7. Model MBS di Nikaragua: munculnya sekolah otonom dalam hal personel, anggaran, kurikulum, dan pedagogi.
8. Model MBS di Selandia Baru: memfokuskan pada anggaran yang berbasis di sekolah (School- based Budget).
9. Model MBS di El Salvador: melibatkan orang tua siswa dan masyarakat dalampengelolaan sekolah.
10. Model MBS di Madagaskar: memfokuskan pada tingkat pendidikan dasar dnegan melibatkan peran serta masyarakat.
11. Model MBS di Indonesia: menekankan pada mutu yang dikenal dengan Manajemen peningkatan Mutu berbasis Sekolah (MPMBS). Model ini memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas kepada sekolah dan mendorong partsisipasi secara langsung serta peraturan warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu skeolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta perundang-undangan yang berlaku.
12. Model MBS yang ideal: dikembangkan oleh Slamet P. H terdiri dari output, proses, dan input.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu negara MBS hanya menekankan satu atau beberapa aspek seperti di hongkong menekankan inisiatif sekolah, di Kanada menekankan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah, di Amerika Serikat menekankan pengelolaan sekolah di tingkat sekolah itu sendiri, dan Inggris menekankan pengelolaan dana pada tingkat sekolah. Sementara di Australia, MBS menekankan pada memberi kewenangan sekolah dalam hal kurikulum, fleksibilitas penggunaan sumber daya sekolah dan beberapa alternatif pengelolaan sekolah.
Di Perancis MBS memberikan partisipasi yang besar pada badan pengelola sekolah. Sedangkan di Nikaragua MBS memunculkan adanya sekolah otonom dalam hal personel, anggaran, kurikulum dan pedagogi. Model MBS di Selandia Baru lain lagi, lebih memfokuskan pada anggaran yang berbasis di sekolah (School Based Budget). Di El Salvador, dalam pengelolaannya melibatkan orang tua siswa dan masyarakat. Dan di Madagaskar lebih difokuskan pada tingkat pendidikan dasar denganmelibatkan masyarakat. Sementara di Indonesia, lebih menekankan pada mutu yg dikenal dengan MPMBS.
Dari berbagai model MBS di beberapa negara tadi fokus utamanya masih pada satu, dua hingga tiga aspek saja, sedangkan idealnya penerapan MBS mencakup keseluruhan aspek pendidikan melalui pendekatan sistem. Untuk itulah dikembangkan model ideal, yang menurut Slamet P. H. terdiri dari output, proses, dan input. Output merupakan pencapaian yang dihasilkan oleh proses sekolah, proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain, dan input adalah sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H