Mohon tunggu...
faiza adhima
faiza adhima Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Empati di Ruang Virtual

4 Juli 2020   15:04 Diperbarui: 26 Juli 2020   16:27 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui, saat ini Indonesia mulai memasuki era new normal atau tatanan kenormalan baru. Dimana saat ini diharuskan atau menuntut masyarakat supaya mengubah kebiasaan serta prilaku baru untuk membudayakan perilaku hidup bersih sesuai dengan protokol kesehatan untuk tetap menjalankan aktivitas normal dan mencegah terjadinya penularan Covid-19. 

Dalam era ini sebagian aktivitas mampu dilaksanakan via daring atau virtual. Oleh karena itu, berbagai platform social media ataupun video konferens semakin diminati untuk pembelajaran daring, penyampaian informasi, rapat daring, dan lain lain supaya aktivitas tetap berjalan dengan lancar.

Berdasarkan teori Komunikasi Virtual atau biasa disebut komunikasi hyperpersonal (Walter: 1996:5), yakni komunikasi dengan media internet yang menurut masyarakat sosial lebih menarik bila dibanding dengan komunikasi secara langsung.

Sebagai contoh, saat ini mahasiswa dengan mudah mampu tetap melaksanakan perkuliahan serta mengerjakan tugas hanya dengan alat berupa laptop atau handphone serta koneksi internet. Perkuliahan daring memang menawarkan berbagai kemudahan dan kenyamanan. Diantaranya, fleksibilitas ruang (placeless) dan waktu (timeless). Dosen dan mahasiswa tidak harus secara fisik bertemu sehingga perkuliahan bisa diakses di manapun selama bisa dijangkau oleh sinyal internet.

Namun, ternyata ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi banyak orang dalam membangun kepercayaan atau empati saat berkomunikasi secara virtual. Ketika sedang berkomunikasi secara virtual rasa kepekaan pada manusia berkurang berbeda ketika sedang berhadapan langsung seolah meremehkan. 

Sebagai contoh ketika sedang melaksanakan perkuliahan via daring terkadang mahasiswa cenderung meremehkan dosen ketika sedang mengajar, ada yang berpakaian tidak sopan, bersantai ria di atas kasur, ataupun mematikan kamera lalu ditinggal untuk melakukan aktifitas lainnya.

Komunikasi empati mengedepankan bagaimana diri kita seperti sedang merasakan apa yang sedang diderita oleh orang lain. Dalam perkuliahan daring ini sebaiknya sebagai mahasiswa mampu lebih menghargai dosen yang sedang mengajar terutama ketika dosen yang memang berusia lanjut yang berusaha mati-mati an untuk memahami cara menggunakan video conferens dan melaksanakan perkuliahan daring. Selain itu sebaiknya memperhatikan tampilan yang sopan serta memperhatikan juga lokasi yang akan digunakan menjadi latar setidaknya mampu memilih latar yang mampu memberi keleluasan untuk berbicara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun