Mohon tunggu...
Rezha Nata Suhandi
Rezha Nata Suhandi Mohon Tunggu... Penulis - Rezha

Mencintai senja kala biru, kegaduhan imajinasi lambang superioritas intelektual.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wabah Kesakitan, Tumbuhnya Harapan

3 April 2020   18:40 Diperbarui: 3 April 2020   18:49 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi terang, malam semoga tetap benderang
Sisanya bagaimana nanti, ketika hidup tak lagi bimbang

Suara bising mulai menghilang
Berganti denging sirine ambulans
Ia meratapi takdir, dari dalam jendela kaca

Di timur, jerit sakit terdengar lagi
Satu, dua, seribu, puluhan ribu
Sampai angka-angka terbilang menjadi debu

Di barat, tak kalah terpekik
Rintih kepedihan dan urai ketakutan
Seiring waktu terdengar bersilihan

Kapan lenyap tanya kita?
Juga tanya mereka?
Tiada jawaban diterima
Kecuali tersirat pada murungnya manusia

Mematikan, kehidupan ini mematikan
Dengan atau tanpa virus
Ujung dari kehidupan adalah kematian

Tapi kita tidak akan pernah siap, tidak akan
Apalagi jika harus mewariskan rasa sakit
Meninggalkan derita tanpa tahu kapan lagi bahagia

Semoga waktu kian cepat berlalu
Agar tiada lagi kerundungan
Agar tiada lagi ketakutan

Tugas kita sekarang hanya satu
Menanamkan kembali harapan
Sambil mencoba saling memaafkan
Antara kita dengan bumi, juga dengan seisi semesta

Selayaknya kehidupan dan kematian
Harapan pun akan selalu menemukan jalan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun