Tergelitik ingatanku sewaktu masih kanak2 usia 10 tahun. Pulang sekolah SD NARUH TAS makan dan minum lalu ambil pancingan belut yang benangnya hanya sekilan kira2 20 cm dengan matakail diujungnya benang tersebut dari senar raket badninton bekas yang minta dari tetangga yang tiap sore main dilapangan kampung belakang rumah. terbuat dari senar raket supaya kaku dan tidak mudah putus dari gigitan gigi belut yang tajam. Mulailah bergerak untung kalau ada teman  yang mau ikut. Sasaran berikut cari cacing tanah sebagai umpannya  yang banyak disepanjang got buangan air limbah tumah tangga. Mulailah perjalanan menyusuri got yang ada dipinnggir jalan KAMPUNG untuk mencari lubang belut ditandai dengan adanya gelembung udara diulut lubang. cacing umpan mulai dipasang dikailsecukupnya asal membungkus mata kail. Dan ritual penting yang harus dilakukan adalah meludahi cacing dimata kail. dengan harapan supaya dapat belut. JongkonK dipinggir got membelakangi jalan tangan dengan memainkan pancingan didepan lubang belut. Karena Belut ikan buas hanya tertarikdengan umpan yang bergerakistilahku diutikutik depan lubang.Â
Ga sampai semenit umpanku sudah disambar belut, terus ditari. Belutnya keluar lubang  SENSASINYA  beda denan mancing ikan dikolam atau sungai. tapi tetap permainan  asik kira setelah dapat empat ekor memutuskan pulang  Baru berjalan berapa langkah di samperin nenek2 yang minta belut pancingan saya. Dengan bahasa jawa halus mminta belut tersebut dikatakan buat ngobatin cucunya yang terlambat jalan Ada kepercayaananak balita supaya segera berjalan kakinya harus disabetsabet dengan belut hidup. Dengan seang hati kuberikan karena biasanya belut tersebut saya buang lagi kembali kegot. Pernah punya pengalaman dilubang belut. terlihat kepala ular kecil. Ketakutan saya tinggal lari dan ga jadi mancin.g kalau pa presiden mencari ular yang mengannggu pemerintahannya malahan dapat KUDA. INI NAMANYA UNTUNG BESAR dan sudah rejekinya.
NULIS DARIPADA BOSANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H