Mohon tunggu...
Ezza Wahyu Dian Cantika
Ezza Wahyu Dian Cantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyelesaian Konflik antar Kelompok di Sekolah dengan Layanan Mediasi

23 Desember 2022   16:20 Diperbarui: 23 Desember 2022   16:25 3269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok ialah kumpulan individu yang saling berinteraksi satu sama lain. Menurut Slamet (2003) (dalam Saleh, 2019) Kelompok dapat diartikan sebagai himpunan antara 2 individu maupun lebih yang terbentuk berdasarkan kesesuaian tujuan, sehingga mereka berinteraksi secara kompak guna mencapai tujuan tersebut dalam kurun waktu tertentu. Kelompok terdiri dari individu yang memiliki suatu kesamaan baik dalam pola pikir, persepsi, perasaan, minat, bakat, nasib, dan lain sebagainya. Salah satu ciri yang menonjol dalam sebuah kelompok adalah ketergantungan antar anggota yang pada ujungnya akan membentuk kerja sama, keakraban, kekompakan dan kekeluargaan.

Kelompok di sekolah sangat beragam jenis nya, seperti ; kelompok guru, kelompok siswa, kelompok ekstrakurikuler, kelompok kelas, kelompok sebaya, kelompok belajar, kelompok tugas dan lain sebagainya. Setiap kelompok dalam suatu organisasi pasti memiliki visi dan misi yang berbeda beda. Hal ini berlaku pula pada kelompok -- kelompok yang terdapat pada organisasi sekolah. Masing masing kelompok yang telah disebutkan pasti memiliki tujuan yang berbeda beda pula. Perbedaan kepentingan maupun tujuan yang ada seringkali menimbulkan konflik antar kelompok.

Konflik sendiri berasal dari kata "Confligere" yang dapat diartikan sebagai "bertentangan" atau "berbenturan". Sehingga, dapat diketahui bahwa konflik adalah suatu kondisi dimana terjadi bentrok antara 2 pihak maupun lebih. Dari pengertian tersebut dapat diketahui pula bahwa konflik antar kelompok merupakan sebuah pertikaian yang terjadi diantara kelompok kelompok tertentu. Konflik antar kelompok ini juga biasa disebut dengan konflik intergroup. Secara umum, konflik antar kelompok atau konflik intergroup ini disebabkan oleh perbedaan - perbedaan yang ada pada masing-masing kelompok. Namun secara lebih spesifik Agung (2011) mengemukakan beberapa faktor terjadinya konflik antar kelompok / konflik intergroup di sekolah sebagai berikut :

  • Perbedaan Identitas

Perbedaan yang dimaksudkan seperti perbedaan pendapat, perbedaan persepsi, perbedaan pola pikir dan lain sebagainya. Masing masing kelompok pasti memiliki identitas yang berbeda. Hal ini bisa menyebabkan perselisihan antar kelompok apabila tiap anggotanya tidak menerapkan strategi komunikasi kelompok yang efektif. Contoh yang biasa terjadi di sekolah adalah perbedaan pendapat antara kelompok belajar 1 dengan kelompok belajar yang lainnya.

  • Persaingan

Faktor persaingan dapat terjadi apabila kelompok memiliki tujuan yang sama. Dengan tujuan yang sama, kelompok kelompok tersebut akan berlomba untuk menjadi yang paling baik, paling cepat, paling hebat, paling dipandang dan lain sebagainya. Contoh persaingan kelompok yang biasa terjadi disekolah misalnya : persaingan dalam pemilihan ketua osis, persaingan dalam classmeeting, persaingan dalam perlombaan antar kelas dan lain sebagainya.

  • Stereotip

Stereotip merupakan anggapan subjektif terkait sifat individu maupun kelompok lain. Stereotip dapat disebut juga sebagai cap maupun label yang diberikan kepada seseorang maupun sekelompok orang. Stereotip ini biasanya menyangkut dengan strata sosial, ekonomi, pola hidup dan lain sebagainya. Stereotip yang sering ditemukan di sekolah misalnya seperti : Lingkungan sekolah yang menganggap bahwa kelas IPA berisi anak anak pintar, sedangkan kelas IPS berisi anak anak yang nakal. Selain itu stereotip juga biasa terjadi dalam kelompok sebaya, dimana biasanya peserta didik membentuk kelompok pergaulan / Geng yang sejenis. Kemudian melabeli kelompok lain dengan suatu karakteristik, misalnya Geng A dianggap sebagai kelompok yang berisi anak anak hedon, Geng B dianggap sebagai kelompok yang berisi anak anak pintar dan pendiam, Geng C dianggap sebagai kelompok yang berisi anak anak yang hits dan berparas cantik / tampan, Geng D dianggap sebagai kelompok yang berisi anak anak yang dinilai cupu dan lain sebagainya. Stereotip tersebut belum tentu sesuai dengan kondisi sebenarnya sehingga seringkali memunculkan konflik.

  • Prasangka

Prasangka dapat diartikan sebagai pemikiran negatif terkait dengan individu maupun kelompok lain. Prasangka ini dipengaruhi oleh kesalahan dalam mempersepsikan atau menyimpulkan sikap kelompok lain. Contoh prasangka kelompok yang biasa terjadi di lingkungan sekolah misalnya : Menganggap kelas / kelompok lain tidak menyukai kelompok pribadi. Hal ini akan memicu kesalahpahaman yang berujung pada suatu konflik.

  • Diskriminasi / Ketidakadilan

Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan antara kelompok satu dengan kelompok lain nya. Hal ini membuat anggota kelompok merasa tidak diberikan keadilan. Padahal seharusnya dalam sebuah organisasi kesamarataan harus menjadi hal utama yang perlu untuk diperhatikan. Tidak terkecuali dalam organisasi sekolah. Contoh diskriminasi di sekolah yang sering terjadi adalah terkait dengan kelompok ekstrakurikuler. Kejadian yang paling sering ditemui dalam sekolah -- sekolah adalah kelompok ekstrakurikuler yang menyumbang banyak prestasi akan lebih diperhatikan dari kelompok ekstrakurikuler yang kurang aktif. Hal ini akan berpengaruh pada pendanaan dan pemenuhan fasilitas yang tidak merata. Dari perlakuan tersebut akan menimbulkan rasa iri pada kelompok yang terdiskriminasi sehingga pada ujungnya akan memunculkan konflik.

  • Perilaku Agresif

Perilaku agresif adalah perilaku yang melibatkan kekerasan baik secara fisik, verbal maupun emosional dengan tujuan untuk menyakiti individu maupun kelompok lain. Perilaku agresif yang dilakukan kelompok satu pada kelompok lain nya tentu akan menimbulkan suatu konflik yang berkepanjangan. Hal ini dikarenakan dua kelompok tersebut akan saling membalas dan tidak berujung apabila tidak segera diatasi. Contoh perilaku agresif yang sering terjadi pada kelompok di sekolah adalah tawuran antar kelas.

Dari berbagai konflik kelompok yang ada di sekolah. Guru BK harus mengembangkan upaya kuratif guna menyelesaikan konflik agar tidak sampai menjadi suatu budaya yang diturunkan antar generasi. Salah satu upaya kuratif guna mengentaskan konflik antar kelompok di sekolah adalah menggunakan layanan mediasi. Menurut Az-Zahra et al.,(2019), Layanan Mediasi merupakan salah satu layanan yang berguna untuk mengatasi perselisihan diantara 2 pihak, dengan cara menyediakan pihak ketiga sebagai penengah serta pembimbing kedua pihak untuk mencapai suatu jalan keluar masalah yang bersifat Win- win Solution. Peran Guru BK disini adalah sebagai orang ketiga yang dimaksudkan. Dengan layanan mediasi, konflik antar kelompok dapat diselesaikan dengan solusi yang saling menguntungkan dan tidak merugikan salah satu pihak. Berikut prosedur layanan mediasi dalam bimbingan dan konseling :

1. Tahap Awal.

Dalam tahap pembukaan, terdapat dua langkah utama yaitu pembukaan dan peralihan. Dalam tahap pembukaan Guru BK bertugas untuk membuka pertemuan, memulai percakapan serta menjelaskan gambaran kegiatan secara umum. Dalam tahap peralihan, Guru BK bertugas untuk menyiapkan kedua pihak yang bersangkutan untuk memasuki tahap inti.

2. Tahap Inti.

a) Persiapan Proses Mediasi

Dalam tahap ini Guru BK perlu menjelaskan asas asas layanan mediasi, menjelaskan posisinya yang netral dan fleksibel, serta menyampaikan pertanyaan pemantik agar kedua belah pihak bersedia menceritakan permasalahannya

b) Identifikasi Masalah

Dalam tahap ini Guru BK mendengarkan permasalahan secara spesifik dari kedua belah pihak secara bergantian. Jika sudah, maka Guru BK menyimpulkan permasalahan serta memberikan pengertian pada kedua pihak untuk berfokus pada penyelesaian.

c) Informing, Opening, Uniting (IOU)

Dalam tahap ini kedua pihak mengemukakan harapan / keinginan terkait penyelesaian masalah (Informing), Kedua pihak saling memahami keinginan masing masing (Opening), dan kedua belah pihak berdiskusi terkait penyelesaian terbaik (Uniting)

d) Pemecahan masalah

Dalam tahap ini Guru BK menegaskan kembali keinginan antara kedua belah pihak. Guru Bk juga mengemukakan berbagai kemungkinan yang muncul dalam penyelesaian suatu konflik. Kedua pihak diberi waktu untuk mempertimbangkan kembali keputusan / alternatif penyelesaian yang dipilih.

e) Pencapaian Kesepakatan

Dalam tahap ini Guru BK mengkonfirmasi bahwa keputusan / alternatif penyelesaian yang dibuat sudah bulat. Jika kedua pihak setuju, maka mereka diminta untuk mengisi surat kesepakatan sebagai bukti komitmen.

3. Tahap Penutup.

Pada tahap penutup , Guru BK perlu untuk melakukan terminasi / pengakhiran. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah merangkum hasil pertemuan, berterimakasih pada kedua pihak, melakukan evaluasi, merecanakan tindak lanjut dan menutup pertemuan.

Dari penggunaan mediasi dalam penyelesaian konflik antar kelompok di sekolah, manfaat yang bisa diambil adalah terkait antisipasi konflik akan terulang di kemudian hari. Hal ini dikarenakan masing masing pihak / kelompok sudah menetapkan penyelesaian yang disepakati bersama serta tidak merugikan satu sama lain. Sehingga kemungkinan mereka akan saling legowo dan tidak ada lagi perasaan dendam yang memungkinkan konflik berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun