Mohon tunggu...
Faatihah Nuursrayu
Faatihah Nuursrayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batik Bekasi: Eksistensi dan Pelestariannya

17 Juli 2024   17:51 Diperbarui: 17 Juli 2024   17:54 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batik merupakan salah satu hasil kebudayaan yang sangat sering dijumpai di masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik merupakan kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya melalui proses tertentu. Batik memiliki beragam motif yang merupakan kombinasi dari garis, bentuk, dan isen yang akan menciptakan sebuah kerangka dan menjadi batik secara keseluruhan. Motif dari batik berbeda di tiap daerah karena motif batik umumnya tercipta atas budaya-budaya setempat, letak geografis, kepercayaan dan tradisi, hingga keadaan alam di sekitarnya (Nugroho, 2020). 

Banyak pula daerah yang pada nyatanya memiliki motif batik tersendiri yang sayangnya belum tersebar luas dan dikenal, misalnya batik Bekasi. Batik Bekasi adalah batik yang berasal dari Kota Bekasi, sebuah kota di wilayah pesisir yang berada di Provinsi Jawa Barat. Batik Bekasi memiliki 12 pakem motif yang perilisannya dilaksanakan bertepatan dengan HUT Ke-17  Kota Bekasi pada 10 Maret 2014 (Firdaus, 2014). Batik Bekasi pertama kali dikenalkan oleh Walikota Bekasi saat itu, Dr. Rahmat Effendi,  pada tahun 2013. Motif batik ini diperkenalkan pertama kali kepada 650 siswa SD dari Kecamatan Bekasi Selatan dalam kegiatan Gerakan Mencanting di sekolah. Kemudian, Dinas Pendidikan Kota Bekasi menerapkan penggunaan batik Bekasi sebagai seragam sekolah pada tahun 2015 hingga sekarang.

Batik Bekasi memiliki pendahulu yang bernama batik Tarawang. Batik Tarawang tercatat dalam sejarah Batik Indonesia sejak masa kolonial. Batik Tarawang pernah dipamerkan di Amsterdam pada tahun 1892 dalam pameran Batik Jawa. Penciptaan batik ini diinisiasi oleh keluarga Tan-Tjeng-Kwat yang motifnya dipengaruhi oleh kegiatan dan hal yang melekat dengan masyarakat Bekasi pada saat itu, misalnya Bambu Runcing, Ikan Gabus, Tanjidor, dan lainnya. Sekilas, batik khas Bekasi mirip dengan batik Betawi. Hal ini tidak dapat dimungkiri karena letak geografisnya yang berbatasan dengan Jakarta yang dihuni oleh Suku Betawi.

Sebuah eksistensi yang perlu dilestarikan 

Sejak peresmiannya sembilan tahun silam, batik Bekasi tidak hilang dan pudar begitu saja. Batik Bekasi hingga kini terus menghadirkan motif-motif baru dari kombinasi pakem-pakem yang ada. Modifikasi yang dilakukan disesuaikan dengan tren masa kini. Kemudian, batik Bekasi hingga saat ini masih menjadi salah satu seragam sekolah yang wajib digunakan oleh para siswa baik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. 

Motif batik Bekasi pada seragam SMP di Kota Bekasi (arsip pribadi)
Motif batik Bekasi pada seragam SMP di Kota Bekasi (arsip pribadi)

Pelestarian yang selalu diupayakan 

Pemerintah Kota Bekasi menunjukkan perhatiannya dengan membuka Pusat Batik Khas Bekasi di Pasar Proyek Trade Center, Jalan Insinyur Juanda, Bekasi Timur yang diresmikan oleh Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto pada tanggal 23 Agustus 2019. Pada tahun 2022, Kota Bekasi mengadakan lomba desain motif batik khas Kota Bekasi yang turut menjadi pembuktian bahwa eksistensi batik Bekasi masih terpelihara hingga saat ini. Namun, hingga detik ini batik Bekasi masih belum terlalu meluas seperti batik Cirebon dan batik-batik terkenal lainnya 

Eksistensi dari batik Bekasi tidak terlepas dari dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bekasi yang terus mengupayakan pelestariannya. Dukungan yang diberikan berupa pembaruan batik motif khas Bekasi melalui perlombaan. Faktor pendukung lainnya juga tidak terlepas dari pemimpin Kota Bekasi yang turut mengenalkan dan menggunakan batik Bekasi. 

Sedangkan faktor yang menghambat eksistensi batik Bekasi adalah kurangnya pemahaman masyarakat Bekasi atas hasil kebudayaannya sendiri. Banyak anak muda yang tidak mengetahui bahwa Bekasi memiliki motif khasnya tersendiri dan kurang meluasnya pengrajin batik yang ada di Bekasi. Hal ini dipengaruhi oleh arus globalisasi yang mempengaruhi daya tarik anak muda Bekasi atas kebudayaannya sendiri. Selain itu, banyaknya pendatang yang mengadu nasib di Bekasi turut menghambat penyebarluasan batik Bekasi. 

Menjaga Kelestarian dan Eksistensi Batik Bekasi 

Sebagai penduduk Kota Bekasi, banyak yang dapat dilakukan untuk menjaga dan terus mengenalkan batik Bekasi kepada khalayak luas. Kelestarian dan eksistensi batik Bekasi pada umumnya telah dilakukan dengan cara penggunaan seragam batik Bekasi oleh siswa sekolah, pemeliharaan UMKM penghasil batik Bekasi, dan pemanfaatan media sosial sebagai sarana pengenalan motif batik Bekasi yang khas. Hal lain yang dapat dilakukan lainnya mungkin dapat diupayakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bekasi untuk memfasilitasi pengrajin batik Bekasi dalam mengikuti pameran seni yang dilaksanakan di dalam negeri maupun luar negeri. Yang terpenting dalam melestarikan batik Bekasi adalah rasa bangga dan senang yang dimiliki masyarakat Bekasi atas hasil kebudayaan batiknya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun