Tidak ada pengulangan dalam kehidupan
Kecuali pada genapnya bilangan
Tidak ada rasa yang pernah tertinggal saat kehilangan
Tidak juga pada jerit saat jiwa terjebak hitungan
Langkahilah
Seperti jejak-jejak suara yang membisik
Tanpa pijak yang tak tau siapa terusik
Berkata dia pada mereka
Bahwa satu itu adalah belenggu
Memenjarakan ragu, melepas rupa dalam pilu
Takdir serupa pertanda
Berganti saat menjadi ketika
Raga itu belum mati, belum juga menjadi tuli
Saat gema terhantar pada ufuk malam
Sang rasa kemudian memberi kala
Kala bisa jadi pertanda
Kemudian cinta menjadi derita
Raut wajah siapa
Mereka yang buta bertanya
Di balik meja, berbicara, tanpa kata
Sementara di sebrang jendela, gadis merenda mata
Menaruh harap pada setiap duka
Tunggu, di sana ada dia, bercengkrama tentang sabit yang merona
Atau ombak yang menggulung senja
Ternyata, dekat itu lekat
Malam itu pekat
Lantas cinta nyatanya tak pernah rekat
Sumpah serapah, teriak mereka, yang berjubah malaikat