Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Melayani Tuhan, menulis, melukis, perupa. Tak ada tempat seluas dan selebar hati kita.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ekspedisi Ventira, Negeri yang Hilang (24)

23 Mei 2020   11:39 Diperbarui: 23 Mei 2020   18:10 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Perlahan Daniel memalingkan wajah ke Burhan, Danish serta pak Subhan. Tinggal mereka bertiga. Bagaiamanpun kehadiran Burhan dan Danish sebagai dokumentator dan wartawan peliput saksi sah, sangatlah vital. Kalau mengenai Pak Subhan yang ditenggarai sempat 2 kali masuk ke dalam kota ventira juga sangatlah penting. Terutama karena pak Subhan yang akan memimpin ritual keberangkatan ke Ventira. setelah itu kalau ia mau ikut sama-sama masuk kesana, itu tentu saja sangat membantu sebagai penunjuk. Hanya saja jika ia tak bisa ikut ke Ventira maka ia dapat tetap tinggal di jembatan, nantinya. Hanya sayangnya, nilai kontraknya tentu tidaklah sebanyak 350 juta rupiah. Itu terlalu besar, pikir Daniel. 

 Tiba-tiba rasa hangat mengalir disebelah tangan Daniel. Ia menoleh. Ternyata tangan lembut Raiva berada di atas tangannya yang tertelungkup di atas meja. Lalu Daniel merasakan jemari lentik Raiva meremas tangannya kuat namun tetap lembut. Semua mata melihat itu, terutama Rainy. Raiva sepertinya membiarkan ulahnya itu dilihat oleh yang lain. Ia hanya ingin member kekuatan kepada Daniel agar ia tak merasa sendiri dalam meneruskan proyek ini. 

 Tanpa ragu ia menerabas kedalam bola mata Daniel yang nampak terpaku akan tatapan Raiva itu. Ada suatu kekuatan serta harapan di dalamnya. Perlahan-lahan jiwanya terasa bergelora oleh semangat serta perasaan senang yang tidak terpahami olehnya sendiri. Sebah kebahagiaan sejati yang mematahkan apapun ketakutannya.   

 Disisi lain Rainy tergelitik. Ia tak menduga Raiva akan bertindak seberani itu. Memegang tangan Daniel di depan mata semua anggota tim yang selama ini tahu dan melihat bagaimana permusuhan palsu diantara mereka. yang  

 "Ya... bukan seperti itu. Maksudnya saya pasti sama dengan Danish, karena kami berdiskusi bersama, menganalisa bersama serta mengambil keputusan bersama. Kami juga sudah berkomitmen sejak awal untuk total dan berdedikasi dalam ekspedisi ini. Itu bukan saja karena bayaran besar yang kami terima, namun lebih kepada kebiasaan kami yang selalu bekerja dengan hati serta kemauan yang kuat untuk selalu berhasil dan menang dalam bertugas. Bagi kami,  memberi diri berarti juga member hati. Dan saya percaya kita semua pasti seperti itu. Kalau tokh ada rasa rindu dan ingin membuat selembar surat untuk keluarga saya percaya itu bukan rasa ragu atau takut. Itu hanya rasa sebuah kewajaran atau itu hanya sikap hati yang tentu saja bisa dirubah. Semua tinggal pengaturan dan pengarahan para leader saja. Intinya, kami sudah ada disini dan sudah memberi diri total," ujar Burhan.

 "Ya. Eee, saya biasa berhadapan dengan tantangan. Sebelum kerja di Indonesia saya pernah bekerja di Herzegovina dan sudah terbiasa mempersiapkan diri saya terhadap kemungkinan terburuk dalam pekerjaan. Dan saya mengatakan itu juga kepada keluarga saya 10 tahun lalu ketika pertama kali di tunjuk sebagai  Europe Assosiation of  War Journalist. Please jangan ragukan komitmen saya, " Danish terdengar mantap. 

 "Dia memiliki seribu nyawa," kelekar Burhan sambil tersenyum kecil.

 Lalu tawa mereka pecah berhamburan, mengagetkan orang lain yang berada di dalam warung makan maupuin yang berada di luar. Tak bisa dipungkiri, Tim ini memang penuh ledakkan ketegangan yang bisa datang tiba-tiba tapi juga dipenuhi dengan kelucuan serta kegermbiraan yang bisa hadir kapanpun ada peluang.  (Bersambung)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun