Mohon tunggu...
I Komang Ngurah Jaya Laksana
I Komang Ngurah Jaya Laksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Selalu berinovasi dengan memanfaatkan teknologi berlandaskan kearifan lokal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kaitan antara Tradisi Mebat di Bali dengan Hubungan Harmonis antar Sesama Manusia sebagai Wujud Implementasi Pawongan dalam Konsep Tri Hita Karana

30 Oktober 2024   21:42 Diperbarui: 30 Oktober 2024   22:08 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : https://desaabiansemal.badungkab.go.id

           Tradisi mebat adalah kegiatan memasak secara gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Bali dalam rangkaian upacara keagamaan, adat, atau acara tertentu. Biasanya, mebat dilakukan untuk menyiapkan makanan besar yang akan disajikan dalam upacara seperti Galungan, Kuningan, Odalan (upacara di pura), Ngaben (upacara kremasi), serta acara lainnya yang membutuhkan hidangan dalam jumlah besar. Berikut penjelasan rinci mengenai mebat di Bali:

1. Tujuan dan Makna

Mebat bukan hanya sekedar kegiatan memasak bersama, tetapi memiliki nilai kebersamaan dan gotong royong yang kuat. Masyarakat Bali percaya bahwa dengan bersama-sama menyiapkan hidangan untuk upacara, mereka mempererat ikatan sosial dan spiritual. Selain itu, proses ini dianggap sebagai bentuk bhakti kepada leluhur dan dewa-dewa dengan memberikan makanan yang disiapkan dengan hati-hati dan penuh rasa syukur.

2. Proses Pelaksanaan

Biasanya, kegiatan mebat dilakukan pada hari sebelum pelaksanaan upacara utama. Kegiatan ini melibatkan banyak orang, terutama kaum laki-laki yang bertugas memotong dan mengolah daging, seperti daging babi atau ayam. Kaum perempuan biasanya juga ikut serta dalam proses persiapan, terutama dalam hal mempersiapkan bumbu dan memasak.

Proses mebat ini melibatkan beberapa tahap, seperti:

  1. Ngulapin: Menyembelih hewan yang akan diolah, biasanya dilakukan di awal sebagai simbol persembahan.
  2. Ngambilin: Memotong dan membersihkan daging sesuai kebutuhan.
  3. Metumbuk Bumbu: Menghaluskan bumbu tradisional Bali yang kaya rempah seperti bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit, kencur, dan berbagai bahan lainnya yang memberikan cita rasa khas Bali.
  4. Memasak Hidangan: Hidangan seperti lawar (campuran daging, sayur, dan darah yang dibumbui), sate lilit, dan olahan lainnya dimasak dengan cara tradisional.

3. Jenis Hidangan dalam Mebat

  1. Lawar: Hidangan khas Bali yang terbuat dari campuran daging cincang, kelapa parut, sayuran, dan darah segar yang dicampur dengan bumbu khas Bali.
  2. Sate Lilit: Daging cincang yang dicampur bumbu dan dililitkan pada batang serai sebelum dipanggang.
  3. Komoh: Kuah berbumbu yang sering digunakan sebagai pelengkap atau dicampur dengan makanan utama.

4. Peralatan Tradisional

Dalam mebat, masyarakat Bali menggunakan berbagai alat tradisional seperti:

  1. Pawon: Dapur tradisional dengan tungku yang biasanya masih menggunakan kayu bakar.
  2. Pengerik: Pisau besar atau alat pemotong untuk mengolah daging.
  3. Lesung dan Lu: Alat untuk menumbuk bumbu yang terbuat dari kayu atau batu.

5. Nilai Sosial dan Filosofi

Selain untuk kepentingan upacara, mebat juga menjadi ajang bagi masyarakat untuk berbagi cerita, berbagi keterampilan memasak, dan memperkuat ikatan kekeluargaan. Filosofi yang terkandung dalam tradisi ini adalah semangat menyama braya (persaudaraan) di antara masyarakat Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun