Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Melayani Tuhan, menulis, melukis, perupa. Tak ada tempat seluas dan selebar hati kita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membedah Fakta Antara Technical, Spiritual, dan Human Innate Intellegence

1 Mei 2020   10:39 Diperbarui: 16 Juni 2024   12:01 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar foto: Selipan.com

Tecnichal intelligence adalah sebuah upaya intelek manusia dalam bertahan hidup. Jika mengalami kesadaran bahwa keadaan sedang tidak baik dan kehidupannya terancam baik  secara individu atau kelompok, termasuk strategi mengatur pola kedisiplinan hidup agar bisa  mencegah bahaya (krisis iklim dalam hal ini) yang mengancam kehidupannya. Sayangnya segala kemampuan manusia ini tak dapat mencegah Nubuatan Firman yang bersifat absolut. Tokh dunia tetap menuju proses kiamat.

Maaf... Tidak bermaksud menakut-nakuti pembaca anggaplah tulisan ini sebagai motivasi atau dorongan bagi manusia untuk mengalami kesadaran rohani atau yang saya sebut Spiritual Intelegensi dan mencari jalan keselamatan diluar kemampuan manusia. Mencari suatu kuasa yang jauh lebih besar di luar keluasaan2 yang ada di Bumi. Dan kuasan itu adalah kekuasaan Tuhan Allah ELOHIM. Kepada Allah inilah manusia boleh berharap akan keselamatan.

C. Berlindung Pada Spiritual Intelligence Bisa Menggerakkan Human Innate Intelligenci 

Apa yang saya sebut di atas adalah sebuah kesadaran roh bahwa manusia memiliki sumber kehidupan rohani. Roh sifatnya kekal dan akan kembali bersatu kepada asalnya yaitu Tuhan dan sebagai seorang Kristen saya menyadari bahwa di kehidupan kita nanti roh saya akan kembali kepada Tuhan jika saya hidup dalam ketetapan Firrman Tuhan.  setinggi apapun ilmu dan jabatan kita semuanya pasti akan kembali kepada kekuasan Tuhan YHWH.  

Di sinilah para cendekiawan atau pelaku agama (apapun) harus mampu memahami bahwa kesadaran emosional untuk mawas diri disertai keinginan kuat menjaga tubuh dari wabah yang seperti tulah ini, juga merupakan perilaku rohani yang di ajarkan agama. Protocol covid yang diterapkan pemerintah Ini seyogyanya diseriusi oleh rakyat. 

Kejadian-kejadian ini jelas menunjukkan adanya proses Pengaburan Paham antara penundukkan diri terhadap Allah  secara transcendental dan penundukan diri kepada pemerintah secara vertical. (sebagai wakil dan pilihan Allah sebagai pemimpin di bumi).

Kiranya manusia boleh sadar dan  belajar bahwa hal apapun --termasuk agama- telah berjuang keras dengan menyarankan pola hidup ideal dan mengarahkan manusia pada kebaikkan hidup, umpamanya kesadaran untuk menjaga sumber-sumber kehidupan.  Tokh perjuangan agama tak mampu mencegah proses peradaban yang selalu bergerak maju (Progres) dan terjadi  atas konsekwensi intelektualitas yang kebablasan. Kebablasan karena kerap digunakan secara negative dengan tujuan keuntungan  tertentu hingga berpeluang menciptakan masaalah baru yang serius yang kita sebut bencana.  Manusialah penyebab utama bencana ketika mengisi waktu yang bergerak ke depan.

Virus corona yang ditenggara berasal dari pengelolaan daging hewan yang keliru (Lagi dicari kebenarannya) atau 'katanya' berasal dari  uji coba virus  dan unsure biologis lainnya di laboratorium Wuhan, sepatutnya sama dengan  explorasi dan eksploitasi sumber alam yang berlebihan. Sama pula dengan rentetan bencana maha dahsyat tsunami atau likuifaksi yang baru berlalu dari negeri kita tercinta. Dibelahan bumi lain bencana-bencana besar juga terjadi dengan hebat. 

Entah karena efek intelektualitas yang disinggung di atas, entah juga karena bencana mandiri yang tak berasal dari control dan kehendak kita. Disinilah perilaku serta paham religious boleh kita pakai; bahwa di dalam proses peradaban manusia ini, segala sesuatu boleh menjadi tua, boleh hilang atau boleh hilang lenyap seketika diluar kehendak kita. Bola raksasa bernama bumi serta tatanan tatasurya yang melingkupinya bukan berada dalam orbit intelktual manusia. Disinilah perilaku serta paham religious kita boleh bekerja serta memahami bahwa kita adalah mahluk social yang bergantung pada kekuasaan Allah semata.

 Manusia boleh  mempertahankan siklus hidup berjuang mencari vaksin, metode serta teknis-teknis akurat dan tepat untuk mematikan virus ini atau ia akan mati dengan sendirinya lantas membantah intelektualitas manusia terhadap sikap superionya di atas alam yang bukan diciptakan olehnya. Sekali lagi pada taraf ini, hal religiusitas yang kita pegang dapat membantu umat manusia untuk semakin tawakal dan berserah sebagai pertanda bahwa eksistensi ilahi atau Allah itu ada dan dipercai bersama.  

Saya mau mengajak secara global agar umat manusia mau mengakui kesadaran rohani ini (spiritual intelligence) agar dapat mempengaruhi/menggerakkan kesadaran alam bawah manusia atau kesadaran bawaan (Human innate intelegenci)  untuk berperilaku/attitude moral yang baik dan tidak mengabaikan petunjuk pemerintah akan kewajiban menjaga penyebaran covid lewat membatasi pergerakkan social. Saya dan kita wajib memberi hati kepada rasa taat dan bergandengan tangan menghadapi musuh kita. Ingat! Pemerintah bukan tidak memiliki senjata tapi belum dapat memaksimalkan senjata itu. Dan kitalah senjata itu, umat manusia dengan sikap toleran yang tinggi, bersama dan  kemauan untuk bertahan hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun