Mohon tunggu...
Fauzan
Fauzan Mohon Tunggu... Lainnya - Aktif

Mahasiswa aktif di Perguran Tinggi di daerah Banten.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Miskin, Uang, dan Psike

18 Desember 2020   14:09 Diperbarui: 18 Desember 2020   14:13 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemiskinan adalah masalah dalam sosial masyarakat, atau malah bukan sebuah masalah. Namun gejala umum yang ada di dalam masyarakat, karena konstruksi sosial kita membutuhkan pembagian antara miskin, berkecukupan, sederhana, dan sejahtera. Mudahnya kita mengenal adanya konsep antara miskin dan kaya. Konsep ini didasari oleh determinasi ekonomi yang dimiliki oleh si miskin dan si kaya, si miskin pasti memiliki ekonomi yang terbilang rendah, diukur dari bagaimana kehidupan si miskin, apa yang dikonsumsi si miskin, apa yang dikerjakan si miskin, apa yang diperjuangkan si miskin. Sedangkan si kaya, adalah yang berada di atas si miskin.

Masyarakat saat ini tebentuk dengan adanya tuntutan. Tuntutan pekerjaan, tuntutan kebutuhan, tuntutan ekonomi, tuntutan kolektif, dll. Baik miskin dan kayak, keduanya memilki tuntutan dalam sosial masyarakat. Dan uang di sini menjadi pemeran yang vital dalam sosial ekonomi masyarakat saat ini, terutama di perkotaan. Masyarkat sangat bergantung pada uang ini, kebutuhan hanya daat dipenuhi jika manusia memiliki uang. Uang untuk dapat makan, uang untuk dapat mempunyai tempat tinggal, uang untuk mendapatkan kesehatan, uang untuk mendapatkan pendidikan, dan uang untuk mendapatkan rasa senang. Keadaan atau realitas saat ini, memandang uang sebagai kebutuhan utama dalam berlangsungnya kehidupan.

Daerah perkotaan memang bergerak dalam rantai keuangan ini, segala kebutuhan diperlukan dan didapatkan dari uang. Membeli satu barang diperlukan beberapa lembar uang. Dan mendapatkan uang ini diperlukan kerja keras, bekerja untuk mendapatkan uang. Sering kali kita mendengar ucapan, "Waktu adalah uang". Saya sering kali mendengar ini di banyak tempat, seperti di media massa, di tempat saya bersekolah, di tempat saya bermain bahkan. Penggerak roda kehidupan manusia dijalankan untuk menuju dasar kebutuhan saat ini, yaitu uang.

Kemiskinan saat di masa kini mengarah pada pengejaran materi. Dan juga, sebelum itu saya kira perlu kita pahami bahwa kemiskinan yang kita kenal baik dalam media massa, internet, dll, tidak lah sesuai dengan keadaan. Namun begitu tetap ada satu yang sesuai, bahwa kemiskinan ini hanya dapat ditumpas dengan adanya pekerjaan dan adanya uang. Masyarakat miskin terbentuk agar dpat mengejar kebutuhan akan uang itu, dan cara mendapatkan uang tersebut adalah dengan bekerja, pekerjaan akhirnya dilakukan sampai akhirnya uang didapatkan. Dan lingkaran berputar ini yang akhirnya yang membuat konstruksi dalam sosial masyarakat miskin, di mana hanya berputar pada kebutuhan uang ini.

Lingkaran tersebut saya kira adalah alasan mengapa masyarakat miskin akhirnya tetap miskin. Dan ini lingkaran seperti ini juga berlaku pada si kaya. Setidak kita lihat bahwa kelas sosial adalah keutamaan dari terbentuknya lingkaran-lingkaran ini. Selama masing-masing berputar-putar pada tempatnya, maka piramida yang membagi kelas sosial atau piramida strata dalam suatu sistem pasti akan bersifat semi terbuka. Di mana kelas atas akan tetap berada di tempatnya, sedangkan masyarakat menengah dan masyarakat bawah daat bertukar atau berpindah.

Masyarakat miskin saya kira dapat terdapat di tingkatan menengah atau pun tingkatan bawah, keduanya memiliki implikasi yang sama terkait dengan kemiskinan.

Walau beitu, saya kira permasalahan yang utama bukan hanya terkait pada uang. Uang di sini adalah pemicu yang saya kira sangat memengaruhi kehidupan masyarakat sejak lama, sehingga banyak sekali dampak yang dihadirkan. Dampak psikologis masyarakat yang banyak tidak disadari. Saya mengambil konsep psikologis dari Erich Fromm, yaitu soal orientasi masyarakat memiliki dan masyarakat menjadi.

Memiliki

Orientasi masyarakat memiliki ini memiliki keterkaitan dengan keadaan masyarakat saat ini, yang sangat didasari oleh kebutuhan materi. Kebutuhan akan tercapainya keinginan manusia, lebih dalamnya adalah kaitannya dengan libido. Manusia dengan orientasi memiliki ini sangat ingin kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya terpenuhi samai dirinya merasa puas, kaitannya sama dengan keinginan infantil. Masyarakat yang berorientasi memiliki ini sangat menginginkan ada perhatian, adanya pengakuan, adanya materi-materi.

Keadaan psike masyarakat dengan orientasi memiliki ini terdorong untuk dapat mendapatkan pemenuhan terhadap ketaksadarannya, yaitu menginginkan pemenuhan yang dapat membuat psike-nya terpuaskan.

Cara mendapatkannya pun memang tidak terkira, karena bisa mengarah pada regresi dalam individu. Sehingga keadaan neorosis individu bisa lah semakin parah.

Namun begitu kesadaran manusia saat ini tidak menyadari gejala-gejala tersebut. Ketidaktahuan serta adanya determinasi dari orientasi memiliki ini membuat masyarakat cenderung memilih untuk terkurung dalam sistem.

Salah satu contoh adalah kasus seorang selebriti yang saya kira memiliki kecocokan dalam orientasi memiliki ini. Kita melihat selebriti memiliki kepribadian yang unik, yang membuatnya menarik untuk menampilkan dirinya di layar kaca. Sehingga dapat menarik perhatian penonton untuk dapat melihat dirinya. Selebriti membutuhkan perhatian itu, dan hal ini banyak terlihat, misalnya adalah kegiatan vlog.

Saya ingat pernah mendengar isu terkait putra dari Raffi Ahmad yang kecewa karena terlalu sering disorot kamera, namun sang ayah mengatakan bahwa dia perlu mendokumentasikan hal tersebut. Perhatian ini yang dapat mengembangkan status sosial, namun begitu terdapat kekeliruan jika orientasi memiliki ini akhirnya dapat menguasai individu.

Keadaan seperti depresi adalah hal yang sering dijumpai dalam orientasi memiliki ini. Layaknya bayi, keadaan psike manusia dengan orientasi memiliki ini tidak lah berkembang. Terjadi kecacatan dalam perkembangan psike.

Masyarakat seperti ini tidak dapat menjadi masyarakat yang bebas. Masyarakat dengan orientasi memiliki ini selalu mengalami keterbatasan dalam kejiwaaannya, sehingga berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya.

Mengada

Perlu kita ketahui bahwa orientasi memiliki ini lebih baik untuk tidak mempunyainya, sebaik mungkin untuk menghindari orientasi tersebut. Maka dari itu ada orientasi menjadi yang menjadi cara membebaskan manusia dari tegangan-tegangan yang ditimbulkan dari orientasi memiliki.

Orientasi menjadi menawarkan kebebasan. Kebebasan menjadi syarat dalam orientasi menjadi ini, karena Erich Fromm sendiri sadar bahwa kebebasan adalah keutamaan yang dimiliki manusia. Manusia perlu mendapatkan kebebasan dan sifatnya adalah alamiah.

Dengan orientasi menjadi, manusia akan terlepas dari segala kekangan neorosis yang selama ini menjadi penghalang dalam mendapatkan kebebasan. Yang membuat kegelisahan dan segala penyakit yang bersumber dari tertekannya psike seorang manusia.

Tuntutan-tuntutan dalam orientasi memiliki ditekan pada kepribadian dengan orientasi menjadi. Kebutuhan akan perhatian, pengakuan status, kecantikan, dan kekakayaan materi semuanya adalah kegagalan dalam orientasi menjadi. Seperti yang saya utarakan, manusia perlu menjadi pribadi yang bebas, yang tidak mengalami penekanan internal atas tuntutan yang bersifat fana atau sementara. Keinginan dari pribadi dengan orientasi menjadi adalah mendapatkan situasi tanpa tekanan dalam kesadarannya, seterusnya dapat menyeimbangkan ketidaksadaran manusia.

Keluar Dari Tekanan

Keseimbangan dalam psike perlu kita dapatkan. Masyarakat kebanyakan mungkin dapat melakukan banyak praktik agar dapat menuju masyarakat dengan orientasi menjadi ini. Yang saya kira sangat tepat untuk dilaksanakan. Jalan menuju orientasi menjadi ini adalah usaha masyarakat agar terbebas dari tekanan neorosis yang dapat menganggu ketidakseimbangan antara kesadaran dan ketidaksadaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun