Dengan khusuk para pelayat serta keluarga yang berduka di bangsal gereja nampak tenang meski dengan hati yang bergemuruh menahan gejolak kesedihan.
Hari itu, 9 April 2020  jarum jam dengan perlahan bergeser  ke angka 12. Lagu-lagu  penghiburan dan pelepasan sudah di nyanyikan. Kata-kata perpisahan dari berbagai kalangan, kerabat dan keluarga juga sudah di utarakan.  Sementara semua pelayat nampak tertunduk, terdiam, sambil sesekali melirik kearah peti jenasah dimana sosok musisi sekaligus penyanyi fenomenal Glend Fredly Latuhiamalo membujur kaku dalam peti jenasah.
Bagi beberapa orang yang baru bertemu sang bintang sekitar seminggu berselang atau sebulan berselang dalam keadaan bugar dan fit, ini memang seperti sebuah mimpi. Tapi manusia memang tak pernah bisa mere-rekakan kehendak yang kuasa. Yang kita lihat putih barusan bisa langsung hitam dalam khasanah kebesaran Allah. Demikian sebaliknya.Â
Selain menyisakan bekas kreatifitas dan bakat dalam dunia music, sang legenda juga memberi dampak besar yang memotivasi banyak kalangan untuk memiliki kepekaan terhadap hal sosial, hubungan antar sesama dan juga menyisakan semangat perjuangan kepada rekan musisi lain untuk terus berjuang dan berkarya "Kita harus meneruskan apa yang dia perjuangkan," demikian sepenggal kata motivasi yang keluar dari musisi Anang Hermansyah.
Sosok yang baik, yang disukai banyak kalangan dari petugas kebersihan dan sekuriti di kompleks kediamannya, rekan artis kalangan selebrity yang sesungukan hingga deretan pejabat Negara bahkan presiden  Ir, Joko Widodo atau siapapun yang sempat bersua dan merasakan kepribadian pria murah senyum dan memiliki lesung pipit dalam ini. ini yang tak pernah mau menyusahkan siapapun, kata Tompi dari bawah topinya kepada awak media.Â
 Namun dari semua rangkaian peribadatan yang berlangsung siang itu, ada satu momen lain yang  juga tak kalah mengharukan dan membuat saya merinding ketika menonton Live Striming di Kompas TV.
Beberapa saat menjelang peti di tutup, kerabat se-Ambon dan keluarga kemudian berdiri untuk mempersembahkan sebuah lagu terakhir buat Alm. Glend dan keluarga yang ditinggal. Sejenak kemudian mengalirlah tembang lawas 'Gandong  Ee,'
sebuah lagu dengan irama memilu dan lirik yang menggetarkan. Â Tanpa sadar semua Ambon e yang ada di ruangan bahkan di luar ruangan gereja ikut bernyanyi...
Suara bass pria-pria Ambon dipadu suara tenor para wanitanya yang merdu sungguh melahirkan suatu simponi  paduan suara yang indah, seperti suara gulungan ombak yang merayap menuju pantai.
Kalau pembaca ada di ruang persemayaman itu, anda akan merasa  seperti sedang dibelai ke pelaminan dengan sebuah kasih yang begitu menyayat yang lahir dari sebuah lagu yang berkisah tentang persaudaraan besar atau rumpun (gandong).
Setiap lirik lagu seolah sedang mengisahkan pesan putih dan tulus tentang kasih dan kebersamaan yang harus tetap dijaga, pelihara dan dipupuk agar tumbuh perasaan saling mendukung dan menopang antara sesama saudara dan kerabat.