Mohon tunggu...
Fatchurrachman Soehari
Fatchurrachman Soehari Mohon Tunggu... -

Fatchurrachman, lahir di Purwokerto 16 Februari 1950, aktif menulis terutama tentang spiritual dan humanisme setelah pensiun tahun 2006, setelah aktif selama 36 tahun di RRI. Selain menulis di blog pribadinya http://fatchurrachman.blogspot.com dan blog berbahasa Banyumasan http://blangkon.kecut.blog.plasa.com, aktif berceramah tentang spiritualisme, humanisme dan kesetaraan. Tinggal di desa Purwosari, Kecamatan Baturaden, Banyumas.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyambut apa ? Melepas apa ?

1 Januari 2010   00:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:41 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sahabatku, aku tinggal di desa. Bukan karena aku sudah pensiun lalu tinggal di desa. Aku sudah tinggal di desa ini hampir 25 tahun. Aku mencintai desa yang terletak di lereng Gunung Slamet, karena segala sesuatu yang ada di tempat ini memberikan pembelajaran yang sangat penting bagiku. Coba perhatikan, ada gunung di atas sana, ada hutan, ada mata air yang airnya mengalir membentuk sungai yang panjang sampai ke laut. Tidak hanya satu, tetapi beberapa sungai. Dalam bahasa lokalku, sungai disebut kali. Ada Kali Banjaran, Kali Logawa, Kali Mengaji, Kali Kranji (untuk menyebut beberapa), semua asalnya dari Gunung Slamet yang terus mengalir, dan kali-kali itu kemudian menyatu di Kali Serayu bersama kali-kali lainnya lagi. Airnya berbaur menjadi satu untuk kemudian bermuara di Samudera Indonesia, di Laut Selatan. Tidak dapat dikenali lagi, mana air yang datang dari Kali Banjaran, dan mana yang dari Kali Mengaji. Semuanya menyatu.

Aku senang pergi memancing, sahabatku. Sebenarnya sih bukan memancingnya yang menyebabkan aku seringkali duduk berlama-lama di pinggir Kali. Tetapi aku tertarik dengan air yang terus mengalir lewat di hadapanku. Sebenarnya, ketika aku memandang air itu, aku tidak memandang air yang sama. Aku memandang air yang terus berubah dan berganti, karena air yang lewat di depanku itu terus bergerak. Airnya terus berganti, tetapi akulah yang diam duduk di tepi sungai memandang air. Aku merasa memandang air yang terus menerus sama, padahal tidak, aku memandang air yang terus berganti, karena air itu mengalir sesuai dengan fitrahnya untuk akhirnya sampai di sebuah samudera yang luas tak bertepi.

Jika ingat ini, aku tidak dapat menahan airmata yang menitik. Subhanallah. Mahasuci Engkau Ya Allah, dan ampunilah hambaMu yang bodoh ini. Karena hambaMu tidak bergerak, tidak pernah ikut mengalir seperti air yang bergerak mengalir menuju samuderaMu.

Apakah semua air yang bergerak mengalir itu sampai ke samudera? Ternyata tidak. Ada yang terhenti perjalanannya di sebuah tempat, sehingga akhirnya menjadi kubangan yang lama kelamaan menjadi kotor dan tak berguna. Ada yang dialirkan ke sawah-sawah, berbaur dengan tanah dan lumpur. Air ini masih bermanfaat, karena ia menyebabkan tetumbuhan dapat tumbuh menghasilkan sesuatu. Ada juga air yang dimanfaatkan untuk memelihara ikan, dan sebagian lagi untuk pembangkit listrik. Semuanya berguna. Kecuali yang terhenti di kubangan, air memberikan manfaat, sehingga keberadaannya sangat diharapkan.

Air yang bermanfaat, adalah air yang berada di alur yang benar, yang terus berjalan mengikuti alur itu untuk akhirnya sampai ke samudera, atau sampai ke tempat-tempat yang memberi manfaat. Maka, aku selalu merasakan sesuatu tiap kali melihat air yang terus bergerak di sungai. Gemericik air itu seperti sebuah imbauan kepadaku mengalirlah di alur Tuhanmu, mengalirlah di shirathal mustaqimNya, mengalirlah di jalanNya, supaya kamu sampai dan menyatu dalam Samudera Maha Luas.

Tolonglah aku ya Tuhan untuk selalu berada di jalanMu, karena aku benar-benar ingin kembali kepadaMu saja. Jangan biarkan aku terjebak dalam kubangan menjadi hitam, kotor dan tak berguna. Hanya Engkau penolongku satu-satunya yang dapat menyelamatkan aku.*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun