Saya bukan politisi. Saya hanya wong ndeso yang kebetulan suka berpolitik. Sejak muda dulu, saya adalah kader PDI Perjuangan. Kalau tak percaya, lihat saja dompet saya. Ada KTA PDIP di dalamnya.
Entah sudah berapa suara saya berikan untuk memenangkan calon-calon yang diusung PDIP. Mulai pemilihan Bupati, Gubernur, Anggota Legislatif sampai Presiden. Saya adalah kader militan. Yang bergerak di bawah tanpa bayaran. Bahkan saya selalu kampanye di desa, meyakinkan bahwa calon-calon PDIP adalah pemimpin terbaik untuk mereka.
Di desa saya. Setiap ada pemilihan umum. Kader banteng selalu jadi pemenang. Suaranya seringkali tak terkalahkan. Oleh calon partai apapun, meski sudah menggelontor uang.
Saya bersama teman-teman lain yang hanya kader ecek-ecek ini, sangat solid. Tak kan pulang sebelum menang. Semua dedikasi kami berikan. Ibaratnya. Disembelih saja, ada logo PDIP di darah yang mengalir dari badan.
Meski militan, saya bukan kerbau yang dicucuk hidungnya. Saya tetap melihat track record calon, yang ingin saya menangkan di setiap pemilihan. Kalau memang baik, ya saya akan dukung mati-matian.
Tapi kali ini agak beda rasanya. Entah kenapa, saya begitu tersinggung dengan kata-kata bapak kami sendiri. Bapak Bambang Pacul Wuryanto yang terhormat.
Beliau mengatakan. Kader PDIP yang mendukung Ganjar bukanlah banteng. Melainkan celeng.
Saya heran. Kenapa ya, kok saya ikut tersinggung. Apakah karena saya suka dengan Ganjar? Apa saya juga bagian dari celeng yang pak Pacul katakan? Bahwa saya ingin Ganjar yang menggantikan Jokowi nanti?
Saya merenung cukup lama terkait hal ini. Dan kini saya akui. Saya memang penggemar Ganjar. Menurut saya, dia adalah kader paling pas untuk diusung PDIP jadi presiden di 2024 nanti. Bukan yang lain.
Penilaian saya ini mungkin subyektif. Tapi melihat kiprah Ganjar, puzzle-puzzle subyektifitas saya itu seolah jadi pembenar. Apalagi, survei sudah membuktikan. Elektabilitas dan popularitas Ganjar memang sangat dominan. Jadi bukan hanya saya yang suka padanya. Tapi jutaan masyarakat lain juga menginginkannya.