Formula one emang identik dengan jor-joran duit yang dikeluarkan untuk membiayai seluruh pertunjukan yang kita tonton saat ini.
Tapi, mungkin agan pernah penasaran ngga sih, kayak apa sudah even pertunjukan seperti itu mampu bertahan selama 65 tahun, serta mampu menghidupi para Karyawannya.
Pastinya ya pake danalah, masak pake janggut, emang bensin kagak beli?
Oke, dari beberapa riset yang saya dapat, pertunjukan Formula one merupakan sebuah ladang yang bagus buat dijadikan tempat ngiklan bagi para pedagang-pedagang grosiran yang pengen merknya dikenal lebih dari 500 juta penonton dari 50 negara.
Ya iyalah, secara kan F1 tampil di tivi, sedang yang punya tivi 'kan bukan orang Indon kayak kita aja. Di mana terjangkau langit maka disitu pulalah siaran tivi bisa ditonton.
Sedikit bocoran, katanya merk-merk yang nongol di sekitar lintasan itu selain hak pemilik jalan, beberapa di antaranya ada juga yang direkomendasikan dari penyelenggara FIA yang tentunya dong dananya sedikit banyak pasti duitnya masuk ke penyelenggara.
Angka pastinya adalah lebih dari 5 juta Euro per-merk, untuk 20 seri permusim. Kalikan aja sendiri, itu ada berapa merk yang nongol dipinggir-pinggir jalan tersebut. Kemudian FIA juga mendapat kucuran dana lagi dari hak tayang Televisi.
Iya sih Jon, sebenernya FIA udah lebih dari cukup terbantu dengan disiarkan pertunjukannya oleh beberapa stasiun tivi ke seluruh penjuru dunia, ampe mereka terkenal, tapi kenapa pihak tivi juga harus bayar lagi?
Ya, gitu deh balik lagi ke alam bawah sadar. Ibarat jalak cari kutu di atas punggung kerbau. Televisi itu kan yang bayar juga pedagang grosiran dan pedagang grosiran secara ngga sadar pada mau kalo merknya terpajang lebih lama di layar kaca. Nah, caranya kayak apa, ya sajikan aja pertunjukan-pertunjukan seru seperti F1, pasti yang nonton juga pada betah. Dan alhasil mereka akan terbiasa melihat merk-merk grosiran tersebut, kan jarene trisno jalaran soko kulino.
Berikutnya pendapatan FIA didapat dari pemilik jalan yang pengen nanggap acara Formula one.
Iya dong bro, nanggap topeng monyet aja bayar, masak nanggap balapan suruh gratis. Kan ngakak! Terkecuali kalo olinya diganti minyak urut, mungkin ceritanya agak lain.
Pada seri 2015 kemarin, tercatat sirkuit Singapura membayar 44 juta pound untuk mendatangkan Rosberg dkk ngaspal ke jalanan mereka, bahkan bahrain dan Malaysia membayar lebih mahal daripada angka itu.
Iya, secarakan banyak sirkuit di negara-negara di dunia ini, kalo gratis ya jelas banyak yang mau.
Hmmm ngga kebayang aja kalo nanggapnya gratis, terus misal Indon juga nanggap, terus abis slese lomba pembalapnya suruh makan soto sama jenang dodol, terus krunya dikasih rokok satu bungkus gitu, terus abis itu suruh pulang. Terus kayak apa perasaanya? wkwkwkwk
Kemudian selain dari yang diatas, masih ada pendapatan lain dari FIA yakni dari Marchendise, hak paten, iuran tim peserta dll.
Ditahun 2015 kemarin, FIA dapat laba Rp.1,4 T dan dibagi untuk 10 tim peserta sebanyak 965 Milyar, tersisa lebih dari 4 Milyar masuk ke kantong FIA.