Tidak cukup di situ, "Ustazah Nani Handayani bukan saja keliru menuliskan ayat, tapi juga keliru jelasin soal jama' dan qashar. Karena tidak paham beda antara jama' & qashar maka sejak awal penjelasannya berputar-putar gak karuan.Â
Sebaiknya buka kitab fiqh dulu sebelum ceramah," kata Prof Nadirsyah Hosen atau yang akrab dipanggil Gus Nadir, melalui akun twitternya @na_dirs (05/12/2017) (lihat Dutaislam.com, 05 Des 2017).
Jika sudah begini, sebagai penyampai kalam Allah tidak asal semenjana kapasitasnya. Mereka harus betul-betul mumpuni dan tidak asal camera face saja. Usulan sertifikat pendakwah atau apalah yang terpenting seleksi ketat menjadi perhatian khusus. Dan yang perlu diingat adalah tujuan mulia berdakwah yakni, menyampaikan kabar baik dan buruk semata karena Allah SWT semata. Itu saja, tanpa embel-embel lainnya.
Berdakwah bukan soal menyampaikan saja, keilmuawan dangkal berakibat blunder jika tampil di media profesional. Ini bukan mie instan yang hanya butuh 3 menit direbus lalu meniriskannya dalam piring berbumbu, bisa jadi rasa kaldu ayam, soto, gulai ayam dan sebagainya.Â
Berdakwah  di media professional hanya untuk sosok yang profesional pula bukan? Butuh belajar dan menempa pengetahuan serta pengalaman baru berdakwah.
Tetapi apresiasi tetap disampaikan salut kepada "Ustazah" Nani Handayani telah berusaha melaksanakan sunnah Rasulullah yakni, "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (HR.Bukhari) di luar kefatalan dan kelemahannnya itu. Juga kerendahan hatinya mengklarifikasi kesalahan dan permohonan maafnya. Jadi, tak perlu larut dan menyulut bara atas "kekhilafan" ini. Mari bersikap bijak.
Semoga cukup Nani Handayani yang menjadi "korban" pragmatisme budaya yang mulai menjangkiti bangsa Indonesia. Keterburuan, asal-asalan cepat, diburu waktu dan sebagainya sehingga terlupa betapa proses itu kebutuhan, bukan sekadar hasil yang kasat dan melenakan itu. Menjadi penceramah bukan seperti mie instan seperti temuan asal Jepang, Momofuku Ando pada 1958, yang kini---menjadi---makanan "pokok" sebagian besar bangsa Indonesia.[]
Profil Ustazah Nani Handayani(Sumber informasi: Tribunnews.Makassar.06/12/2017)
1. Direktur Yayasan Iqro Bekasi
Yayasan Iqro ini berlokasi di Jl Ayat No 78 Jatimakmur, Pondok Gede-Bekasi, Jawa Barat. Yayasan IQRO" adalah lembaga nonprofit yang didirikan pada tanggal 25 Juli 1990. Yayasan bertujuan membantu masyarakat memenuhi kebutuhan keIslamannya, mengembangkan potensi serta kekuatanya, khususnya dalam bidang da'wah, pendidikan dan sosial.
Yayasan ini menaungi sejumlah lembaga;