film dokumenter sudah pernah saya saksikan dalam rentan waktu kehidupan saya. Beberapa mampu memacu adrenalin dan beberapa mampu menggugah emosi saya untuk sekedar meneteskan air mata atas tayangan dokumenter yang bergitu dramatis. Dokumenter biasanya menyajikan tayangan nyata mengenai satu peristiwa yang dalam sudut pandang atau perspektif cerita memiliki kesan dan pesan untuk dijadikan pembelajaran terhadap orang per orang ataupun kelompok.
Imajinasi saya melayang jauh entah kemana, terbang melintasi dimensi ruang atas waktu yang telah tersanggah dalam semangat juang kawan-kawan relawan Obon Tabroni untuk memenuhi dada dengan harapan dan cita-cita baik bagi daerahnya kelak. Bingkai persahabatan dan semangat jelas tergambar dalam langkah gontai kaki yang letih ataupun motor tua yang memekik pedih. Tak ada raut kecewa dan kesal pada wajah-wajah itu, semua ceria, seolah sedang menumpuk mimpi dengan selimut cinta.
Film ini berkisah tentang relawan dalam gerakan politik, guna mendukung pencalonan seorang tokoh masyarakat Kabupaten Bekasi yang kebetulan juga menjadi aktivis buruh pada kesehariannya. Dukungan tersebut dirasa harus didokumentasikan dan dijadikan sebuah film dokumenter karena lika-liku perjalanan para relawan untuk memenuhi syarat administratif pencalonan kepala daerah melalui jalur independen.
Dalam persyaratan, dibutuhkan 6,5% sampai dengan 10% KTP daftar pemilih tetap pada regional tersebut. Artinya untuk Kabupaten Bekasi yang memiliki jumlah DPT sebanyak kurang lebih 2,3-2,7 juta dibutuhkan 200.000 copy KTP lebih sebagai syarat dukungan calon independen. Jika tidak terpenuhi maka akan batal demi hukum pencalonan seseorang melalui jalur independen.
Dan permasalahan yang harus dijawab bersama oleh Obon Tabroni juga ribuan relawannya adalah mampukah memenuhi syarat administratif yang begitu ketat dituliskan oleh undang-undang kepada calon perseorangan kepala daerah atau melalui jalur independen. Ternyata jawabannya adalah mampu. Mampu dan bisa, bahkan melebihi ekspektasi bersama tentang hal itu. Mengingat bukan perkara mudah membenamkan kepala di tengah lumpur sawah, masuk ke kampung-kampung atau mengayuh bahkan mendayuh di sungai-sungai yang menghubungkan satu kecamatan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bekasi untuk mendapatkan dukungan berupa fotocopy KTP warga.
Relawan tidak main-main dalam tugas mereka, saya bahkan mendengar jika mereka tidak dibekali oleh logistik yang cukup, oh bahkan tidak dibekali logistik sama sekali. Mereka keluar biaya sendiri, yang bahkan untuk bensin atau makan dalam perjalanan tugas mereka saja tak cukup. Jauh dari keinginan membuat booth-booth kampanye di mall atau pusat perbelanjaan atau dibekali dengan logistik yang berlimpah dalam kerja politik mereka. Disinilah letak dramatisnya. Terminologi atau pembahasaan makna relawan dalam politik berkias, rela dalam kerelaan yang sangat amat rela, relawan. Tak ada waktu untuk pamrih apalagi menuntut balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Hanya bermodal, semangat dan doa mereka para relawan berbuat.
Saya yang biasa bergelut dalam kerelaan di dunia politik pun sedikit tercengang. Tercengang sekaligus malu. Pun alasan saya mendukung Obon Tabroni dalam pencalonannya sebagai kepala daerah di Kabupaten Bekasi karena ada harapan yang akan bersimpuh dalam gerakan politik ini. Teman-teman relawan jauh lebih mulia dan memiliki kebesaran hati dalam memaknai politik sebagai sesuatu gerakan yang harus dibela karena mengedepankan kebenaran.
Harapan yang terbangun atas dasar membela kebenaran dan bersikap dengan benar atas pilihan rasionalnya, relawan di belakang Obon Tabroni ini sungguh mengajarkan jika masih ada pintu harapan atas politik yang baik dan benar di bumi Indonesia secara umum dan khususnya di bumi Kabupaten Bekasi.
Tentang sinematografi yang disajikan dalam film ini pun saya rasa sangat baik, alur cerita dengan latar belakang musik nan syahdu ditambah catatan-catatan kecil beberapa tokoh publik dalam pandangannya menambah sebuah kesan manis namun tetap memiliki makna dibalik kata per kata dalam monolog film tersebut. Terobosan yang ada dalam gambar pun original idenya. Banyak sekali calon independen kepala daerah di Indonesia, namun kita jarang melihat bagaimana latar belakang dan dengan siapa calon tersebut bersisian juga berdampingan dalam gerakan politiknya. Dalam film ini semua terbuka begitu gamblang.
Film ini pun menjadi sajian manis penutup akhir tahun. Kado terindah dari para relawan dan Bang Obon Tabroni kepada khalayak Kabupaten Bekasi tentang bagaimana sebuah perjuangan dan kesungguhan yang dibalut oleh keikhlasan juga kebenaran tentang sikap akan mampu meruntuhkan kepercayaan politik pragmatis yang selama ini melekat erat dalam tubuh masyarakat Bekasi. Kuncinya satu, membangkitkan harapan dan cita yang telah mati suri dalam gerakan politik menjadi sebuah semangat dengan kepercayaan bahwa, kita masyarakat masih berdaulat atas suara dan gerakan kita.
Salam dari kami, atas kesungguhan dan niat tulus merubah keadaan Bekasi baik dan benar.
Rezha Nata Suhandi
26 Desember 2016
Dalam rasa percaya bahwa kemenangan akan melingkupi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H