Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Melayani Tuhan, menulis, melukis, perupa. Tak ada tempat seluas dan selebar hati kita.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Di Bawah Lampu

23 April 2020   10:28 Diperbarui: 23 April 2020   11:32 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Skrip Kumpulan Sajak Hati Presiden Republik Sunyi

Foto: Pexels.com

Perempuan Dibawah Lampu

Di bawah tiang lampu jalan yang bisu, wanita itu bersandar... Wajah piasnya pasrah menengadah jalang kepada kumpulan laron yang tengah berpesta cahaya.  Pesta sebelum sejam atau dua jam kemudian mereka jatuh dan mati...

Lampu jalan ini jadi saksi bahwa perempuan itu sedang rindukan cahaya yang terlalu tinggi dari kepalanya... Namun wajahnya tetap tengadah, berharap ada cahaya jatuh dan ia mandi seperti laron...                                        

Ahh... jika saja tiang lampu besi ini mau, ia dapat menggoncang keras, agar sedikit cahaya jatuh dan berhamburan ke bawah, lalu dikumpulkannya dalam genggaman...               

Wajah pucatnya lalu tersenyum... Dalam impinya-Jari-jemarinya sibuk kumpulkan cahaya yang mulai berjatuhan.... Sesibuk ia mengumpulkan sisa-sisa kenyataan hidup -dalam genggaman- yang tercerai berai oleh duka...

Sedang malam mulai menyanyikan tembang pelipur lara untuk tubuhnya yang tersandar tak bersisa tenaga di tiang lampu yang kaku tak punya hati... 

Lalu wajah para kekasih mengarung di pelupuk mata... Wajah mungil anak hingga wajah berkumis yang membiarkannya mengarung sendiri dilautan lepas, tanpa tahu arah angin, namun ia tetap ingin hidup.        

Dengan sebelah tangan ia menggapai dan tangan lain masih  mengumpulkan cahaya....

Tiang lampu tak berhati,  terus menopang tubuhnya yang mulai luruh ke pangkuan bumi dengan wajah indah bercahaya di bawah tiang lampu jalan...             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun