Mohon tunggu...
Azrina Ulfah
Azrina Ulfah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Marine Sience | Sriwijaya University | Merindukan hujan. Menghitung tetesnya. Mendengar derasnya :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sesederhana Itu

22 Oktober 2011   06:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:39 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selasa,29 Agustus 2011,
Malam terakhir ramadhan kali ini.


Kemarin kita sempat bertemu,menyapa tapi tak hangat..
Aku juga sempat menangkap ekor matamu,meski juga tak kunjung menyampaikan sepatah dua patah kata.
Lalu bukankah aku begitu menunggu sekian lama momen-momen ini?
Bukankah juga aku merindukannya..
Entahlaah,,
Rasa-rasanya waktu itu jaraknya seperti ribuan mil,padahal dekat,dekat sekali..

Siapa yang berubah : Waktu,aku ataukah engkau..

Atau mungkin takdir..

Mengapa kemarin aku atau mungkin juga engkau seolah-olah asing?
bahwasanya aku sudah hampir empat tahun mengucapkan selamat hari lahir kepadamu..

Tuhan,
bukankah engkau tahu bagaimana hati hamba-Mu ini berdusta selama ini..
Kini sepertinya tak sanggup lagi, dan malah menjadi ketakutan..

Mestinya kemarin aku mengganggap itu pertemuan terakhir,,
Sempat berucap,panjang lebar atau bahkan bercengkrama ;(

Tapi sayang seribu sayang..

Aku takut nanti waktu tak mengizinkan aku,

hingga kemarin benar-benar menjadi pertemuan terakhir..

Aku takut nanti aku benar-benar tak berkesempatan lagi..
Ai,aku tak peduli kau mau bilang apa..

Dulu,aku sempat mengumpulkan butir-butir harapan itu,menyimpannya dalam kantong yang transparan,menggambarkan betapa sederhananya perasaan itu..
Bertahun tahun,lalu tak sengaja butir-butir harapan itu tumpah,berceceran dijalan. Tapi untungnya aku masih bisa mengumpulkan butir-butir harapan itu kembali..
Setahun ingat,setahun lupa.. Aku selalu ingat ketika aku kembali ketempat dimana aku dilahirkan,karena disana tanpa sadar memori itu mengembang,mengempis,mengembang dan kini mungkin kempis tak berkembang lagi.

Bukankah kau tahu,dari dulu juga aku sempat berusaha lupa,sempat berusaha pergi,berusaha lari,berusaha menenggelamkan..
Tapi aku juga tahu sampai batas mana lelah ini menerpa.

Tuhan,
Bukankah Engkau tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang tidak pernah kita miliki.
Karena meski kita tak memiliki ia dalam raganya,tapi ia telah lama ada tertanam.

Bukankah Engkau juga tahu,bagaimana sabar hati ini,bagaimana penantian hati ini.Bagaimana deras hujan yang turun di antara malam-malam-Mu,di antara sujud-sujud ini. Diantara pengharapan doa-doa itu.

Sampai akhirnyaa..

Ya ALLAH,semoga ini risau yang terakhir kalinya..
Ini untuk yang kesekian kalinya..
Tolong,tolong tuntunlah hamba untuk lepas dari semua ini,tolong iringi hamba untuk bisa terus-terus dan terus bertahan meski ia pergi dari hati hamba..
Agar hamba tak mencinta melebihi cinta hamba kepada-Mu..

Tidakkah ia tahu,bahwa jauh dari seberang pulau ini,
aku juga bersyukur untuk bahagianya..

Tapi ini juga memang salahku,,
bukankah aku juga sejak lama sadar,namun terus melawan logika,namun hati terus melawan pikiran-pikiran itu..
Sampai akhirnya jadi fatal begini,fatal untukku,bukan baginya..

Ah,migrain ini kembali kambuh.

Penat,penat dan penat..

Sempat dalam bulan-bulan lalu aku berpikir,,
Apa kau juga tak merasakannya,tak juga memikirkannya.
Sepertinya memang tidak sama sekali.
Aku tak sengaja melihat retweet-mu
Lebih baik mencintai seseorang yang tidak bisa kita miliki daripada memiliki sesorang yang tiak kita cinta..

Ya,sesederhana itu..

Otakku menjadi rumit sekali..

Andai kau tahu aku juga mencinta seseorang yang tidak bisa aku miliki..
Seseorang itu kamu.. Dan seseorang kamu itu bukan saya.

Sekali lagi,sesederhana itu..

Aku biasa-biasa saja,aku tidak apa-apa..
Selama aku masih bisa tersenyum,

masih bisa bersyukur,masih bisa tertawa J
Saya masih bisa terus berjalan..

Itu artinya saya baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun