat digunakan, yaitu : -    membuat skala prioritas dari segala aktivitas yang akan dikerjakan pada hari tersebut, karena kefektifan dalam aktivitas  dapat membuka pikiran kita bahwa ternyata kita mempunyai waktu luang yang dapat digunakan seefisien mungkin untuk mengulang ulang pelajaran, misalnya di atas bus, atau pada jam jam kosong ketika kuliah. -    Pahami tentang metode belajar kita, karena tiap orang mempunyai metode belajar yang berbeda dan kapasitas yang berbeda dalam menyerap pelajaran. Kenali waktu waktu yang pas bagi kita masing untuk belajar. Apakah malam hari sebelum tidur , ataukan ketika subuh atau pada waktu waktu lainnya. -    Mulailah membuat targetan targetan nilai yang akan kita capai pada semester ini, karena hal tersebut dapat memotivasi kita untuk mencapai nilai yang sesuai dengan target. Jangan memasang target yang rendah karena akan membuat semangat kita mengendur. Sebaliknya target juga harus realistis sesuai dengan kemampuan kita. -    Kenalilah karakter dosen karena tiap dosen mempunyai karakter yang berbeda. Ada yang tidak perduli dengan kehadiran mahasiswa, adajuga yang memberikan penilaian gagal karena absensi tidak sesuai dengan target. Ada yang cuek dengan tugas dan latihan, ada juga yang begitu seringnya memberikan tugas dan latihan kepada mahasiswa. -    Jangan pernah melakukan praktek titip absent, karena hal ini bisa mengotori usaha kita dalam mendapatkan ilmu. Sesuatu yang baik jika disampaikan dengan cara yang tidak baik, tidak akan dapat memberikan berkah. Yang paling penting adalah kemampuan kita untuk memanajemen waktu. Allah memberikan waktu yang sama baik kepada seorang pengemis ataupun kepada seorang presiden, maka dituntut kecekapan dari tiap aktivis untuk pandai pandai dalam membagi waktu. Sesungguhnya hanya ada empat golongan mahasiswa di kampus manapun, yaitu : 1.    (Mahasiswa luarr biasa)Mahasiswa dengan kemampuan organisasi dan akademis yang       menawan. Mahasiswa seperti ini adalah kategori luar biasa dan biasanya di segani oleh mahasiswa lainnya dan dijadikan referensi. 2.    (Mahasiswa biasa biasa saja) mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan organisasi, namun mempunyai nilai akademis tinggi. Mahasiswa jenis ini paling banyak ditemukan, sehingga disebut biasa karena mempunyai waktu lebih dan kesempatan lebih banyak untuk meraih prestasi. 3.    (Mahasiswa pelupa) mahasiswa dengan kemampuan oraganisasi menabjubkan, tetapi lupa akademis alias mempunyai nilai  akademis  cukup mengecewakan. Mahasiswa jenis ini adalah mahasiswa yang terlupa karena terlena oleh aktivitas yang begitu padatnya , mereka perlu diingatkan bahwa oraganisasi adalah nomor satu, dan akademis adalah hal yang utama. 4.    (Mahasiswa merana) Mahasiswa yang tidak mempunyai kemapuan organisasi apalagi akademis yang membanggakan. Mahasiswa jenis ini harus bersiap siap di lupakan dan dianggap pepasiran di tengah kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun