Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Melayani Tuhan, menulis, melukis, perupa. Tak ada tempat seluas dan selebar hati kita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menengok Desa Pembuat Peti Mati di Minahasa

17 November 2021   19:41 Diperbarui: 17 November 2021   19:55 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hamparan padi sawah nampak berkilau  di terpa sinar matahari sore. Sepanjang jalan lurus yang memisahkan Kota Langoan dengan Kecamatan Kakas ini memang tanpa ada rumah di pinggirannya. Hanya sawah semata mata. Maklum. Tanah rata yang terletak di ujung Selatan Danau Tondano ini memang cukup luas, subur dan berair. Sangat pantas untuk diolah sebagai lahan persawahan. 

Setelah berapa menit kemudian, tanpa terasa sepeda motor yang kami kendarai sudah memasuki kota Kecamatan Kakas, bahkan sudah mengarah ke arah Desa Kaweng yang sama sama merupakan desa di pesisir Danau Tondano.

Desa Kaweng awalnya hanyalah daerah perkebunan yang terletak di bawah kaki Gunung Kaweng. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang menetap dan mendirikan pemukiman maka jadilah sebuah kampung yang diberi nama Kaweng. Nama Kaweng sendiri diambil dari nama Gunung Kaweng. Kaweng dalam bahasa Minahasa artinya "menikah". Alasan mengapa dinamakan Kaweng karena konon gunung yang ada di Desa Kaweng menyerupai dua orang yang berdiri berdekatan selayaknya orang yang akan menikah.

Hanya berkisar 15-an menit kemudian, penulis dan rekan sudah mulai memasuki Desa Kaweng ini. Beberapa orang yang berjumpa dijalan nampak mengangguk memberikan salam sebagai rasa suka dan penerimaan yang kemudian dibalas dengan anggukkan pula oleh penulis dan rekan.

Desa Kaweng ini adalah desa Pembuat Peti jenasah terbesar di Sulawesi Utara. Ada sekitar 40 pengrajin peti mati di desa ini. Setiap Minggu ada ratusan unit peti yang keluar pasaran. Ada yang langsung di amtar oleh mereka sebagai produsen ada juga yang di jemput oleh pembeli yang rata rata pengusaha kembang duka.

Sebagai provinsi dengan populasi pendusuk Kristen sebagai mayoritas, Sulawesi Utara memiliki banyak pengusaha kembang duka.  Hampir setiap kota hingga kota kecamatan, kita akan menjumpai banyak usaha kembang sebagai penyedia jasa dekorasi di ibadah kedukaan.

Usaha ini sangat dibutuhkan dan tentu saja berprofit bagus dari waktu ke waktu. Bahkan kepada penulis kepala Desa Kaweng, Rio Rindengan S.Sos mengungkapkan kalau pada saat covid mengganas pada waktu lalu, pesanan peti mati sangat menumpuk bahkan mereka tak mampu melayani pesanan lainnya.

Di harapkan ke depan, usaha ini bisa di ekspor keluar negeri karena sudah pernah terbuka peluang dengan pihak Jerman. Kalau saat ini sudah melayani antar provinsi dan pulau. Semangat ya pak kepala desa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun