bila pantas disebut rindu
izinkan debu sekali ini menyerbakkan bau hujan
yang sedari sore melepas resah kemarau berkepanjangan
bila layak disebut kasih
biaskan bianglala melingkar di ufuk cakrawala
sebelum gelap merajai, mandikanlah warna-warna  pada maghribku
bila masih disebut ini percumbuan
berikan daku tiga kunci pintu kamar petang ini
akan kulempangkan jiwa menyusuri ruang, dan merebah di ranjang arsyMu
mari bermanja, berpeluk, mengecup manis keintim-tauhidan
bila mungkin kini masih bersitatap dalam kemesraan
seberapa munajat yang mampu kuutarakan
seberapa lamat daku melafalkan ke-esaanMu
adakah bening maghfirah itu menetes
atau barangkali mengguyur-lebat menggubah danau keberkahan
biarkan aku berenang-menggenang, mencuci lumut diri, melucuti peluh duri
lantaran seharian ini, tubuh meronta membaluti diri dengan noda dosa
sungguh Tuhan,
andai pengaduan ini sampai subhana robbika robbil izzati amma yasifun...
tak ada pengharapan selain ridloMu, ya Allah ya Robbana watakobbal du'a...
kepadaMu, sepantas dan selayaknya kuberserah. Â
                                          akhir Oktober lalu....
(baca juga puisi lainnya: https://www.kompasiana.com/f4izal/5a3077f5dd0fa86f0310c742/surat-cinta-untuk-donald-trump)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H