Pembersih rumah tangga adalah salah satu produk rumah tangga, yang banyak digunakan untuk membersihkan noda. Berbagai macam jenisnya adalah pembersih lantai, pakaian, kamar mandi, peralatan rumah tangga, dan lain lain. Fokus pada penelitian ini adalah pembersih lantai. Produk ini hadir dalam beberapa wujud, yang paling umum adalah dalam wujud cairan. Melalui iklan iklan yang mengklaim bahwa produk-produk ini mengandung kombinasi bahan aktif, yang dapat mengangkat dan membersihkan noda dan membunuh kuman, sehingga, produk ini menarik hati banyak orang.Â
Seringkali orang orang tidak sadar dengan dampak negatif yang dibawa oleh Pembersih rumah tangga, karena pada dasarnya, pembersih lantai dan toilet, menggunakan zat kimia untuk membunuh mikroba/kuman. Tentu hal ini berbahaya apabila sampai menjadi limbah domestik dan dibuang ke sungai. Selain itu, ada banyak zat lain yang berfungsi untuk membersihkan noda noda yang susah dibersihkan. Pembersih lantai dapat menyebabkan pencemaran, yang khusus dibahas disini adalah pencemaran air, produk ini juga mengakibatkan pencemaran tanah, apabila limbah ini dibuang ke tanah, dan dalam kasus yang parah, produk melepas gas berbahaya, maka produk ini juga akan mencemari udara.
Mengintip Bahaya Pembersih Lantai
Diketahui ada beberapa zat kimia yang umum digunakan dalam pembuatan produk ini. Beberapa diantaranya adalah Benzalkonium Chloride (2%), Â dan Alcohol Ethoxylate Natrium Lauril Eter Sulfat yang biasa disebut Sodium Laureth Sulfate (SLS). SLS sendiri dapat berakibat pada kesehatan kulit, seringkali menimbulkan iritasi pada daerah mata dan kulit. SLS juga menjadi penyebab polusi air, karena SLS bersifat toksik bagi organisme perairan. Cresylic Acid (cresol) diklaim oleh EPA (Environmental Protection Agency) AS sebagai bahan yang berpotensi menyebabkan kanker pada manusia.Â
Apabila terhirup, cresol ini akan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. EPA belum merekomendasikan batas aman penggunaan cresol dalam bentuk konsentrat. Benzalkonium Chloride adalah bahan aktif yang bersifat racun bagi organisme air. Zat ini digunakan dalam bentuk cairan konsentrasi 10%, bersifat toksik bagi manusia dalam jangka waktu yang lama atau apabila terminum dapat beresiko kematian. Chlorine adalah zat kimia yang juga berbahaya dan sering ditemukan dalam cairan pembersih lantai.
Apa Itu Eco Enzyme?
Dikarenakan adanya masalah ini, maka solusi ditawarkan adalah dengan menggunakan Eco Enzyme. Eco Enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, yang merupakan pendiri asosiasi Pertanian Organik Thailand. Ide dari produk ini adalah bagaimana cara mengolah enzim dari sisa sampah organik domestik, menjadi produk pembersih. Secara sederhana Eco Enzyme adalah hasil fermentasi limbah dapur organik semacam ampas buah dan sayuran, gula (biasanya menggunakan gula merah), dan dicampur dengan air.Â
Memiliki ciri berwarna coklat gelap dan beraroma fermentasi asam manis. Eco Enzyme adalah cairan multiguna yang penggunaannya efektif pada skala rumahan, pertanian, dan peternakan. Cairan ini membantu mempercepat reaksi biokimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna. Enzim dari limbah dapur ini dapat menjadi salah satu peluang manajemen limbah domestik berupa ampas sayur dan buah. Dalam makalah ini, Eco Enzyme dimanfaatkan sebagai bahan pengganti cairan pembersih lantai.Â
Enzim mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), yang merupakan hormon alami dan nutrisi bagi tumbuhan. Juga mengubah (CO2) menjadi karbonat (CO3) yang mana bermanfaat bagi tanaman dan kehidupan laut. Ada beberapa keuntungan penggunaan Eco Enzyme, diantaranya hemat biaya, dikarenakan bahan bahan yang berasal dari limbah. Lalu penggunaan limbah juga dapat mengurangi keberadaan gas metana yang biasa dikeluarkan dari sampah yang dibuang. Hal ini penting karena Gas Metana dapat memerangkap panas 21x lebih banyak dari CO2, dan akan memperburuk pemanasan global.Â
Eco Enzyme juga dapat membersihkan udara dari racun, polusi, serta menghilangkan bau. Terpenting, Eco Enzyme adalah cairan multifungsi, tidak hanya untuk pembersih lantai, cairan ini juga dapat digunakan untuk insektisida, antiseptik, perawatan tubuh, pupuk, dan lain lain. Terakhir cairan ini merupakan produk organik, sehingga 100% aman dari bahan kimia yang merugikan lingkungan. Bahan yang diperlukan adalah ampas buah dan sayur, gula, dan air dengan perbandingan 3:1:10, yang disebut ampas seperti sisa sisa kulit buah.Â
Pertama tama pastikan limbah limbah ini sudah dipotong hingga menjadi ukuran yang kecil (dapat menggunakan blender). Lalu masukan semua bahan kedalam wadah kedap udara, dan simpan di tempat kering dan sejuk dalam suhu rumah. Lalu biarkan selama 3 bulan, selama proses fermentasi, dihasilkan banyak gas, oleh karena itu, pada 2 minggu pertama, bukalah wadah untuk mengeluarkan gas. Kemudian tempo pelepasan gas dikurangi menjadi 2-3 hari sekali, hingga menjadi seminggu sekali.
Setelah 3 bulan, saring cairan dengan kain kasa atau saringan, dan hasil saringan sudah dapat digunakan. Sisa residu padat yang tersaring dapat digunakan untuk pembuatan selanjutnya, tetap dengan menambahkan ampas yang segar, atau juga bisa dikubur dalam tanah menjadi pupuk.
Kesimpulan
Umumnya, cairan pembersih lantai mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kelangsungan keseimbangan ekosistem perairan dan kelangsungan hidup manusia, beberapa diantaranya adalah SLS dan Benzalkonium Chloride. Mengganti cairan pembersih lantai dengan Eco Enzyme merupakan tindakan yang efektif, dikarenakan cairan Eco Enzyme memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan cairan pembersih lantai.
Daftar Pustaka
Zero Waste Indonesia. 2018. "Eco Enzyme". Jakarta: Zero Waste Indonesia. Diakses 20-24 April 2023
(https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/eco-enzyme/).Rezkisari, Indira. 2014. "Hati-Hati, Cairan Pembersih Lantai Ternyata Membahayakan Kesehatan". Jakarta: Republika. Diakses 20-24 April 2023 (https://www.republika.co.id/berita/nbj6jw/hatihati-cairan-pembersih-lantai-ternyata-membahayakan-kesehatan#:~:text=Chlorine%20adalah%20zat%20kimia%20berbahaya,cairan%20pembersih%20lantai%2C%22%20katanya.).Â
Maulana, Abdul Haris. 2022. "5 Bahan Kimia yang Perlu Dihindari dari Produk Pembersih". Jakarta: Kompas. Diakses 26 April 2023 (https://www.kompas.com/homey/read/2022/04/06/201500876/5-bahan-kimia-yang-perlu-dihindari-dari-produk-pembersih?page=all).Â
Chaudhry dan Malik. 2017. "Factors Affecting Water Pollution: A Review". Universitas Gujrat, Pakistan: Journal of Ecosystem & Ecography. Diunduh 20 April 2023.