Mohon tunggu...
Rezha Nata Suhandi
Rezha Nata Suhandi Mohon Tunggu... Penulis - Rezha

Mencintai senja kala biru, kegaduhan imajinasi lambang superioritas intelektual.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menakar Pijak Bumi pada Obon Tabroni

26 November 2016   15:17 Diperbarui: 26 November 2016   15:25 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bumi Bekasi bukanlah bumi kering dengan temaram cahaya kemarau yang menghantui sepanjang kali malang bertemu kali cibeet, bukan juga bumi yang teridentifikasi sebagai surga investasi modal kaum borjuis simpang Negara seberang. Bumi Bekasi merupakan bumi keseimbangan, bumi penantian pada rekam kenangan dan masa depan. Bumi yang menjadi tempat pertaruhan manusia-manusia pekerja dan mereka yang mencoba memenuhi harap dari jejak kehidupan.

Jauh daripada itu, bumi Bekasi adalah bumi yang menjadi pangkal sejarah dan peradaban. Diisi oleh sajak-sajak kejayaan Kerajaan Tarumanegara ketika sang Maharaja Purnawarman menggelar hajat akbar menggali sungai Chandrabaga dan Gomati, semuanya berlaku dan dilakukan demi kerakyatan juga kesejahteraan. Memanglah pembuatan kedua sungai tersebut direncankan sebagai irigasi untuk menunjang siklus pengairan pertanian masyarakat.

Kini bumi Bekasi melangkah jauh kedepan, menimang buah kemajuan atas nama pembangunan. Pembangunan yang entah bagaimana belum menemui bentuk dan identitasnya sebagai bumi yang memangku cerita dalam prasasti tugu nan termahsyur itu.

Pilkada yang diadakan serentak pada Februari 2017 nanti seperti menjadi titik balik dari semangat segenap khalayak bumi Kabupaten Bekasi menyambut harapan akan pemimpin masa depan, figure baik yang akan memimpin Kabupaten Bekasi 5 tahun ke depan.

Sambil menyeruput secangkir kopi hitam saya membuat tulisan ini, dengan kalimat-kalimat pembuka yang mungkin hampir tidak ada korelasinya dengan konteks tulisan. Tapi sekedar berbagi cerita dengan sedikit nukilan sastra, tak akan ada salahnya. Kini saya teringat pada satu figure yang kemunculannya bagi saya adalah anugerah, saya anggap anugerah karena harapan akan pemimpin Kabupaten Bekasi yang baik dan bener sebentar lagi terwujud.

Saya tertarik membahas mengenai salah satu figure ini, figure yang bagi saya memijak bumi dalam perjalanan kariernya hingga sekarang.

Mengapa soal bumi yang dibahas ?

Keterkaitannya adalah narasi yang banyak terbangun dari media social dan media lainnya, mengenai para figure calon yang berkompetisi meraih kursi Kabupaten Bekasi 1. Banyak membahas tentang pemimpin yang dekat dengan rakyat. Secara terminologis sempit dianggap membumi.

Saya sedikit prihatin soal pilkada Kabupaten Bekasi sekarang yang memang jauh dari hingar bingar pemberitaan media maupun sorotan mata khalayak banyak, pun dengan perhatian publik Kabupaten Bekasi sendiri. Akibat yang terjadi adalah peminggiran adu kualitas program dan gagasan sebagai tawaran kepada publik terhadap masa depan Kabupaten Bekasi kelak. Dan bermunculan pemimpin yang hanya bersolek pada rakyatnya, mengedepankan citra semu yang dibalut dengan lensa kamera dan cerita-cerita pilu yang membawa kita pada imajinasi “merakyat”.

Figure berikut saya kira adalah antithesis dari anggapan skeptis saya soal drama dan lakon panggung yang dimainkan para calon pemimpin Kabupaten Bekasi. Obon Tabroni orang mengenalnya. Sambil menyeruput secangkir kopi kembali yang sudah setengah habis, saya membaca dan mencari tahu soal Obon Tabroni ini. Berselancar di internet menjadi solusi bagi saya untuk membayar lunas rasa penasaran saya.

Dapatlah saya pada satu situs internet yang membahas lengkap mengenai pribadi, pemikiran hingga tindak tanduk seorang Obon Tabroni sejak kecil hingga kini menjadi figure yang mulai dikenal dan diharapkan oleh public. Situs internet tersebut beralamatkan di www.sobatobon.com. Bagi pembaca yang turut tertular atas rasa penasaran dapat membuka juga situs tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun