Mohon tunggu...
Achmad Faizal
Achmad Faizal Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di MA Unggulan Nuris dan Ma'had Aly Nurul Islam Jember

pendidik yang masih terus belajar, memahami, bertindak semampu hati, akal, dan tenaga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prancis Juara Dunia 2018, Negara (Bukan) "Ekspansi" Muslim dan Pesan Harmonisasi Kultural

20 Juli 2018   08:04 Diperbarui: 20 Juli 2018   08:38 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Kipkalya Kones (@CollinceBey)

Penulis: Achmad Faizal

Euforia FIFA World Cup 2018 masih membekas dan mengesankan bukan? Ajang 4 tahunan yang tempo lalu diselenggarakan di Rusia mempertontonkan banyak kejutan. Banyak tim unggulan yang bertumbangan di awal turnamen. Sebut saja, sang juara bertahan edisi 2014 lalu, Jerman terhenti di fase grup, Spanyol, Argentina, Portugal, turut tumbang di fase gugur pertama, begitu pula unggulan pertama Brasil yang ditundukkan generasi emas Belgia (14/6-15/7).

Itu lah sepak bola, bagi penikmat atau pun pengamat tentu bisa bersikap respek atas hasilnya dan tidak mengambinghitamkan apa pun. Meski pada gelaran piala dunia 2018 kali ini banyak kritik tertuju pada penggunaan Video Asistent Referee (VAR) atau video asisten wasit terkait drama dan humanis dalam sepak bola. Itu bagian dari perkembangan zaman terkait teknologi, ah, sudah lah semua sudah berlalu, dan resmi Perancis mampu merebut juara kedua kalinya dan menjadi final ketiganya dalam ajang tersebut.

Nah, kenyataan Perancis lah sebagai kampiun, setelah mengalahkan Kroasia dengan skor 4-2, di sini lah letak keunikan yang akan penulis sampaikan. Negara besar dan menjadi salah satu pendiri Uni Eropa ini menyertakan pemain andalan yang 80%-nya adalah Afrika, dan hebatnya lagi, 50%-nya adalah muslim. Ini adalah fakta yang tentu tak terbantahkan dari tim fenomenal sekelas Perancis dalam gelaran piala dunia 2018 ini.

Paling tidak, bagi kita yang berada di Indonesia---negera yang paling beragam suku, budaya, agama, dan kepercayaan/keyakinannya di dunia---dapat memafhumi realitas ini secara bijak. Sepintas, statistik ini menghantarkan kita kepada pesan harmonisasi kultural yang menyatu dan menjadi ledakan hebat untuk menjuarai ajang besar itu.

Meski mereka bukan asli keturunan Perancis, namun secara kompak dan solid bahu-membahu untuk membawa negara yang membesarkan mereka menjadi super power. Menurut data, hanya 5 pemain Timnas Perancis yang asli yakni, Thauvin, Hugo Llioris, Areola, Pavard, dan Antoine Grizmann. Dari itu, alasan apa yang dapat membuat kita berbuat rasis, atau xenophopia? Sungguh ini membuktikan bahwa kita bisa menang jika saling menjalin harmonisasi dalam perbedaan, respek tanpa mendeskreditkan siapa pun.

Soal Islamophobia, mungkin atas banyak kejadian meresahkan di belahan dunia, terutama di Indonesia sendiri perlu kita ketengahkan. Mereka adalah oknum yang mengatasnamakan Islam atas kefanatikan dan keegoisannya terhadap tujuannya sendiri. Seorang muslim yang sebenarnya sibuk atas kebaikan dan bertindak positif. Tentu kita bisa mengambil hikmah atas kemenangan Perancis, dan bangganya umat muslim yang banyak berperan atas Timnas fenomenal itu.

Sebanyak 7 pemain Timnas Les Bleus dari total pemain yang berlaga adalah muslim. Sebut saja, Paul Pogba, Ousmane Dembele, N'Golo Kante, Adil Rami, Djibril Sidibe, Benjamin Mendy, dan Nabil Fekir. Mereka memiliki peran krusial sebagai motor permainan tim asuhan Deschamp dalam merebut juara dunia keduanya. Berkat pengalaman mereka bertengger di klub sepak bola tertinggi di Eropa sebut saja, Barcelona, Juventus, Manchester City, Chelsea, Valencia, Lyon FC dan lain-lain, tak canggung memenangkan Timnas.

Kenyataan banyak pemain muslim berperan sentral di Timnas memang tak bisa dimungkiri, sebab Islam memang menjadi agama terbanyak kedua di negara yang berbatasan dengan Spanyol, Andora, Belgia, Jerman di Eropa Barat tersebut. Kemasan Timnas Perancis yang negaranya dipimpin oleh Emmanuel Macrone ini memang sangat unik, serasa bonsai dunia yang terangkai dari keberagaman dan toleransi. Indah atas kemenangan ini, dan banyak hikmah yang terhembuskan atas kerinduan ajang ini dalam 4 tahun ke depan.

Sungguh ini kesan piala dunia yang kompleks dan mengaduk emosi untuk selalu mengenangnya. Semoga kita mampu menampung hikmah atas harmonisasi kultural tersebut, dan fokus Islam di dunia, kita punya andil besar dalam kemajuan. Saatnya kita pemuda umat muslim melanjutkannya.

(isi tulisan ini juga masuk dalam website: pesantrennuris.net)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun