Mohon tunggu...
Fabian Rangga Putra
Fabian Rangga Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Brawijaya Malang

Saya adalah mahasiswa Jurusan Sosiologi, Universitas Brawijaya. Hobi dan organisasi berkutat di dunia bola basket, namun rasa ingin tahu menjalar ke berbagai hal seperti kepenulisan, membaca, menulis, dan desain grafis. Tergolong masih pemula dalam kepenulisan dan berusaha sebaik mungkin mengembangkan kemampuan menulis saya melalui laman Kompasiana ini. So, enjoy my text and imagine that idea and happy reading!!!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Soekarno Indonesia Merdeka: Cinta, Politik, dan Hati Sang Proklamator

17 Agustus 2022   10:00 Diperbarui: 17 Agustus 2022   10:03 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SPOILER WARNING! JANGAN BACA PARAGRAF SATU HINGGA EMPAT JIKA TIDAK INGIN TERKENA SPOILER! Cerita film ini dimulai dengan masa kecil Soekarno yang masih bernama Kusno. 

Seorang bocah keturunan Jawa yang sakit-sakitan sehingga keluarganya memutuskan mengganti namanya menjadi Soekarno yang merujuk kepada tokoh pewayangan yaitu Adipati Karna, seorang Pandawa terlupakan yang kekuatannya setara kelima saudaranya. Soekarno tumbuh menjadi remaja yang penuh percaya diri, bahkan dalam mendekati gadis Belanda yang membuatnya diusir berkali-kali karena Soekarno seorang pribumi. 

Dalam film ini, Soekarrno remaja diceritakan sering berlatih pidato dan sangat mengagumi salah satu tokoh bangsa yaitu HOS Tjokroaminoto yang kemudian menjadi gurunya. Soekarno tumbuh menjadi seorang orator ulung yang pandai merebut hati rakyat dan membuat Belanda darah tinggi karena kerepotan mencegah massa yang bergerak. 

Keahliannya merebut hati rakyat membuat Soekarno dibuang Belanda ke daerah Ende, Nusa Tenggara Timur, tempat dimana dia bertemu Fatmawati dan konsep Pancasila yang cukup merubah hidupnya. 

Romansa dan masalah cinta dihadirkan dalam film ini dimana Soekarno mulai jatuh cinta dengan salah satu muridnya, Fatmawati. Hal ini membuat hubungannya dengan Inggit yang sudah menemani perjuangan Soekarno selama bertahun-tahun menjadi merenggang.

Hari demi hari berlalu, lalu tersiar kabar pasukan Jepang mulai memasuki Flores, Nusa Tenggara Timur. Penghancuran Pearl Harbour menjadikan posisi tim negara fasisme unggul di Perang Dunia 2 sehingga Jepang bisa masuk ke koloni Belanda yang kabur terbirit-birit menuju Australia untuk menghindari tentara Jepang. Soekarno yang saat itu dianggap 'penting' akhirnya dibawa menuju Jawa untuk dimanfaatkan melancarkan propaganda Nippon. 

Kedatangan Jepang dengan semua kekuatannya memaksa Soekarno untuk merubah corak perjuangannya yang tadinya bercorak perlawanan terbuka menjadi perlawanan yang lebih halus dan kooperatif. Perlawanan kooperatif terpaksa harus dilakukan Soekarno demi menghindari pertumpahan darah. 

Dari mulai mengirim pelacur untuk 'hiburan' tentara Nippon agar tidak menculik gadis-gadis desa hingga mengikuti semua kemauan Jepang dari mulai pemenuhan logistik agar tak terjadi penjarahan sampai tunduk pada propaganda Romusha. Sikap kooperatif ini memicu pertentangan dengan golongan muda pimpinan Sang Bung Kecil, Sutan Syahrir.

Sikap kooperatif Soekarno mulai terkurangi ketika terdengar desas-desus bahwa Jepang sedang terdesak di Perang Dunia 2. Sejak saat itu, Soekarno, Hatta, dan Syahrir mulai 'berjalan dua kaki', kooperatif namun juga segera mempersiapkan bentuk dan dasar negara. Hingga secercah cahaya muncul ketika Laksamana Maeda membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. 

Dalam sidang panitia itu, terjadi banyak dialektika dalam penentuan bentuk negara, ada yang ingin negara Islam, negara komunis, dan lain-lain. Di tengah itu Soekarno kemudian maju dan menyampaikan 5 gagasan dasar negara miliknya. 

Inilah epic scene pertama yang tak boleh anda lewatkan, pembacaan lima butir gagasan Pancasila diiringi lagu nasional dan riuh tepuk tangan peserta sidang akan membuat nasionalisme anda sedikit terhentak, wkwk! Epic scene ini mungkin bisa disejajarkan dengan kemunculan 3 versi Spiderman di film Spiderman No Way Home, ups! 

Namun naas di tengah momen penuh harapan tersebut, hubungan Soekarno dengan Inggit harus terhenti karena Inggit yang tak mau dimadu oleh Soekarno yang akan menikahi Fatmawati. 

"Izinkan aku melakukan sesuatu untukmu yang terakhir kalinya", itulah kata-kata terakhir Soekarno untuk Inggit sebelum bercerai dalam film tersebut. Tak lama setelah itu, Soekarno menikah dengan Fatmawati dan dikaruniai seorang putra yaitu Guntur Soekarno Putra.

Kehidupan politik kembali berlanjut dan tersiar kabar bahwa Kota Nagasaki dan Hiroshima di bom atom oleh Sekutu yang mengakibatkan Jepang harus mundur dari tanah Indonesia. Sebelum mundur Jepang memberikan janji kemerdekaan bagi Indonesia. 

Namun, para founding fathers tidak mau kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Jepang sehingga butuh tanggal yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan. Golongan muda pimpinan Syahrir mendesak Soekarno Hatta agar segera memproklamirkan kemerdekaan, namun golongan tua tidak mau gegabah segera mengumumkan kemerdekaan karena berpotensi terjadi pertumpahan darah karena masih kuatnya kedudukan tantara Jepang di Indonesia. 

Puncak perseteruan golongan muda dan tua ini terjadi di peristiwa penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok, bahkan hingga golongan muda mengancam Soekarno secara fisik bila tak segera memproklamirkan kemerdekaan. Momen itu merupakan anti-klimaks dan perseteruan kedua kubu diakhiri dengan kedatangan Ahmad Subarjo yang berlanjut pada perumusan teks proklamasi oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo. Hingga pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945, rombongan segera menuju rumah di Jalan Pegangsaan Timur Jakarta. 

Inilah epic scene kedua, scene proklamasi kemerdekaan persis seperti yang kita kenal selama ini. Upacara pengibaran bendera yang dihadiri beberapa orang saja di halaman Rumah Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta tanggal 17 Agustus 1945. Kemudian dilanjut rekaman suara asli Ir. Soekarno saat memproklamasikan kemerdekaan sebagai sacred scene terakhir hingga film selesai. Film yang sangat cocok dinikmati ketika momentum 17 Agustus Hari Kemerdekaan Indonesia.

Sutradara Soekarno: Indonesia Merdeka, Hanung Bramantyo, merupakan salah satu sutradara yang telah malang melintang di dunia perfilman Indonesia. 

Berbagai film adaptasi sejarah dan biografi telah pernah digarapnya, seperti Habibie dan Ainun 3, Sang Kiai, Rudy Habibie, hingga yang terbaru yaitu Bumi Manusia. 

Tak heran bila fim Soekarno: Indonesia Merdeka menjadi film adaptasi sejarah Indonesia yang cukup epic dan insightful untuk disajikan kepada semua kelompok umur. Jajaran aktor dan aktris juga tak kalah berpengalaman, ada nama Ario Bayu yang sukses membawa kharisma dan sifat cinta kasih Soekarno. 

Ario Bayu juga telah malang melintang di perfilman Indonesia seperti di film 22 menit yang diadaptasi dari peristiwa Bom Sarinah, Java Heat yang sukses membawanya bekerja bersama aktor ternama Amerika Kellan Lutz yang pernah main di film Twilight serta Mickey Rourke yang pernah main di film Iron Man 2. 

Selanjutnya ada nama Maudy Kusnaedi yang sukses membawa kesan wanita tangguh pada Inggit serta jangan lupa ada nama Lukman Sardi yang berhasil membawa karakter Hatta yang cool tetapi sangat jenius. Ada juga budayawan Sujiwo Tejo sebagai ayah Soekarno sukses membawa kesan jowo kentel pada karakter Soekemi Sosrodiharjo. 

Tanta Ginting juga cukup sukses membawakan karakter Sutan Syahrir yang ceplas-ceplos dan berapi-api serta dibawanya beberapa aktor Jepang seperti Nobuyuki Suzuki (Laksamana Maeda) yang telah terkenal di perfilman dan serial TV Jepang dan Keio Pamudji (Kumakichi Harada) yang pernah bermain di film Sang Kiai turut menambah kesan realistis dalam film ini.

Film ini seakan membawa sebuah pocket knowledge tentang sejarah hidup Bung Karno, meski film ini tak menjangkau seluruh sejarahnya namun film ini cukup untuk menumbuhkan minat terutama generasi muda untuk menggali lebih dalam lagi sejarah hidup Bung Karno dan rentetan peristiwa dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. 

Berbeda dengan film-film bertema kemerdekaan Indonesia lainnya, sadisme dalam film ini tidak terlalu banyak, meskipun ada beberapa adegan berdarah, namun scene film cenderung mengarah ke perjalanan politik Bung Karno bukan pada perang kemerdekaan. 

Sadisme yang tidak terlalu banyak tentunya akan menggait lebih banyak audience dari berbagai kelompok umur. Kekurangan terletak pada editing film yang modern menjadikan film ini sedikit nanggung. 

Keambiguan terjadi ketika properti dalam film terkesan tahun '45 namun cinematic editing yang dihadirkan terlalu modern sehingga menimbulkan kesan yang kurang dalam film ini. 

Dikatakan film jadul bukan, namun dikatakan film modern juga belum bisa karena properti yang dihadirkan sangat klasik. Overall, terlepas dari kekurangannya, Soekarno: Indonesia Merdeka merupakan film yang cukup epic, full of knowledge, full of meaning, dan sangat membangkitkan rasa bangga kita terhadap tanah air. Gak bohong deh coba tonton sendiri! Taktik politik, kepemimpinan yang cinta rakyat, hingga sisi romantisme Soekarno dihadirkan dalam film ini sehingga cocok ditonton di setiap tanggal 17 Agustus!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun