Mohon tunggu...
Fatchurrachman Soehari
Fatchurrachman Soehari Mohon Tunggu... -

Fatchurrachman, lahir di Purwokerto 16 Februari 1950, aktif menulis terutama tentang spiritual dan humanisme setelah pensiun tahun 2006, setelah aktif selama 36 tahun di RRI. Selain menulis di blog pribadinya http://fatchurrachman.blogspot.com dan blog berbahasa Banyumasan http://blangkon.kecut.blog.plasa.com, aktif berceramah tentang spiritualisme, humanisme dan kesetaraan. Tinggal di desa Purwosari, Kecamatan Baturaden, Banyumas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Para Pemberi Peringatan (2)

18 November 2010   22:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:30 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dengan pemberi peringatan yang berujud manusia (Rasul, Nabi, Waliyullah dan orang-orang bijak) yang dapat diajak berdialog. Pemberi peringatan yang berupa hama dan penyakit, sulit diajak berdialog. Manusia dibuat kelimpungan karenanya. Salah satu contoh paling mutakhir adalah berjangkitnya wabah HIV/Aids yang jumlah penderitanya terus membengkak dari hari ke hari. Sejauh ini, belum ditemukan obat untuk menghentikan wabah ini. Manusia yang hanya dapat melakukan upaya preventif dengan asumsi-asumsi yang bisa benar dan bisa juga salah.

Selain wabah penyakit yang menyerang manusia, ada juga utusan Tuhan, yaitu para pemberi peringatan yang berupa hama yang menyerang tumbuh-tumbuhan. Hampir setiap saat kita mendengar adanya hama penyakit yang "baru" (yang dahulu tidak pernah terdengar). Manusia berusaha memberantas hama penyakit itu dengan ilmu dan teknologi yang mereka kuasai. Tetapi, hilang hama yang satu muncul hama berikutnya sebagai akibat dari teknologi pemberantasan hama hasil karya manusia.

Ketika pemberi utusan jenis ini datang, dan manusia gagal mengatasinya, Allah memberitahu "minta tolonglah kamu dengan sabar dan salat" (QS 2:45). Sangat sederhana. Tidak usah macam-macam, cukup dengan sabar dan salat. Namun demikian, karena begitu sederhananya, manusia cenderung mengabaikan pesan terdalam dari sabar dan salat itu. Sabar hanya diartikan sebagai tidak mengeluh, dan salat hanya dilaksanakan sekedar memenuhi syarat dan rukunnya.

Padahal semestinya sabar itu dijabarkan menjadi kemampuan untuk menerima ketentuan Tuhan disertai keyakinan terhadap janjiNya. Sabar seperti ini akan diiringi dengan penyerahan total kepada Allah, dan tidak berusaha untuk melawan Dia. Sebaliknya, manusia akan cenderung tergerak untuk menyelaraskan hidupnya dengan hukum Allah. Bahwa manusia diberi wewenang untuk berusaha, maka usaha itu dilakukannya dengan sungguh-sungguh. Tetapi usahanya itu tidak akan bertentangan dengan prinsip keseimbangan yang telah digariskan oleh Allah.

Hama penyakit yang menyerang tumbuhan (misalnya) berkembang biak karena hilangnya keseimbangan antara hama dan predatornya. Banyak predator yang berfungsi menekan pertumbuhan hama, justru dimusnahkan. Padahal keberadaan hama dan predatornya itu adalah sesuatu yang dikehendaki oleh Allah untuk menjaga prinsip keseimbangan. Nah, ketika prinsip keseimbangan itu dirusak oleh manusia, maka yang terjadi adalah tumbuhnya hama yang tak terkendali. Manusia tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh hama itu dengan caranya sendiri. Hama pun datang silih berganti.

Salat -sebagai cara untuk meminta pertolongan Allah- pun dilakukan hanya sekedar melaksanakan syarat dan rukunnya saja. Salat tanpa jiwa. Padahal kata salat dalam Bahasa Arab itu antara lain bermakna menghubungkan diri, atau (saya lebih senang menggunakan istilah) menyelaraskan diri dengan Allah. Sehingga dari ayat yang tampaknya sederhana "minta tolonglah kamu dengan sabar dan salat" (QS 2:45) itu sebenarnya mengandung seruan untuk melakukan revolusi besar dalam pola hidup manusia. Sayang seribu kali sayang, manusia sudah terlanjur menganggap enteng sabar dan salat.

Maka, Tuhan pun mengutus pemberi peringatan yang lain, yaitu (yang oleh manusia disebut sebagai) bencana alam. Banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung, dll. Ketika para pemberi peringatan dari jenis ini menghampiri manusia, tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia kecuali menerima apa adanya. Atau, paling jauh, manusia hanya melempar pertanyaan "ada apa ?" atau "mengapa?". Pertanyaan klasik seperti ini diabadikan oleh Allah dalam KitabNya : "apabila bumi digoncangkan dengan goncangan, dan bumi mengeluarkan beban-beban berat, manusia pun bertanya "mengapa" (QS 99:1-3).

Hanya itu yang dapat dilakukan oleh manusia. Selebihnya adalah membiarkan semuanya terjadi, atau, (jika ada kesempatan) menghindar atau melarikan diri dari wilayah bencana. Jika tidak ada kesempatan, maka apa yang dapat dilakukan, selain menyerah ? "Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan kepadanya" (QS 99:4-5). Banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung meletus dll terjadi karena perintah Tuhan. Maka siapa yang dapat melawan perintahNya ?

Jadi sebenarnya, Tuhan tidak ujug-ujug mendatangkan pemberi peringatan yang tidak dapat diajak berdialog. Tuhan lebih dulu mengutus para Rasul, Nabi, Waliyullah dan orang-orang bijak untuk memberi peringatan dengan kata-kata yang lemah lembut. Jika manusia membantah peringatan dari para utusan ini, maka Allah akan mengutus pemberi peringatan yang lain berupa hama dan penyakit. Dengan datangnya utusan ini, diharapkan manusia akan segera sadar dan memperbaiki pola hidupnya yang tidak selaras dengan desain Tuhan. Namun, jika masih dibantahnya juga, maka Tuhan akan mengirim pemberi peringatan yang lebih dahsyat yang berupa bencana alam.

Masih kah manusia akan terus mengabaikan para pemberi peringatan yang diutus oleh Allah itu ?

Wallohua'lam.*****(fat)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun