Mohon tunggu...
I Komang Ngurah Jaya Laksana
I Komang Ngurah Jaya Laksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Selalu berinovasi dengan memanfaatkan teknologi berlandaskan kearifan lokal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kaitan antara Tradisi Mebat di Bali dengan Hubungan Harmonis antar Sesama Manusia sebagai Wujud Implementasi Pawongan dalam Konsep Tri Hita Karana

30 Oktober 2024   21:42 Diperbarui: 30 Oktober 2024   22:08 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : https://desaabiansemal.badungkab.go.id

Tradisi Mebat di Bali memiliki hubungan yang erat dengan konsep Pawongan dalam Tri Hita Karana, yang menekankan pentingnya hubungan harmonis antar sesama manusia. Tri Hita Karana terdiri dari tiga pilar: Parahyangan (hubungan dengan Tuhan), Pawongan (hubungan antar manusia), dan Palemahan (hubungan dengan alam).

Adapun kaitannya dengan Tradisi Mebat adalah sebagai berikut.

  1. Kebersamaan dan Gotong Royong:
    • Mebat adalah tradisi mengolah makanan untuk keperluan ritual, dilakukan secara kolektif oleh masyarakat. Proses ini tidak hanya melibatkan persiapan makanan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara para peserta, yang biasanya terdiri dari pria dalam komunitas tersebut
    • Kegiatan ini mencerminkan nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan, yang merupakan inti dari Pawongan.
  2. Interaksi Sosial:
    • Mebat berfungsi sebagai sarana interaksi sosial, di mana warga berkumpul untuk membantu satu sama lain dalam persiapan ritual. Hal ini menciptakan suasana saling menghargai dan menghormati, yang esensial dalam menjaga hubungan baik antar sesama
  3. Harmonisasi Kehidupan:
    • Dalam konteks Tri Hita Karana, menjaga hubungan baik dengan sesama (Pawongan) berkontribusi pada keharmonisan kehidupan secara keseluruhan. Jika masyarakat saling mendukung dan bekerja sama, maka kebahagiaan dan kesejahteraan akan tercapai
  4. Nilai Spiritual:
    • Mebat juga mengandung dimensi spiritual, di mana sebelum memulai proses memasak, hewan yang akan diolah biasanya didoakan untuk meningkatkan kehidupannya. Ini menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya sekadar kegiatan fisik tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam .

Dengan demikian, tradisi Mebat tidak hanya berfungsi sebagai persiapan ritual tetapi juga sebagai medium untuk memperkuat hubungan sosial dan menciptakan keharmonisan dalam masyarakat Bali sesuai dengan prinsip-prinsip Tri Hita Karana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun