Mohon tunggu...
FAAT NASYIRUDDIN
FAAT NASYIRUDDIN Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti, Praktisi Pendidikan, Penulis, Pengarang, Pengajar, Pendidik, De el el

saya faat nasyiruddin memiliki nama penulis mangfaat, pribadi yang suple, senang dengan tantangan baru, ilmu baru, dan lingkungan baru, belajar bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Roman

Part 1 Jejak Cinta Duloh: Duloh Pemuda Sederhana

21 Juli 2024   17:50 Diperbarui: 21 Juli 2024   17:57 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari mulai memancar di Desa Kroya, menyinari hamparan sawah yang sedang ditanami oleh para petani. Duloh dengan semangat memulai harinya, menyusuri pematang sawah sambil berpikir tentang Alifah. Desa Kroya, tempat di mana kisah cinta monyet mereka dimulai, adalah tempat yang damai dan tenang, namun penuh dengan kehidupan dan tradisi.

Pagi itu, di tengah sawah yang luas, Duloh mengingat momen-momen indah bersama Alifah di masa kecil. Ia ingat bagaimana mereka bermain di tepi sawah, bercanda di bawah pohon rindang, dan berlari-lari di jalan setapak desa. Desa Kroya bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga saksi bisu perjalanan cinta mereka yang penuh lika-liku.

Kehidupan di desa ini selalu dimulai lebih awal. Para petani seperti Duloh turun ke sawah dengan alat-alat pertanian tradisional, bekerja keras memastikan setiap tanaman mendapatkan perawatan yang tepat. Di tengah kesibukan itu, Duloh sering kali teringat senyuman Alifah yang manis, membuat semangatnya kembali berkobar.

"Alifah, mengapa kau selalu hadir dalam pikiranku? Sejak pertama kali kita bertemu, aku tahu ada yang berbeda tentang dirimu. Apakah ini yang disebut cinta? Kahlil Gibran pernah berkata, 'Cinta tidak mengenal kedalamannya sendiri sampai saat perpisahan.' Aku takut kehilanganmu, Alifah. Tapi, apakah kau merasakan hal yang sama?" pikir Duloh dalam hati, sambil mengusap keringat di dahinya.

Sementara di pusat desa, suasana pasar mulai ramai. Para pedagang menyiapkan dagangan mereka, dan suara riuh rendah para pembeli mulai terdengar. Pasar Desa Kroya adalah pusat kegiatan ekonomi dan sosial. Di sinilah warga desa bertemu, bertransaksi, dan saling berbagi cerita. Pasar ini juga menjadi tempat Duloh dan Alifah sering kali bertemu tanpa disengaja, saling bertukar senyuman yang penuh arti.

Di rumah-rumah desa, kehidupan keluarga juga menggeliat. Makanan sederhana namun lezat disiapkan untuk sarapan, dan anggota keluarga mulai menjalani rutinitas harian mereka. Kehidupan di rumah Duloh tidak berbeda. Setiap pagi, ibunya menyiapkan nasi goreng atau bubur, sementara ayahnya bersiap ke ladang. Kehangatan keluarga inilah yang membentuk kepribadian Duloh menjadi pria sederhana namun penuh pesona.

Di sisi lain, Alifah yang sedang membantu ibunya di dapur, juga tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Duloh. "Duloh, mengapa kau selalu berusaha menarik perhatianku? Aku tahu kau tulus, tapi aku takut membalas perasaanmu. Kahlil Gibran berkata, 'Jika cinta memanggilmu, ikutilah dia, meski jalannya sulit dan terjal.' Apakah aku harus mengikuti kata hatiku? Apakah kau akan tetap di sisiku?" gumam Alifah dalam hati, sambil menyiapkan sayuran untuk dimasak.

Acara-acara adat dan perayaan lokal sering kali menjadi momen yang dinantikan oleh Duloh dan Alifah. Festival panen, pernikahan, dan acara keagamaan adalah saat-saat di mana mereka bisa bertemu dan menikmati kebersamaan. Tradisi-tradisi ini tidak hanya mempererat ikatan sosial tetapi juga menjaga warisan budaya mereka tetap hidup.

Desa Kroya adalah tempat di mana cerita cinta Duloh dan Alifah berakar. Kehidupan sehari-hari di desa ini, dengan segala kesederhanaan dan kekayaannya, memberikan latar belakang yang kuat bagi kisah mereka. Di tengah kerja keras dan kearifan lokal, cinta monyet mereka tumbuh dan berkembang, menghadapi berbagai tantangan dan momen-momen bahagia.

Dalam suasana desa yang damai, Duloh terus berusaha mendekati Alifah, menunjukkan perhatian dan ketulusannya. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Ketika mereka beranjak dewasa dan menghadapi perpisahan karena harus melanjutkan pendidikan di universitas yang berbeda, cinta mereka diuji. Berbagai rintangan dan peristiwa tak terduga membuat kisah cinta mereka semakin kompleks.

Namun, Desa Kroya tetap menjadi tempat di mana segalanya dimulai. Di sini, Duloh belajar tentang cinta, usaha, dan perjuangan. Di sini pula, Miroh, yang diam-diam mencintai Duloh sejak kecil, hadir memberikan dukungan tanpa henti. Kehidupan di Desa Kroya mengajarkan Duloh bahwa cinta sejati tidak hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang memberi dan menerima dengan tulus.

Duloh adalah pemuda sederhana dari Desa Kroya, Kabupaten Indramayu. Kehidupan Duloh mencerminkan sifat-sifat dasar dari seorang pria yang tumbuh dalam lingkungan pedesaan yang kental dengan nilai-nilai tradisional dan kebersamaan. Duloh adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dalam keluarga petani yang hidup dengan penuh kehangatan dan kearifan lokal. Meskipun hidup dengan keterbatasan materi, keluarganya selalu mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerja keras, kesederhanaan, dan ketulusan.

Ayah Duloh, Pak Darmo, adalah seorang petani yang bijak dan pekerja keras. Setiap pagi, Pak Darmo berangkat ke sawah sebelum matahari terbit, mengurus tanaman padi yang menjadi sumber penghidupan keluarga. Ia selalu mengajarkan Duloh tentang pentingnya kerja keras dan kesabaran. "Ingatlah, Loh, tanah ini adalah ibu kita. Apa yang kita tanam dengan cinta, akan kita panen dengan kebahagiaan," kata-kata ayahnya selalu terngiang di benak Duloh setiap kali ia merasa lelah.

Ibunya, Bu Sari, adalah wanita yang penuh kasih sayang dan kebijaksanaan. Bu Sari selalu memastikan keluarga mereka mendapat makanan yang cukup dan sehat dari hasil kebun mereka sendiri. Ia juga pandai mengurus rumah tangga dengan efisien, mengajarkan anak-anaknya tentang tanggung jawab dan pentingnya menjaga keharmonisan keluarga. Duloh sering membantu ibunya di dapur, memotong sayuran atau mengambil air dari sumur. "Loh, ingatlah, dalam kehidupan ini, kebahagiaan sederhana itu yang paling berharga," ucap ibunya dengan lembut setiap kali mereka berbicara tentang kehidupan.

Kakak-kakak Duloh, Ani dan Rini, juga tumbuh menjadi pribadi yang baik dan penuh tanggung jawab. Ani, yang sudah menikah dan tinggal di desa sebelah, sering mengunjungi rumah orangtuanya membawa cerita-cerita baru tentang kehidupan rumah tangganya. Sementara Rini, yang bekerja sebagai guru di desa mereka, selalu memberikan inspirasi bagi Duloh tentang pentingnya pendidikan dan pengetahuan. Mereka semua saling mendukung dan menguatkan, menciptakan keluarga yang harmonis dan penuh cinta.

Duloh sendiri dikenal sebagai pemuda yang ramah dan penuh pesona. Sifatnya yang ceria dan suka membantu membuatnya disukai banyak orang di desanya. Meskipun begitu, ada satu hal yang membuat Duloh berbeda dari pemuda lainnya---dia adalah seorang romantis sejati. Duloh percaya pada cinta sejati dan berusaha menunjukkan perasaannya dengan cara yang lembut dan tulus. Hal ini terlihat jelas dalam caranya memperlakukan Alifah, gadis yang ia sukai sejak kecil.

Sejak SD, Duloh selalu berusaha dekat dengan Alifah. Ia sering memberikan perhatian kecil, seperti membawakan bunga mawar yang ia petik di tepi sawah atau membantu Alifah mengerjakan PR. "Alifah, kau adalah bintang di langit malamku. Aku akan selalu berusaha membuatmu tersenyum," pikir Duloh setiap kali melihat Alifah tersenyum kepadanya. Perasaan cinta yang tulus dan gigih ini terus tumbuh seiring berjalannya waktu, membuat Duloh tidak pernah menyerah meski harus menghadapi banyak rintangan.

bagaimanakah kisah Duloh dan Alifah selanjutnya? Bersambung ya......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun