Mohon tunggu...
Ezzra Rauwda Pervilian
Ezzra Rauwda Pervilian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai saya Ezzra seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki minat dengan bisnis dan keuangan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal Deflasi yang Disebut Dapat Berdampak Positif oleh Menteri Keuangan

8 Oktober 2024   17:30 Diperbarui: 8 Oktober 2024   17:32 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deflasi, ,merupakan fenomena penurunan harga secara umum di suatu wilayah, seringkali dianggap sebagai tanda buruk bagi perekonomian. Namun, dalam beberapa kasus, deflasi dapat memiliki dampak positif, terutama jika disebabkan oleh penurunan harga komoditas penting seperti pangan. Pada bulan Oktober 2024, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa deflasi yang terjadi selama lima bulan terakhir di Indonesia tidaklah sinyal negatif bagi perekonomian. Sebaliknya, ia menganggapnya sebagai perkembangan positif, terutama terhadap daya beli masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) deflasi merupakan penambahan nilai mata uang, antara lain dengan pengurangan jumlah uang kertas yang beredar dengan tujuan mengembalikan daya beli yang yang nilainya turun.

Deflasi dan Daya Beli Masyarakat

Deflasi yang terjadi di Indonesia sejak Mei 2024, dengan rincian deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, dan 0,03 persen pada Agustus, telah menunjukkan tren yang signifikan. Pada September 2024, deflasi bulanan mencapai 0,12 persen, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Penurunan harga ini terutama disebabkan oleh komponen harga bergejolak (volatile food) yang berkaitan dengan komoditas pangan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa penurunan harga pangan berdampak baik bagi konsumen di Indonesia, terutama kelas menengah ke bawah yang mayoritas belanjanya adalah untuk makanan. "Deflasi lima bulan terakhir terutama dikontribusikan penurunan harga pangan. Menurut saya, ini suatu perkembangan positif, terutama terhadap daya beli masyarakat," kata Sri Mulyani dikutip dari Kompas, Jumat (4/10) lalu.

Inflasi Inti dan Deflasi

Meskipun deflasi telah berlangsung selama lima bulan, inflasi inti masih bertahan di atas 2 persen pada September 2024, sebesar 2,09 persen (year-on-year/yoy). Inflasi inti ini menunjukkan bahwa permintaan masih cukup tinggi, sehingga tidak mengurangi optimisme kebijakan fiskal dalam menstabilkan harga.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga memberi penjelasan di balik tren deflasi lima bulan beruntun. Ia menerangkan bahwa komponen inflasi terdiri dari inflasi inti dan komoditi pangan yang bergejolak. Menurut dia, volatile food sedang ditekan turun, dan nantinya akan berdampak baik untuk masyarakat. Sementara, pertumbuhan ekonomi tercermin dalam inflasi inti yang kini tercatat naik.

Persepsi Ahli dan Pengusaha

Namun, tidak semua ahli dan pengusaha setuju dengan pandangan Sri Mulyani. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengaku gelisah kondisi ini bakal berpengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat. "Yang kami khawatirkan adalah ini semua berpengaruh juga kepada daya beli. Ini yang sebenarnya menjadi kunci utama," ujar Shinta usai sarasehan Kadin bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Menara Kadin, Rabu, 2 Oktober 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun