[caption id="attachment_198046" align="aligncenter" width="620" caption="Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta berfoto bersama memperlihatkan nomor urut yang didapatkannya di acara penentuan dan penetapan nomor pasangan Cagub dan Cawagub Pilkada DKI Jakarta di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Sabtu (12/5/2012). Nomor urut 1 adalah pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, 2 Hendardji-Ahmad Riza, 3 Joko Widodo-Basuki Purnama, 4 Hidayat Nur Wahid-Didik Rachbini, 5 Faisal Basri-Biem Benyamin, dan 6 Alex Noerdin-Nono Sampono. (KOMPAS.com/MUNDRI WINANTO)"][/caption] Sebagai Ibu kota negara, kilau Jakarta tidak pernah padam. Pesonanya yang menjanjikan kesuksesan dan kemakmuran membuat banyak orang berbondong - bondong datang. Begitu juga dengan posisi pemimpin tertinggi di daerah khusus ibukota ini, banyak walikota dari daerah lain berbondong bondong datang mempertaruhkan jabatannya saat ini untuk kemudian meggantinya dengan yang lebih "baik". Kampanye wagub dan cawagub Jakarta dijadwalkan pada tanggal 24 Juni - 7 Juli 2012, namun tidak sedikit yang mencuri start menarik perhatian para calon pemilih. Berbagai cara digunakan mulai dari memasang spanduk, poster, membagi stiker, bahkan kunjunga ke tempat umum. Dan tidak sedikit juga yang melakukan kampanye dengan cara - cara yang tidak lazim, demi meraih suara pemilih sebanyak - banyaknya, dan jika kita sadari hal tersebut sangat lucu. Berikut cara kampanye yang pernah dilakukan beberapa calon terpilih di Indonesia : 1. Kampanye uang (money politics) Kampanye jenis ini bukan hal yang baru di kalangan para politikus. Biasanya kampanye jenis ini dilakukan dengan memberikan uang kepada calon pemilih pagi hari saat pemilihan, oleh karena itu sering disebut serangan fajar. Bagi para pemilih dengan pendidikan rendah dan pengangguran, cara ini merupakan cara yang paling efektif. Apalagi kalau diiming - imingi tambahan uang atau tambahan dana sosial kalau calon terpilih menang, sungguh tawaran yang sangat menggiurkan. Namun yang perlu difikirkan dari mana sumber uang yang dibagikan tersebut, atau mungkin nantinya akan mencari pengganti dari uang yang sudah dianggarkan untuk kegiatan operasional daerah. Saran saya, ambil uangnya tapi jangan pilih orangnya, karena nanti akan merugikan diri kita sendiri. 2. Kampanye dangdut Untuk menarik perhatian para calon pemilih calon terpilih sering kali mengadakan konser dangdut disela kampanye nya, atau sebaliknya lebih tepat dikatakan mengadakan kampanye disela konser dangdut, karena proporsi kampanye lebih sedikit dari konser dangdutnya. Menurut pengakuan salah seorang penjual warung, ketika ditanyakan calon mana yang akan dipilih, dia menjawab "kalau saya akan memilih calon itu, karena konser dangdutnya tiga kali, kalau yang lain Cuma satu kali". Wow, it is really "dangdut is the music of my country". 3. Kampanye jabatan Kampanye jabatan ini biasanya dilakukan oleh calon terpilih yang saat ini sedang menjabat. Dengan jabatan yang dimiliki saat ini kempanye disisipkan dalam kegiatan program kegiatan yang sedang dilaksanakan. Lumayan, kampanye gratis! 4. Kampanye sumbangan Saya menyebut ini sebagai kampanye sumbangan, karena calon terpilih menjanjikan untuk memberikan sumbangan untuk fasilitas sosial jika calon terpilih tersebut menang dalam kampanye. Ada beberapa contoh yang dapat kita lihat, antara lain pernah disuatu pemilukada, calon terpilih akan memberikan bantuan bahan bangunan untuk mendirikan masjid jika dia terpilih, atau ada juga calon terpilih yang akan memberikan bantuan berupa perbaikan jalan. Beberapa bahan bangunan berupa batu dan pasir sudah diberikan sebelum waktu pemilukada, bisa dibilang sebagai DP (deposit). Dan satu hal yang lucu, ketika dia kalah, DP tersebut diambil kembali. Ups, ada udang dibalik batu! 5. Kampanye sembako Untuk memikat perhatian, tidak jarang calon terpilih menggunakan strategi kampanye sembako (sembilan bahan pokok) . Menurut saya kampanye ini cukup berhasil, karena sasarannya yaitu para ibu yang jumlahnya tidak sedikit. Jika saja disuatu daerah jumlah ibu - ibu sebanyak 35%, suara yang akan diperoleh tidak sedikit. 6. Kampanye slogan Calon terpilih berlomba - lomba membuat slogan khas yang terbaik. Namun perlu berhati - hati, karena bisa jadi dibalik slogan tersebut terdapat ambiguitas. Sebagai contoh "serahkan pada ahlinya", jika anda membaca sekilas, satu hal yang ada dalam benak anda yaitu calon terpilih itu adalah ahlinya, namun jika diamati dengan seksama, kalimat tersebut tidak mengatakan dia ahlinya, dan itu juga tidak salah. Jadi harus berhati - hati dengan slogan yang diberikan oleh para calon terpilih. 7. Kampanye bayaran Untuk meramaikan kampanye, tim sukses calon terpilih mencari orang - orang untuk datang ke tempat kampanye. Walau pun nominalnya tidak banyak, cara ini sangat efektif untuk mendatangkan calon pemilih. Mungkin tujuan dari cara ini minimal bisa memperkenalkan calon terpilih, dan akan lebih baik jika memanfaatkannya untuk menyampaikan visi dan misi. 8. Kampanye visi dan misi Dari semua cara kampanye, menurut saya kampanye ini yang paling baik, karena cara ini merupakan tujuan utama diadakannya kampanye. Beberapa stasiun televisi memfasilitasi untuk menyiarkan program kampanye untuk menyampaikan visi dan misinya, dari sana juga bisa dihihat profil dan kemampuan calon terpilih. Walau berbagai macam cara kampanye digunakan, calon pemilih harus lebih cermat dalam memilih, berhati - hati terhadap janji yang diberikan dan pilih yang terbaik menurut hati nurani anda. Yuk, menjadi pemilih yang bijak! (*Fitrianna Cahyaningrum - calon pemilih).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H