Sebagaimana pada setiap pertemuan ada perpisahan, rombongan kanisian kelas 12 harus angkat kaki setelah tinggal selama 3 hari 2 malam di ponpes itu. Dengan seremonial sederhana, diikuti oleh salaman perpisahan dan sesi foto bersama, resmi sudah anak muda dari Jakarta itu pergi meninggalkan Pondok Pesantren Amanah Tasikmalaya. Secara fisik, saya terpaut jauh dari para santri di ponpes itu. Namun, bercak kenangan, pengalaman, dan pembelajaran yang saya dapatkan selama ekskursi tetap tinggal di lubuk hati saya dan teman-teman saya.Â
Memetik Buah
Menurut KBBI VI (2016), pluralisme adalah keadaan masyarakat majemuk yang umumnya bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya. Pluralisme sendiri adalah kata serapan dari kosakata bahasa Inggris Pluralism. Secara etimologis, pluralisme terdiri atas dua kata, plural (keberagaman) dan isme (paham), yang bila digabungkan menjadi paham atas keberagaman.
Keberagaman di Indonesia terwujud sejak pertemuan berbagai suku bangsa di nusantara. Setiap suku bangsa memiliki paham keagamaannya masing-masing. Jikalau pada waktu itu tidak terdapat pertemuan, boleh jadi Indonesia tidak sekaya akan kepercayaan seperti saat ini. Pertemuan yang terwujud, membangun pilar-pilar kebudayaan yang menjadi batu fondasi nusantara. Hebatnya, masyarakat majemuk terdahulu memilih sikap untuk saling respek, meskipun ada orang lain yang berbeda kepercayaan dengan mereka. Sikap ini begitu krusial, karena jika sampai masyarakat waktu itu memilih untuk bersikap intoleran, tidak akan ada harmoni yang terwujud hingga saat ini.
Pengalaman ekskursi menjadi wadah bagi saya untuk membuka mata, memberikan wawasan luas mengenai kehidupan yang begitu berbeda dari kehidupan saya. Misalnya saja, nilai kesederhanaan yang saya dapati ketika mengamati kehidupan para santri dengan fasilitas yang terbatas, tapi mereka tetap bahagia dengan jalan hidup mereka. Saya menyadari, boleh jadi kebahagiaan tidak selalu ditemukan di tempat mewah dan glamor. Bisa jadi, ada kehidupan penuh kesederhanaan yang dapat mengajarkan arti kebahagiaan sejati.
Saya juga menemukan semangat toleransi yang luar biasa dari pribadi-pribadi yang berbeda dengan saya. Rombongan disambut dengan meriah dan kedekatan para santri dengan orang yang baru mereka kenal lebih dari cukup untuk menunjukan kemurnian hati mereka dalam menjunjung semangat toleransi. Hal ini lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa di tengah kemelut dunia, dengan berbagai kasus intoleransi yang terjadi di berbagai lokasi, masih tumbuh generasi muda yang membawa semangat toleransi untuk kehidupan masa depan bangsa Indonesia.
Pengalaman perjumpaan ini akan membekas di hati para kanisian dan para santri. Pada masa yang akan mendatang, besar kemungkinan pengalaman ini akan mengingatkan kedua belah pihak akan mandat penting yang diwariskan turun-temurun sejak sebelum Indonesia berdiri. Adalah tugas anak muda negeri untuk mempelopori semangat kebhinekaan di bumi Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H