Jember, 14 Juli 2024-- Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Bedadung di Desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember, mengalami perubahan fungsi dari sektor kehutanan menjadi pertanian. Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Alfarisy menyebutkan bahwa perubahan fungsi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem sehingga memicu bencana banjir serta kekeringan sepanjang tahun. Desa Sucopangepok yang terletak di lereng curam dengan variasi kemiringan hingga 40% mengalami peningkatan erosi tanah yang signifikan akibat aliran air yang kuat, hal tersebut berkontribusi pada indeks erosi yang sangat buruk di DAS Bedadung.
Menanggapi kondisi kritis tersebut, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Skema Desa Binaan Universitas Jember yang beranggotakan Ir. Wagiayana, M.P., Prof. Dr. Ir. Suharto, M.Sc., Fariz Kustiawan Alfarisy, S.P., M.Si., Bakhroini Harbiantono, S.TP., M.P., Gusna Merina, S.Si., M.Si., dan Mohamad Nur Khozin, S.P., M.P., serta dengan menggandeng mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman Miftakhul Fa'ayunina, Tiara Oktavia, Resti Putri, Alrio Putra dan Riza Risqiyanti untuk melaksanakan upaya konservasi dengan menanam 1000 pohon di hulu DAS Bedadung, yang berlokasi pada koordinat Lat -8.05082 Long 113.734263 (Gambar 1). Keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam rangka  mengikuti rekognisi KKN yang dilakukan oleh Universitas Jember.
Upaya konservasi tersebut dilakukan untuk memulihkan kesehatan lingkungan, mengurangi erosi, meningkatkan kualitas tanah, dan menyeimbangkan kembali ekosistem yang rusak. Penanaman pohon ini berlangsung dari Juni hingga Agustus 2024, yang mana merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem.
Kegiatan ini diawali dengan permohonan bibit tanaman ke Persemaian Permanen Jember "Balai Pembibitan DASHL Brantas Sampean" yang terletak di Jl. Perkebunan Durjo, Gendir, Karangpring, Kec. Sukorambi. Bibit yang diminta sesuai dengan kebutuhan warga Desa Sucopangepok, yaitu 500 bibit pohon kopi, 250 bibit pohon jati, 150 bibit pohon sengon dan 100 bibit pohon sirsak (Gambar 2). Setelah permohonan bibit, proses penyerahan bibit dari Balai Pembibitan DASHL Brantas Sampean kepada Tim Pengabdian dilakukan, dilanjutkan dengan pengangkutan bibit menuju Desa Sucopangepok untuk kegiatan penanaman (Gambar 3).
Sosialisasi Konservasi Hulu DAS Bedadung dan penanaman pohon dilaksanakan pada Minggu, 14 Juli 2024. Dalam forum ini, dijelaskan mengenai perubahan iklim, dampaknya, dan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, terutama di daerah hulu DAS Bedadung. Sosialisasi berjalan lancar dengan partisipasi aktif dari warga dan petani lokal yang sangat antusias dalam sesi diskusi (Gambar 4). Setelah sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman bibit di lahan (Gambar 5).
Melalui kerjasama antara komunitas lokal dan akademisi, proyek penanaman 1000 pohon ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi ekologis DAS Bedadung dan mengurangi dampak negatif erosi serta perubahan fungsi lahan. Upaya ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H