Mohon tunggu...
Fabian Dibya Hernawan
Fabian Dibya Hernawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Bola

Indonesia Batal Gelar Piala Dunia FIFA U-20 2023

31 Juli 2023   04:59 Diperbarui: 31 Juli 2023   06:50 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Piala Dunia U-20 merupakan sebuah ajang sepak bola yang diadakan oleh FIFA dua tahun sekali, ditujukan bagi tim nasional sepak bola dengan usia di bawah 20 tahun. Tujuan dari turnamen ini adalah memberikan kesempatan berharga bagi para pemain muda untuk berkompetisi di tingkat internasional dan mendapatkan pengalaman berharga dalam dunia sepak bola.

Piala Dunia U-20 FIFA 2023 adalah edisi ke-23 dari kompetisi sepak bola pemuda tingkat dunia untuk tim nasional di bawah usia 20 tahun. Turnamen ini diadakan setiap dua tahun sekali dan diselenggarakan oleh FIFA. Sejak awal digelar pada tahun 1977, turnamen ini dikenal sebagai Kejuaraan Dunia Remaja FIFA, dan melibatkan tim nasional dari asosiasi anggota FIFA.
Semula, Piala Dunia U-20 dijadwalkan akan digelar di Indonesia pada tahun 2021. Namun, karena pandemi COVID-19, FIFA terpaksa membatalkan edisi 2021 tersebut, dan Indonesia kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah. Meskipun begitu, Indonesia akhirnya dipilih kembali sebagai tuan rumah untuk edisi Piala Dunia U-20 berikutnya yang akan digelar pada tahun 2023.

FIFA memiliki kriteria dan faktor-faktor yang diperhitungkan dalam menentukan negara tuan rumah Piala Dunia. Beberapa faktor yang menjadi perhatian FIFA antara lain:

1. Infrastruktur: FIFA memperhatikan ketersediaan infrastruktur di negara calon tuan rumah, termasuk stadion yang memenuhi persyaratan, sistem transportasi yang efisien, akomodasi yang memadai, serta fasilitas pendukung lainnya.

2. Keamanan: Keamanan menjadi faktor penting dalam penentuan tuan rumah. FIFA mengkaji stabilitas politik negara calon, tingkat keamanan publik, dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk menjamin keselamatan semua peserta dan penggemar.

3. Pengalaman dan Organisasi: Negara yang ingin menjadi tuan rumah harus memiliki pengalaman dalam menyelenggarakan acara olahraga besar dan kemampuan organisasi yang solid. Ini mencakup kemampuan untuk mengelola turnamen dengan baik, mengelola keuangan dengan benar, dan menjaga integritas kompetisi.

4. Dukungan Publik: Tingkat minat dan dukungan publik terhadap sepak bola menjadi pertimbangan penting. FIFA ingin memastikan bahwa turnamen akan menarik penonton yang besar dan memiliki atmosfer semarak.

5. Kegunaan Jangka Panjang:** FIFA juga mempertimbangkan manfaat jangka panjang dari penyelenggaraan Piala Dunia di suatu negara. Ini mencakup peningkatan infrastruktur olahraga, potensi pengembangan sektor pariwisata, serta dampak ekonomi positif lainnya.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, FIFA memastikan bahwa negara tuan rumah memiliki kapabilitas dan kesediaan yang memadai untuk menyelenggarakan Piala Dunia dengan sukses, memberikan pengalaman menarik bagi para peserta, serta memberikan dampak positif bagi negara tersebut dalam jangka panjang. Kontroversi muncul terkait pembatalan undian Piala Dunia U-20 2023 yang awalnya dijadwalkan diadakan di Denpasar, Bali, pada tanggal 31 Maret mendatang. Pembatalan tersebut terkait dengan penolakan terhadap kehadiran tim nasional Israel sebagai salah satu peserta turnamen. 

Pada Piala Eropa U-19 2022, Israel berhasil menjadi runner-up Grup B setelah Serbia kalah 2-3 dari Austria pada 25 Juni 2022. Namun, setelah itu, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengadakan konferensi pers pada 29 Juni 2022 dan menolak kedatangan tim nasional Israel. Penolakan ini kemudian mendapat reaksi negatif dari sejumlah kelompok masyarakat. Polemik semakin meningkat ketika Gubernur Bali, I Wayan Koster, menulis surat kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) pada 14 Maret 2023. Dalam surat tersebut, Koster menolak kehadiran Israel di Bali setelah sebelumnya menyatakan penolakannya terhadap Israel melalui unggahan di media sosial. Selain Gubernur Bali, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, juga secara terang-terangan menolak Israel bermain di wilayah Solo. Kedua gubernur ini menggunakan ideologi Bung Karno sebagai dasar penolakan mereka.

Penolakan terhadap kehadiran tim nasional Israel dalam Piala Dunia U-20 2023 menciptakan situasi yang kompleks dan kontroversial, yang melibatkan berbagai pihak dengan berbagai pandangan dan keyakinan.

FIFA memberlakukan sanksi administratif kepada Indonesia sebagai akibat dari "perkembangan situasi" yang mengakibatkan pencabutan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Sanksi ini termasuk pembekuan dana FIFA Forward yang seharusnya diberikan kepada PSSI. Meskipun sanksi tersebut dianggap sebagai "kartu kuning" dan bukan "kartu merah," dampaknya tetap harus disyukuri oleh publik sepak bola nasional.

Sanksi administratif ini berarti bahwa dana dari program FIFA Forward yang seharusnya digunakan untuk operasional PSSI tidak akan diberikan. Meskipun sanksi ini merupakan tindakan administratif, dampaknya tetap negatif bagi Indonesia. Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, mengingatkan bahwa sanksi FIFA tidak boleh dianggap sepele dan tetap akan berdampak negatif bagi Indonesia. Selain itu, pemberlakuan sanksi ini juga berdampak pada hukuman moral bagi Indonesia, dan FIFA telah menegaskan otoritasnya di mata anggota-anggota lainnya. Kegagalan dalam menyelenggarakan acara besar telah mencoreng nama Indonesia, dan reputasi serta kredibilitas negara ini dipertanyakan. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memiliki aturan yang jelas mengenai hubungan antara cita-cita politik dan penyelenggaraan kompetisi sepak bola. Hal ini diperlukan untuk menghindari bentrok antara keduanya yang dapat menyebabkan kegagalan dan kesulitan dalam menyelenggarakan turnamen besar internasional di masa depan.

Gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bukan disebabkan oleh masalah teknis sepak bola, melainkan oleh faktor-faktor lain di luar bidang sepak bola. FIFA menentang diskriminasi dan menganggap penolakan serta syarat terkait keikutsertaan tim nasional Israel sebagai bentuk diskriminasi. Meskipun demikian, FIFA juga melihat bahwa pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat terhadap turnamen ini. Lobi yang dilakukan oleh ketua PSSI dengan menyampaikan blueprint transformasi sepak bola nasional berhasil meyakinkan FIFA untuk tidak memberikan sanksi berat. FIFA mengakui bahwa Indonesia sedang menghadapi tantangan dalam melakukan transformasi sepak bola. Setelah Tragedi Kanjuruhan, Indonesia diharapkan melakukan perbaikan dan perubahan yang signifikan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Dalam kesimpulannya, alasan Indonesia kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tidak berhubungan dengan masalah teknis sepak bola, tetapi lebih terkait dengan isu diskriminasi dan komitmen pemerintah Indonesia dalam menyelenggarakan turnamen ini. Meskipun sanksi berat tidak diberlakukan, tantangan transformasi sepak bola nasional tetap harus dihadapi dan diatasi untuk meningkatkan prestasi dan reputasi sepak bola Indonesia.

Artikel ini sebagai salah satu syarat Tugas II Mata Kuliah Organisasi Internasional dengan Dosen Pengampu: Fadlan Muzakki, S.IP., M.Phil., LLM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun