Pulau Lombok adalah sebuah pulau di provinsi Nusa Tenggara Barat dengan total luas area 146.807 km2 dan populasi penduduk mencapai 3.474.247 jiwa, atau sekitar 1,85% penduduk Indonesia pada tahun 2017. Pulau Lombok saat ini telah menjadi destinasi wisata alternativ setelah Pulau Bali, potensi wisata pulau Lombok sudah di akui oleh masyarakat baik masyarakat Indonesia sendiri maupun masyarakat luar negeri.
Seiring dengan perhatian masyarakat akan potensi Pulau Lombok, dari data statistik juga menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pulau Lombok juga meningkat melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Dari data BPS pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 tanpa tambang sebesar 7.1 %. Jika merujuk pada data penggunaan tenaga listrik terjadi peningkatan sebesar 4.7 % pada tahun 2017 yang juga berada diatas rata-rata nasional.
Menilik potensi energi yang dimiliki Pulau Lombok, banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan energi di sistem Lombok yang lebih baik. Salah satu keuntungan dari kondisi geografis Pulau adalah terdapat potensi energi panas bumi di bagian Utara Pulau Lombok (daerah Sembalun). Potensi pembangkit mini-hydro juga terdapat di Pulau Lombok tersebar di seluruh area, dimana saat ini telah terbangun PLTMH yang dapat mensupplay listrik untuk seluruh pelanggan di sisi Lombok Utara.
Sistem kelistrikan Lombok melayani kebutuhan listrik di pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Beban puncak tertinggi tahun 2018 diperkirakan mencapai 238,0 MW atau naik 4,7% terhadap realisasi tahun 2017.
Pasokan daya ke Sistem Lombok diperoleh dari pusat-pusat listrik di dalam sistem yang dikelola oleh PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Lombok Wilayah Nusa Tenggara Barat, Pembangkit Sewa dan IPP (Independent Power Plant).
Berdasarkan RUPTL PT PLN (Persero) Tahun 2018-2027, direncanakan penambahan pembangkit baru dengan kapasitas total sekitar 510 MW dan reserve margin berkisar antara 24% sampai 53%. Kondisi reserve margin 53% tersebut terjadi pada tahun 2021 akibat dari penggunaan unit size yang cukup besar. PLTU yang dikembangkan di Nusa Tenggara menggunakan unit size 50 MW, merupakan unit size terkecil yang masih ekonomis untuk dikembangkan, namun relatif cukup besar apabila dibandingkan dengan beban puncaknya sehingga mengakibatkan reserve margin yang cukup besar.
Untuk memprediksi biaya penyediaan tenaga listrik di Sistem Lombok kami menggunakan aplikasi perangkat lunak EnergyPLAN yang dikembangkan  oleh Kelompok Penelitian Perencanaan Energi Berkelanjutan di Aalborg University, Denmark. Aplikasi perangkat lunak ini mensimulasikan operasi sistem energi nasional setiap jam, termasuk listrik, pemanas, pendingin, industri, dan sektor transportasi. Namun pada artikel ini kami hanya fokus pada simulasi ketenagalistrikan.
Data-data yang diinputkan berdasarkan informasi dari RUPTL PT PLN (Persero) tahun 2018-2027 meliputi data Proyeksi penjualan energi listrik di system Lombok tahun 2027 sebesar 2.845,21 GWh dan informasi penambahan pembangkit untuk sistem Lombok. Data dari DEN berupa OEI 2016 (Outlook Energy Indonesia) juga digunakan untuk memperoleh informasi biaya investasi tiap pembangkit baru yang akan masuk.
Selain dari data diatas, beberapa asumsi biaya bahan bakar yang digunakan dalam analisa diantaranya:
- Harga batubara untuk listrik    : 70 USD/tonÂ
- Harga fuel oil                    : 72.02 USD/barrel
- Harga Diesel                     : 119.64 USD/Barrel
- Harga Natural Gas               : 8.5 USD/MMbtu 8.5/1.05 Gj
- Kurs Rupiah terhadap Dollar    : Rp 13.500/USD
- CO2 price                        : 30 USD/ton
- Suku bunga                      : 7%
Dengan data tersebut dilakukan simulasi energy plan terhadap system Lombok untuk dapat memprediksi biaya penyediaan tenaga listrik  pada tahun 2027. Dari hasil simulasi diperoleh informasi hasil bauran energi dan total emisi seperti ditunjukkan pada table berikut
Selanjutnya akan dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk pemenuhan energi listrik pada tahun 2017 dan tahun 2027 berdasarkan RUPTL PLN 2018-2027
Skenario 1 : Pembangunan Transmisi 150 kV Jawa-Bali-Lombok
Dari hasil analisa menggunakan EnergyPlan  diperoleh bahwa dengan menurunkan konsumsi gas ditambah dengan kiriman daya dari sistem Jawa-Bali dapat menurunkan penggunaan bahan bakar dari sistem Lombok sendiri.
Bauran energi dari EBT juga telah meningkat. Namun dikarenakan penggunaan batubara yang lebih murah, efisiensi emisi gas CO2 menjadi meningkat. Hal ini perlu mendapat perhatian dikarenakan agenda ke depan bertujuan mengurangi penggunaan emisi gas rumah kaca. Perhitungan biaya dengan menggunakan Aplikasi perangkat lunak dengan skenario yang ditawarkan dapat dilihat dari tabel dibawah.
Skenario 2 : Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 70 MW
Lombok  memiliki potensi panas bumi yang cukup besar yang berada di daerah Sembalun kabupaten Lombok Timur dengan potensi sebesar 70 Mwe (Mega Watt Equivalent). Secara rinci lapangan panas bumi sembalun terletak diantara 115 derajat 45'00''-119 derajat 25'00'' bujur timur (BT) dan 8 derajat 05'00''-9 derajat 10'15'' lintang selatan (LS).
Sehingga dengan pemanfaatan energi panas bumi bisa mengurangi efek rumah kaca akibat penggunaan bahan bakar fosil dan mampu membantu pemerintah dalam  mengejar target rasio penggunaan EBT sebesar 23 %.
Namun dalam pelaksanaannya ada beberapa tantangan dalam mengembangkan panas bumi untuk menjadi sumber energi listrik, yaitu :
Pembangkit listrik yang bersumber dari energi geothermal tidak dapat dibangun di sembarang tempat, melainkan di lokasi yang mengandung batu-batu panas yang mudah dibor
Jika dibor secara tidak benar maka gas dan mineral yang ada di bawah tanah berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan memicu terjadinya kekeringan di kawasan sekitarnya
Pembangunan PLTP Sembalun masih menjadi rencana dan akan dilakukan pengkajian kembali karena lokasinya berada di dalam Taman Nasional Gunung Rinjani yang sangat dilindungi
PT PLN (Persero) lebih sering menggunakan pembangkit uap dan mesin gas atau hydro yang lebih mudah dikembangkan dan dijalankan untuk mengimbangi pertumbuhan listrik di Lombok
Hingga saat ini resiko pembangunan PLTP yang tinggi mengakibatkan biaya investasi masih cukup tinggi (terlihat pada perhitungan EnergyPlan). Dengan peran pemerintah dalam mengurangi resiko pembangunan PLTP diharapkan mampu mengurangi nilai investasi pembangkit tersebut dan memberikan efek ekonomis yang nyata terhadap biaya tahunan energy listrik di sistem Lombok
Kami tetap merekomendasi scenario 2 dengan penambahan PLTP walaupun menyebabkan biaya tahunan yang lebih tinggi karena PLTP di Indonesia merupakan sumber energi yang paling cocok di aplikasikan dibandingkan dengan pembangkit reneweable energi yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H