Mohon tunggu...
Andang
Andang Mohon Tunggu... profesional -

free as a bird

Selanjutnya

Tutup

Money

Omzet Naik, Kok Bisnis Malah Jadi Seret?

13 Mei 2012   22:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20 2213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Belum lagi tukang gas, tambah lagi listrik saya belom bayar bulan kemarin"...lanjutnya memelas."Saya sekarang dikejar-kejar utang Pak.....Saya berenti aja ya Pak"...lanjutnya mantap.

Walaahhhh kagett juga mendengarnya, setelah kesulitan cari catering yang disukai karyawan kok malah pingin berhenti nih si Ibu...Bagaimana bisa? Apa solusinya?

Pentingnya Manajemen Cash-Flow

Si Ibu, berdasarkan perhitungan sederhana, modal, omzet dan untung tidak diragukan lagi. Misalnya modal bahan-baku satu porsi cuma 6.000, disepakati oleh pabrik dibeli 10.000, harusnya punya untung (kotor) paling tidak 4.000, sebelum dipotong biaya bulanan sang Ibu.

Apalagi bila dihitung dalam sehari si Ibu memasak untuk 500 porsi, 3o hari dalam sebulan (= 500x30 = 15.000 porsi) dikali profit (4.000), = 15.000 x 4.000, harusnya punya untung kotor 60 juta sebulan! . ..Bayangin 60 juta! kalo dipotong biaya2 gas, bulanan, tukang2 masak, harusnya sangat lebih dari cukup.  Lalu mengapa jadi kesusahan begitu?

Ada satu perhitungan modal yang si Ibu lupa hitung, yaitu modal kerja (working capital). Selain segala belanja perlengkapan catering, sebagai modal awal berupa aset  (Capital expenditure), si Ibu harus memperhitungkan berapa modal yang diperlukan untuk bekerja, hingga diterima pembayaran satu bulan kemudian (sesuai perjanjian)

Untuk itu diperlukan modal kerja (bahan baku saja) paling tidak : 6.000/porsi x 15.000 porsi (1 bulan) = 90 juta!

Nah makanya utang si Ibu banyak, dimana-mana sampai gak sanggup bayar. Modal kerja satu bulan melebihi untung kotor yang dia dapatkan. Sehingga bahkan usaha yang harusnya untung malah jadi seret...

Solusinya mudah, si Ibu harus mendapat modal kerja sebesar nilai bisnis sebulan (sesuai tempo pembayaran). Ataupun untuk mengurangi modal kerja si Ibu memang harus ngutang juga  sama semua suppliernya, dan tentu dengan nilai bisnis segitu, si Ibu mestinya tidak lagi belanja sama tukang sayur  & warung kecil yang harus bayar cash.

Itulah manajeman cash-flow, mengatur aliran cash, duit keluar sebisa mungkin lebih lambat dari duit masuk...

Jadi  ada gak bisnis yang gak perlu modal kerja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun