Mohon tunggu...
Rezha Nata Suhandi
Rezha Nata Suhandi Mohon Tunggu... Penulis - Rezha

Mencintai senja kala biru, kegaduhan imajinasi lambang superioritas intelektual.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Uang dan Petaka Demokrasi

18 Desember 2016   08:27 Diperbarui: 18 Desember 2016   09:44 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh sebab itulah, kita seringkali melihat di berita nasional maupun lokal, banyak sekali pejabat publik yang melakukan tindak pidana korupsi. Sedikit banyak, biaya politik yang tinggi dipicu oleh permainan politik uang yang menyebabkan para pejabat publik itu terdorong melakukan korupsi.

Mengamini politik uang sebagai budaya dan menganggap hal itu biasa adalah kebodohan yang dilematis sekaligus memberi ruang pada penjahat yang berpotensi permainkan anggaran untuk kepentingannya pribadi maupun golongannya. Bagi saya mata rantai politik uang ini harus kita putus, biarkan demokrasi di Indonesia menjadi sehat sesehat para pejabat publik yang berniat mengabdi demi kesejahteraan masyarakatnya.

Toh demokrasi telah membuka ruang kebebasan atas konsepsi maupun gagasan terhadap pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi bukanlah petaka jika dijalankan dengan kejernihan berfikir dan kemurnian nalar yang rasional dalam menentukan pilihan. Pada satu waktu, mungkin kita jengah memilih berdasar hati nurani pun tanpa tergiur politik uang, pejabat yang kita pilih dan kita harapkan nyatanya tak sesuai dan malah mengingkari amanahnya. Namun harapan seperti itu harus tetap ada, harapan memilih pemimpin dengan didasarkan pada hati nurani. Bagi mereka yang mengkhianati amanah kepemimpinannya, biarkan Tuhan memberikan balasan pedih untuk pemimpin zalim.

Ingin rasanya berceloteh lebih panjang lagi melalui tulisan ini, karena masih banyak hal mengenai politik uang yang harus saya sampaikan. Korelasinya dengan otonomi daerah, tinjauan sejarah dan lainnya tapi tak akan cukup seribu kata menggambarkannya. Namun mudah-mudahan pesan yang hendak saya sampaikan dari tulisan antah berantah ini dapat menggugah hati kita semua yang membacanya.

Stop politik uang. Kita lihat pemimpin dari latar belakang, visi misi dan kecakapan-kecakapan lainnya. Mari buka kembali harapan akan hadirnya pemimpin bersih, amanah dan senantiasa menjadi pelayan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Pun pesan yang sama saya sampaikan kepada khalayak masyarakat Kabupaten Bekasi, tempat saya berpijak.

Rezha Nata Suhandi
Minggu, 18 Desember 2016
Pada kegelisahan yang kian membuncah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun