Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Melayani Tuhan, menulis, melukis, perupa. Tak ada tempat seluas dan selebar hati kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Semua Aspek Hidup Sudah Dikuasai Covid

24 April 2020   04:17 Diperbarui: 24 April 2020   05:30 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ibarat perang, peradaban kita sedang digempur habis-habisan. Para pemimpin Negara bersepakat dan bersatu dengan segala kemampuan yang ada untuk menghancurkan Physicopat renik (pinjam istilah) bernama corona atau covid-19 ini hingga tak sedikit yang  mengorbankan nyawa demi rakyat dunia.

(Maaf, karena masih terpengaruh kesal dan sedih, saya enggan mengenakan huruf capital pada nama virus di atas. Semoga saya tak melanggar aturan lain selain aturan tata-bahasa)

Jika dalam sehari setiap Negara mengalami kematian 250 orang, maka kita dapat dengan mudah menghitung umur manusia di bumi ini, karena sampai saat ini tak ada senjata yang ditemukan manusia kecuali solidaritas. Saling bergandengan tangan dalam Ketaatan dan kedisiplinan pada program pemerintah. Itulah Senjata Mutakhir Yang Dimiliki Manusia.

Maaf. Tidak bermaksud menakut-nakuti pembaca atau berniat melawan upaya pemerintah dalam menciptakan rasa nyaman kepada rakyatnya dengan stimulus-stimulus positif sebagai motivasi di tengah mewabahnya covid-19 yang berkarakter pandemic ini.

Saya dan kita semua pasti paham bahwa saat ini hidup kita seperti sedang terhenti alias tidak bergerka maju. Mundur juga tidak. Kehidupan kita sekarang secara global tersibukkan oleh penanganan penyakit berbahaya ini.

Saya tidak sepakat dengan beberapa pihak atau ahli yang untuk tujuan menciptakan rasa aman / nyaman kemudian mengeluarkan statement-statement menghibur seolah-olah virus ini kurang berbahaya sementara setiap hari  ratusan atau puluhan orang di beberapa negara meninggal. 

Bagi saya; pada saat negara ada dalam keadaan status darurat, masyarakat lebih membutuhkan naluri agar mereka dapat menciptakan sikap mawas diri-dari pada sekedar rasa aman semu yang dapat menjadikan mereka lalai dalam banyak hal. 

Kita bisa pahami Sekarang betapa daruratnya keadaan kita.  Setiap hari/kali saat saya membuka semua grub wa atau facebook, instagram, twitter Dll,  hanya ketiga kata ini yang ada. covid, pandemic atau corona.

Bentuknya macam-macam. Dari Info bantuan, kejadian dan insiden, berita kematian dan ketambahan korban positif, hingga jualan bahan produk pelindung diri, dari masker, hand sanitizer, bahkan hingga berlanjut penawaran lanjut kredit mobil/motor karena efek samping covid yang melumpuhkan pembayaran mereka. 

Bermemori sedikit; Sebelum covid-19, kalau kita buka medsos isinya pasti penokohan politik, kriminalitas yang semakin merajalela, ketimpangan social, pertarungan antar tokoh dan pejabat serta keburukan lain yang semakin lama semakin menggerus rasa keteladanan nasional. 3 bulan lalu, di jalan-jalan saya masih melihat pedagang asongan dengan aneka jualan seperti permen, rokok, air kemasan, tissue Dll.

Sekarang para asongan semua menjual masker. Rupanya ini bisnis baru dengan untung yang jelas dan tinggi provit. Bahkan sewaktu membeli ikan di pasar tradisional saya agak kaget ternyata pedagang ikan itu juga menjual masker disamping ikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun