Mohon tunggu...
Embun Pagi
Embun Pagi Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba Bahagia

Aku adalah aku, bukan kamu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalau Saya Celeng, Kamu Mau Apa?

20 Oktober 2021   08:33 Diperbarui: 20 Oktober 2021   08:36 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bukan politisi. Saya hanya wong ndeso yang kebetulan suka berpolitik. Sejak muda dulu, saya adalah kader PDI Perjuangan. Kalau tak percaya, lihat saja dompet saya. Ada KTA PDIP di dalamnya.

Entah sudah berapa suara saya berikan untuk memenangkan calon-calon yang diusung PDIP. Mulai pemilihan Bupati, Gubernur, Anggota Legislatif sampai Presiden. Saya adalah kader militan. Yang bergerak di bawah tanpa bayaran. Bahkan saya selalu kampanye di desa, meyakinkan bahwa calon-calon PDIP adalah pemimpin terbaik untuk mereka.

Di desa saya. Setiap ada pemilihan umum. Kader banteng selalu jadi pemenang. Suaranya seringkali tak terkalahkan. Oleh calon partai apapun, meski sudah menggelontor uang.

Saya bersama teman-teman lain yang hanya kader ecek-ecek ini, sangat solid. Tak kan pulang sebelum menang. Semua dedikasi kami berikan. Ibaratnya. Disembelih saja, ada logo PDIP di darah yang mengalir dari badan.

Meski militan, saya bukan kerbau yang dicucuk hidungnya. Saya tetap melihat track record calon, yang ingin saya menangkan di setiap pemilihan. Kalau memang baik, ya saya akan dukung mati-matian.

Tapi kali ini agak beda rasanya. Entah kenapa, saya begitu tersinggung dengan kata-kata bapak kami sendiri. Bapak Bambang Pacul Wuryanto yang terhormat.

Beliau mengatakan. Kader PDIP yang mendukung Ganjar bukanlah banteng. Melainkan celeng.

Saya heran. Kenapa ya, kok saya ikut tersinggung. Apakah karena saya suka dengan Ganjar? Apa saya juga bagian dari celeng yang pak Pacul katakan? Bahwa saya ingin Ganjar yang menggantikan Jokowi nanti?

Saya merenung cukup lama terkait hal ini. Dan kini saya akui. Saya memang penggemar Ganjar. Menurut saya, dia adalah kader paling pas untuk diusung PDIP jadi presiden di 2024 nanti. Bukan yang lain.

Penilaian saya ini mungkin subyektif. Tapi melihat kiprah Ganjar, puzzle-puzzle subyektifitas saya itu seolah jadi pembenar. Apalagi, survei sudah membuktikan. Elektabilitas dan popularitas Ganjar memang sangat dominan. Jadi bukan hanya saya yang suka padanya. Tapi jutaan masyarakat lain juga menginginkannya.

Bahkan di internal partai, nama Ganjar memang harum. Dibanding kader lain sekelas Mbak Puan, Ganjar masih diunggulkan. Buktinya, saat Charta Politika melakukan survei, 44,7 persen pemilih PDIP melabuhkan pilihan ke Ganjar. Dan hanya 4,8 persen saja yang mendukung Puan.

Saya tahu betul kenapa Pak Pacul uring-uringan. Sudah bukan rahasia umum lagi, kalau dia adalah tangan kanan Mbak Puan. Tempramennya kerap meninggi, ketika banyak pendukung Ganjar melakukan deklarasi. Apalagi kalau dukungan itu dari kader PDIP sendiri. Marahnya tak bisa diredam lagi.

Langkah Pak Pacul menjegal Ganjar sudah dilakukan berulang kali. Entah lewat orang lain, atau mengerahkan kekuatan partai sendiri. Tapi entah kenapa, Ganjar semakin dicintai. Bahkan kali ini, saya sudah tidak peduli.

Saya sudah putuskan, jadi orang yang akan berjuang memenangkan Ganjar. Walaupun saya akan dipecat dari partai. Ya bodoh amat. Itu sudah resiko. Saya tidak akan menyesal. Toh saya tidak punya hutang budi apa-apa pada PDIP. Cuma kader biasa, yang mungkin juga tak dikenal oleh para elit politik di atas sana.

Mulai sekarang, saya adalah celeng, bukan lagi banteng. Terus kalau saya celeng, kamu mau apa? Kalau ada yang merasa seperti saya. Mari rapatkan barisan. Lengji lengbeh. Celeng siji celeng kabeh. Celeng bersatu, tak bisa dikalahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun